Bintang berserakan di langit. Bulan semakin bulat terang. Dari kejauhan, tampak gerbang sebuah rumah megah dengan tembok emas dan perak itu terbuka lebar. Dua buah mobil berwarna merah dan silver tampak memasuki halaman luas rumah itu.
Terlihat dua orang wanita keluar dari mobil merah, dan, seorang pria juga tampak keluar dari mobil silver bergradasi emas.
Mereka bertiga memasuki pintu utama rumah megah itu. Pintu perak yang terukir bunga berwarna-warni membentuk huruf B di depannya.
Tak lama kemudian, mereka sampai di lantai dua. Mereka segera memasuki salah satu ruangan yang cukup luas, namun sepertinya, itu adalah sebuah kamar.
Tampak seorang wanita paruh baya tengah berdiri membelakangi mereka bertiga setelah mereka memasuki kamar itu.
"Bagaimana ma?" tanya salah seorang wanita berambut panjang yang mengemudi mobil merah tadi.
Wanita paruh baya itu kini membalikkan badan. Terlihat jelas pipinya yang dihiasi tetesan-tetesan air mata. Segera saja ia mengusap pipinya dengan kasar dan kesal.
"Gagal," gumam wanita paruh baya itu kesal.
Dert...Dert...
Tampak seorang pria yang berada di dalam kamar tertutup itu kini mengambil handphonenya.
"Iya, halo," pria itu hanya memasang wajah datar. Namun tampak serius menanggapi telfonnya.
"Besok dia sampai," ucap pria itu menjelaskan, sembari memasukkan lagi handphonenya yang sudah mati ke dalam saku celananya.
Seketika saja senyum licik mereka merekah. Terkecuali, salah seorang wanita lusuh yang tampaknya tidak senang sedikitpun. Wanita yang sedari tadi hanya diam ketakutan. Wanita yang tak kalah berumur juga dari wanita paruh baya di depannya.
Tiba-tiba saja, wanita lusuh itu merasa tidak tenang. Hanya rasa takut yang kini ia rasakan. Apalagi--- ketika wanita paruh baya itu mendekatinya.
"Besok-----,giliranmu,"
Wanita lusuh itu bergidik ngeri mendengar ucapan tajam wanita tua yang kini tengah berdiri sangat dekat dengannya. Ia hanya mengangguk pelan seraya menundukkan pandangannya.
***
Dert...Dert...Dert...
Suara deringan handphone diatas meja itu membangunkan seorang laki-laki yang berada diatas ranjang dalam ruangan yang gelap.
"Iya, halo."
"Leo, lho dimana, lama banget nggak dateng-dateng."
"Sorry bro, gue kali ini nggak bisa dateng."
"Emangnya lho lagi dimana si? Kita itu udah nungguin lho dari tadi. Terus gue juga mau bilang, kalo si Alex tadi dateng kaya orang kesurupan. Gue pikir lho bisa bantu nenangin Alex."
"Aduh, sorry banget ya, kepala gue masih pusing nih."
"Eh, lho abis minum di club ya?"
"Iya, gue pusing banget nih. Sorry banget bro."
"Eh, masalah minta maaf si kita pasti maaffin, tapi apa lho nggak kasihan ngelihat si Alex kaya orang kesurupan. Lagian bagaimanapun juga kan lho masih banyak tanggungan sama Alex."
"Iya-iya, gue ke situ."
Laki-laki itu segera mengambil pakaiannya setelah menutup telefon. Di dalam kamar tanpa cahaya sedikitpun, tampaknya laki-laki itu kesulitan menemukan bajunya. Ditambah dalam keadannya yang sengkoyongan dan masih sedikit tidak sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hafidzah
General FictionLembaran baru gadis yang baru saja lulus sekolah SMA itu kini telah terbuka lebar. Gadis jelita penghafal Al-Qur'an, yang selalu menjaga dan menutupi auratnya. Teka-teki, misteri, dan berbagai ujian tak hentinya selalu mengiringi setiap hembusan...