Pagi ini, tak seperti pagi biasanya. Mentari tampak bersinar lebih terang. Gumpalan-gumpalan awan berarakan di langit yang biru terang. Beberapa siswa siswi di sebuah SMA, kini tampak sangat bahagia. Ya. Bagaimana tidak, hari ini adalah hari kelulusan mereka.
"Naf," panggil seorang gadis berkucir satu dengan seragam putih abu-abu pendek yang dikenakannya.
Naf? Ya, Nafata Binara. Gadis jelita yang terkenal sopan tutur katanya, baik budi pekertinya. Dan tak lupa juga, Nafata adalah satu satunya siswi berhijab di SMA terkenal itu.
"Eh, iya, kenapa Fres?" jawab Nafata lembut.
Fres? Siapa dia?
Frestyna Angelica Putri. Gadis berbody model, berpawakan tinggi, dan terkenal cantik dengan rambut hitamnya yang panjang berkilau.
Nafata dan Fresty adalah teman baik sejak kecil. Karena orang tua mereka sukses berkarir bersama. Sejak Sekolah Dasar sampai sekarang, mereka bersekolah di tempat yang sama. Namun, Fresty merasa ada banyak perubahan pada Nafata sejak mereka menduduki kelas dua SMP.
Nafata yang dulunya gadis periang, kini telah berubah menjadi gadis pendiam. Nafata yang dulunya suka keliaran malam, kini justru sangat betah dirumah. Dan ya, Fresty cukup bingung, mengapa teman baiknya itu lebih memilih menggunakan kerudung dari pada mengucir rambut panjang ikalnya yang pirang itu. Dia pikir, rambutnya juga cukup bagus bahkan untuk jadi modelpun ia cukup cantik, tapi mengapa Nafata harus lebih memilih menggunakan kerudung?
Kini, entah di sekolah, di luar rumah, bahkan di dalam kamarnya sendiri Nafata lebih memilih menggunakan kerudung.
"Eh, nanti malem main yuk, kita rayain kelulusan kita," ajak Fresty lembut.
"Emm, maaf ya Fres, bukannya aku nggak mau, tapi aku kan----"
"Iya, gue tau, tapi kan pulang ngaji lho bisa kan?" saran Fresty.
"Iya si Fres, tapi---"
"Udah, ayolah, sekali ini aja Naf," pinta Fresty.
Diam. Nafata tampak berfikir sejenak. Hingga akhirnya.....
"Eh iya, Fres, tadi aku lupa ambil sesuatu di ruang guru, aku kesana dulu ya Fres, bay...." ucap Nafata terburu-buru.
'Maaf ya Fres'
Fresty ternganga. Hatinya cukup kecewa. Tidak habis fikir teman kecilnya itu kini meninggalkannya sendiri.
"Hey," suara yang familiar itu membuyarkan lamunan Fresty.
"Eh, Le-o, em--m l-ho se--sejak kapan disini?"
"Baru aja kok, santai aja kali. Eh nanti malem main yuk, buat ngerayain kelulusan kita,"
"Ehh...e iya, kebetulan gue--- juga mau ngerayain, tapi...e... belum ada temen, he he," Fresty meringis dan menyetujuinya. Hatinya sangat gembira, meski sedikit kaget dan tidak menyangka.
***
Senja mulai petang. Jam dinding disudut rumah Nafata mulai menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Seperti biasanya, Nafata segera bersiap siap berangkat ke rumah gurunya. Ya, tak bukan dan tak lain lagi Nafata akan berangkat untuk menyetorkan hafalannya.
"Mbok Mirsa, Nafa berangkat dulu ya," ucap Nafata sembari menghampiri Mbok Mirsa, yakni pembantunya, yang sedang menyiapkan makan malam di meja makan.
"Enggak makan dulu non?" tanya Mbok Mirsa.
"Nanti makan pulangnya saja, biar bareng sama papa mama sepulang kerja," jawab Nafata sembari mencium tangan pembantunya.
"Ya sudah, Nafa berangkat dulu ya Mbok, assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam, hati hati non...."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Hafidzah
General FictionLembaran baru gadis yang baru saja lulus sekolah SMA itu kini telah terbuka lebar. Gadis jelita penghafal Al-Qur'an, yang selalu menjaga dan menutupi auratnya. Teka-teki, misteri, dan berbagai ujian tak hentinya selalu mengiringi setiap hembusan...