"Kei, Jeston! Udahan dulu main gamenya makan malam sini!" Teriak Shania sambil meletakkan jus alpukat pesanan Jeston tadi sore.
"Asikk! Makaaaaan!" Teriak Jeston senang sambil melempar asal iPad miliknya.
"Eten! Sakit ih!" Pekik Kei yang terkena iPad Jeston.
"Sukurin!" Jeston menjulurkan lidahnya dan berlari keruang makan menghampiri Shania, sementara Kei mengerang dan meletakkan iPad adiknya di atas meja sebelum menyusul adik dan mamanya.
"Papi belum pulang, Mi?" Tanya Kei pada Shania yang sedang mengambilkan nasi untuknya.
"Belum, pulangnya diundur besok kata papi."
Kei menganggukkan kepalanya beberapa kali dan menarik gelas berisi jus alpukat di dekatnya.
"Enak nih." Ucap Kei hendak meminum jus tadi.
"Eitss!" Jeston menahan tangan Kakaknya sambil menggerakkan jari telunjuknya, "No, no, no. Jus ini punya gue, tadi gue minta tolong sama mami buat bikinin." Tukas Jeston sambil merebut jus itu dan meminumnya.
"Enak banget! Jus alpukat buatan mami emang juara." Jeston mengacungkan jempolnya pada Shania yang membuat Shania terkekeh melihat tingkah putranya.
"Mi, kok Eten doang yang dibikinin?" Kei menggembungkan pipinya.
"Suruh siapa lo nggak minta."
Kei menarik rambut pendek Jeston. "Rese banget sih jadi adik!"
"Aduhh! Lepasinnn! Sakitttt!" Jeston memukul lengan Kei beberapa kali sampai akhirnya kakaknya melepaskan tarikan di rambutnya. "Rontok rambut gue ntar, nggak jadi cakep gue." Jeston mengusap bekas tarikan Kei di rambutnya.
"Sok cakep banget, nggak laku juga." Cibir Kei.
"Alah, nanti gue punya pacar lo cemburu! Iri sama gue, iya kan?" Jeston memicingkan matanya sambil menunjuk kakaknya.
"Berisik!"
"Mau makan apa mau berantem nih? Mami siapin ring tinjunya dulu deh." Sindir Shania.
Kakak beradik itu pun akhirnya diam dan memulai makan malam mereka.
***
"Gimana sekolah kamu?" Shania membelai rambut panjang Kei dengan lembut.
Kei memiringkan tubuhnya dan memeluk perut Shania. "Biasa aja, bakalan ada kegiatan osis gitu minggu depan."
Shania menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. "Kalo Eten, gimana? Masih ikutan ekstra futsal?" Shania bertanya pada Jeston yang duduk di bawah dan bersandar di kakinya.
"Masih, minggu depan Eten lomba, doain ya, Mi." Sahut Jeston dengan antusias.
"Iya, Mami selalu doain yang terbaik buat kalian berdua. Udah malem, kalian tidur gih, besok sekolah kan." Shania menunjuk jam yang berada di sudut ruangan itu dengan dagunya.
"Lima menit lagi, Mi."
"Kei mau nungguin Papi pulang." Jawab keduanya bersamaan."Nggak. Pokoknya sekarang kalian tidur, Mami nggak mau ya besok pagi kalian ribut gara-gara kesiangan." Shania mengangkat kepala Kei yang berada di pahanya. "Kak, ke kamar sekarang." Titah Shania.
Kei akhirnya bangun dan berjalan malas menuju kamarnya. "Jangan lupa gosok gigi, pake skin carenya, Kak! Biar makin glowing kaya Mami!" Teriak Shania pada putrinya. "Jangan lupa doa, Kak!" Tukasnya sebelum pintu kamar Kei tertutup.
Shania mengusap rambut Jeston dengan lembut. "Eten tidur gih."
Lelaki yang memakai kaus polo warna putih itu membalikkan badannya dan memeluk kaki Shania, meletakkan kepalanya diatas paha mamanya. "Bentar, Mi. Lima menit lagi."