Waktu sepertiga malam, waktu paling nikmat untuk menumpahkan segala keluh kedah. Diatas sejadah dalam terangnya cahaya rembulan. Saat lafadz 'subhana rabbiyal a‘la wa bihamdih' berkumandang lirih dalam shalat. Saat kening mencium sejadah, meng-Agungkan nama Allah dengan kalimat 'Maha suci Allah yang Maha Tinggi dan Memujilah aku Kepada-Nya'. Saat-saat cairan bening lolos dari bentengnya, jatuh kepada alas kain untuk beribadah.Tangis dalam diam dengan hanya detik jarum jam yang menemani. Saat inilah sosok kuat telah melepaskan topengnya. Ari—dengan mata yang memandang kosong, dengan pikiran yang terus melanglang buana tanpa arah. Dan dengan hatinya yang remuk, siap untuk hancur setelah untuk kesekian dipecahkan menjadi retakan demi retakan.
Tangisan pilu dalam diam. Berusaha mengikhlaskan sang kakek yang beberapa hari lalu meninggalkan alam tanpa bisa berkata pamit kepadanya. Setelah sebelumnya ia menjungjung nafsu dan ego yang membuatnya sendiri retak secara perlahan. Menahan diri untuk tetap menyukai hal yang tidak pantas disukai. Dunia musik yang membuat candu, dan sebuah kelompok kaum adam yang parasnya memabukan. Menahan diri meski ia tahu itu salah. Membuatnya menyakiti diri sendiri. Menekan akan pikirannya bahwa yang dilakukannya salah. Meski pada akhirnya ia dapat keluar dari semua itu. Namun prosesnya yang sangat luar biasa, membuatnya kembali membangun dunia sendiri.
Lalu tadi, saat malam baru saja tiba. Tanpa sengaja ia melihat dua orang manusia, sang adam—orang yang sama yang masih menggenggam hatinya, namun dengan wanita yang berbeda lagi. Memotret kenangan mereka berdua, membagikan kebahagiaan ke dalam dunia media sosial tanpa pernah mengerti bahwa akan ada seseorang yang pasti memiliki rasa sakit.
Kembali, untuk kesekian ia merasakan patah tanpa pernah bisa kembali berdiri. Terjatuh, lalu berusaha bangkit kembali. Namun saat ia berusaha merangkak—bangkit dari kejatuhannya, ia kembali didorong pada sebuah luka yang belum mengering.
Sebuah pembalasan atas ego dan nafsunya yang tak bisa dikalahkan. Untuk kesekian hatinya merasakan patah, tanpa bisa menyembuhkan lukanya. Pembalasan karena ia melakukan hal yang tak seharusnya ia lakukan. Sebuah cara menyadarkannya dari kekhilafan, membawanya kembali pada jalur yang telah ditetapkan.
Ari—pada akhirnya setelah ia terjatuh berkali-kali, tak ada yang bisa membuatnya membuka mulut. Tak ada yang bisa membuatnya memperoleh ketenangan, menenangkan kegelisahan yang terus membara.
Sampai pada akhirnya, waktu memberinya balasan. Dengan perlahan, sedikit demi sedikit, dari lemah menjadi kokoh. Ada yang menguatkan hatinya, menenangkan kegelisahannya, memperoleh ketenangan yang ia cari selama ini. Mendapatkan tujuan dari pencariannya.
Allah—Sang Maha Kuasa diatas Segalanya. Sang Maha Pembulak-balik hati manusia yang fana. Tuhan yang menciptakannya, memberinya kehidupan untuk sebuah tujuan. Akhirnya, ia menemukan yang selama ini ia cari.
Diatas sejadah pada malam hari. Dengan Al-Qur'an dan dzikir yang menenangkan hati. Ia temukan cinta Allah Sang Maha Pengasih lebih dari apapun, Sang Maha Mengerti. Lewat hati yang berkali-kali patah, ia kembali menemukan rumahnya. Jawaban atas selama ini ketersesatannya.
Allah memberinya kesempatan untuk melupakan hal yang seharusnya ia lupakan. Menguatkan hati yang selama ini lengah dan lemah. Allah memberinya peringatan lewat dunia tempatnya tinggal, dunia yang telah berumur. Allah memberitahu dirinya, bahwa Allah merindukan aduan disetiap sujud dirinya.
Menegur dirinya bahwa ia telah melewati batas. Mengingatkannya bahwa ada orang tua yang akan membutuhkannya untuk membawa ke syurga nantinya, bahwa ada dua jiwa yang harus ia bimbing menjadi seorang yang shaleh.
Sujud ia lakukan, mengucap syukur berkali-kali. Dalam senyum tangisnya, Ari bersyukur bahwa Allah masih menyayanginya. Memberinya jawaban atas selama ini yang ia cari. Memberinya ketenangan atas kegelisahannya selama ini.
Wahai Allahu Rabbi, aku temukan kembali cinta Engkau padaku hari ini. Saat Engkau memeluk ku diatas sujudku pada-Mu. Saat aku bayangkan pada setiap sujudku, Engkau mengatakan bahwa Engkau mencintai ku—hamba mu yang bodoh. Aku temukan kembali jalan yang tersesat. Ampuni lah dosaku yang selama ini tak kurasa. Aku temukan kembali cita-citaku. Aku diingatkan kembali pada tujuanku hidup. Bukan untuk berfoya-foya, melainkan untuk beribadah kepada-Mu. Bahwa setelah dunia ini, ada dunia yang lebih kekal. Lebih nikmat atau lebih sengsara.
📎📎📎📎📎
Dihadapan cermin, pantulan dirinya penuh kekosongan. Meragu akan langkahnya untuk sebentar. Tangannya mengepal berusaha mengubur ragu yang sedang bertamu. Memastikan bahwa langkahnya ini memang terbaik yang diberikan Allah.
Ari menghela napas entah untuk yang kesekian. Ia menatap ke arah nakas, mengambil satu lipatan kertas dan satu lipatan kain. Hal yang sudah ia persiapkan jauh-jauh hari meskipun ia memikirkannya tak sepenuh hati. Sujud di malam hari meminta petunjuk telah ia lakukan.
Langkahnya yang dahulu meragu kini kian yakin. Jika memang ini jalan yang terbaik dari Allah, maka akan ia lakukan dengan sepenuh hati. Jika memang ini yang terbaik, maka Allah akan memberikannya kemudahan. Dan semoga saja persiapannya selama ini membuahkan hasil.
Setiap langkah ia siapkan mental, turun satu demi satu tangga. Hingga pada akhirnya ia melihat sang bunda, malaikat lemah lembutnya tengah melakukan muroja'ah. Matanya bergulir ke kanan dan ke kiri mengikuti ayat tiap barisnya. Melihatnya begitu tenang, sedikit memberinya semangat bahwa ia bisa. Hal yang sebenarnya sederhana, namun memang begitu sulit ia lakukan sejak dulu.
Ari kembali menghela napas, ia berjalan menuju umminya, meletakam lipatan kertas itu. Ari menghela napas pelan, bismillah ia bisa.
“Teteh ingin berpetualang mi.”—————
Publikasi : 25 Agustus 2019
Revisi : 31 Januari 2020- Arrif -
—————
![](https://img.wattpad.com/cover/179940262-288-k49606.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Menemukan Cinta Allah [END]
Spirituelles[PART MASIH LENGKAP] *Fiksi Remaja Highest Rank #15 - pengagumrahasia (06 Agust 2019) #10 - pengagumrahasia (01 Sep 2019) Allah SWT. berfirman dalam surat Al-Isra ayat 32 : وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنٰۤى اِنَّهٗ كَا نَ فَاحِشَةً ۗ وَسَآءَ سَبِيْلًا wa...