2

1.1K 110 25
                                    

"Mampus! Udah jam tujuh!" Kei yang baru saja bangun dari tidurnya langsung melompat dari kasur menuju kamar mandi.

Sementara itu Jeston dengan santai memakan sereal miliknya, sambil tersenyum membayangkan Kei yang sebentar lagi pasti akan berteriak dari lantai atas.

"Satu.. dua.. tiga."

"Mamiiiiii!" Teriak Kei sambil menuruni tangga. Gadis itu sudah siap dengan seragam sekolahnya, tapi masih dengan rambut yang basah dan mulutnya yang ia gunakan menggigit dasi miliknya. "Mamiii! Kenapa nggak bangunin Kei sih?" Ujarnya sambil mengalungkan dasi kemudian memakai kaus kakinya sambil berdiri.

Boby mengerutkan dahinya saat melihat Kei yang berdiri sambil berusaha memakai kaus kakinya. "Kamu ngapain, kak?"

Kei menoleh kearah Boby. "Kok Papi masih di rumah? Masih pake kolor mickey mouse pula, nggak takut telat apa?"

"Hah? Kamu ngomong apa sih?" Boby menuangkan air kedalam gelas kemudian meminumnya. "Kesambet ya? Apa ngelindur?" Tanya Boby mendekat kearah Kei dan menyentuh dahi putrinya. "Nggak panas."

Kei menyingkirkan tangan Boby dari dahinya. "Papi apaan sih? Ini kan udah jam tujuh! Emangnya Papi nggak kerja?" Cerocos gadis itu, pandangannya beralih pada Jeston yang sedang menahan tawanya ketika dirinya menatap adiknya. "Ngapain lo? Udah jam segini mau sekolah nggak?!"

Jeston tak bisa lagi menahan tawa. Tawanya pecah dengan keras, ia bahkan sampai memegang perutnya sendiri. "HAHAHAHA BEGO BANGET LO!"

"Jeston." Tegur Boby pada putranya dengan mata memicing.

Jeston meringis pada Boby sebelum menunjukkan jam di layar ponselnya. "Ini masih jam setengah enam, kak! Hahaha." Ujarnya kembali menertawakan Kei. "Satu monyet ketipu!" Jeston menjulurkan lidahnya dan segera kabur ke dapur meletakkan mangkuk serealnya yang sudah kosong.

"Hah?" Gadis itu melirik jam di sudut ruangan. "IH! JESTON AWAS YA LO!" Erangnya lalu melempar tas sekolahnya di sofa.

Boby hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan anak-anaknya. "Iseng banget sama kakaknya, heran." Gumamnya.

**

"Hahahaha! Makanya jangan begadang nonton drama, nggak penting!" Kata Jeston pada Kei. Mereka saat ini sudah berada di mobil menuju sekolah.

Kei berdecak sambil memutarkan bola matanya, tak ingin terus-terusan diledek oleh adiknya ia memilih untuk memasang headset di telingannya dan memutar sebuah lagu. Membiarkan adiknya yang terus mengoceh mengomentari semua hal yang mereka temui di jalan.

"Kak."

"Kak Kei!"

"Woy! Kakak!" Teriak Jeston.

Tidak mendapat jawaban laki-laki itu menarik rambut Kei yang tergerai membuat pemiliknya langsung melotot kearahnya. "Apaan sih? Ngeselin banget dari pagi!" Sungut Kei.

Jeston meringis dan menjulurkan dasi pada Kei. "Pakein." Ujarnya lalu mengangkat kerah seragam sekolahnya.

"Gini aja minta tolong ke gue." Kei terus mendumel tapi juga tetap memakaikan dasi pada Jeston. "Besok lo belajar pake dasi sendiri! Bentar lagi gue kelas duabelas terus lulus, nggak bisa makein dasi lo tiap hari begini! Lo harus belajar mandiri, Ten! Jangan apa-apa bergantung ke Mami sama Papi." Celoteh Kei pada adiknya.

"Belajar mandiri jangan bisanya ngusilin gue mulu!" Kei menoyor kepala Jeston. "Dengar nggak?"

"Iya elah! Bawel banget ngalahin mami!" Ucapnya sambil memonyongkan bibirnya.

"Punya adik satu rasanya kaya punya adik seribu. Belum lagi kalau udah kumat jahilnya pengen banget lo gue bawa ke pegadaian." Gumam Kei.

Mobil yang mereka naiki berhenti di depan minimarket biasanya, Jeston memasukkan ponselnya kedalam saku celananya. "Duluan, Kak!" Pamitnya lalu mencium pipi Kei kilat. "Bye! Oh iya, nanti lo balik sendiri ya, gue ada acara sama anak ekstra." Ujar Jeston.

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang