BAGIAN 21

4.8K 450 59
                                    

"Tidak semua orang kuat, menangis bukan berarti lemah, tapi menangis adalah salah satu cara untuk melampiaskan seluruh rasa sakit dan kecewa."

21

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


21. MULAI CURIGA

Drtt!!

Tangan perempuan itu merogoh bagian atas bantal nya untuk mencari dimana letak ponsel yang berbunyi nyaring itu berada. Meskipun matanya masih terpejam, perempuan itu akhirnya menemukan benda berbentuk persegi panjang tersebut.

Perempuan itu membuka matanya yang tampak sayu untuk melihat siapa yang meneleponnya di pagi hari seperti ini. Hingga sedetik setelah perempuan itu menegakkan tubuhnya dengan mata yang terbuka sempurna ketika menyadari jika papa nya yang meneleponnya.

“Ya, pah?”

“Dari mana saja kamu, Amanda? Kenapa lama sekali menjawab telepon nya?!”

Perempuan itu—Amanda menggaruk belakang kepalanya yang tak terasa gatal. “Maaf, aku baru bangun tidur. Ada apa?”

“Temui saya di gerbang utama Lentera. Sekarang.”

Tut

Amanda mengacak-acak rambutnya geram, ia yakin seratus persen jika pria itu pasti akan menyuruhnya untuk melakukan ini itu lagi.

Amanda turun dari kasurnya, matanya langsung tertuju pada Allea yang tertidur pulas di kasur.

“Kapan nih anak balik?” batin Amanda.

Amanda berdiri dan menghampiri Allea, ia menyentuh kening Allea untuk memastikan suhu badan Allea. Amanda dapat melihat jelas wajah perempuan itu terlihat sedikit pucat.

“Dia balik semalam,” kata Letta yang memang sudah terbangun setelah mendengar ponsel Amanda yang berdering nyaring.

Amanda melirik Letta yang berada di kasur atas, dan kemudian ia menganggukkan kepalanya pelan. “Gue cabut dulu,” pamitnya pada Letta.

Amanda berjalan keluar gedung asrama, ia memeluk tubuhnya sendiri karena udara yang lumayan dingin. Butuh sekitar lima menit akhirnya Amanda sampai di gerbang utama Lentera.

Amanda dapat melihat mobil sedan hitam ada di depan gerbang itu, ia yakin itu adalah mobil Moreo—papanya.

Setelah meminta izin pada satpam, akhirnya satpam itu membukakan gerbang untuknya dan Amanda keluar menghampiri pria yang berstatus papa nya.

“Lama sekali!” ketus Moreo.

“Maaf.”

“Ck! Sudahlah saya malas memarahimu di pagi hari seperti ini. Saya kesini hanya ingin menyuruhmu datang di hari pernikahan saya nanti.”

Mata Amanda jelas membulat. Kepala yang semulanya menunduk itu lantas mendongak dan menatap papa nya dengan terkejut.

“Papa mau menikah lagi?”

ASSASSINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang