"Ada yang mau ditanyakan?" Tanya guru yang memakai name tag 'Malik' itu. "Kalau nggak ada bapak kasih tugas di rumah ya, kerjakan latihan 2, lusa dikumpulkan. Sekian pembelajaran kali ini, selamat siang." Guru itu memberekan buku-bukunya dan melangkah keluar kelas.
Kei meletakkan kepalanya di atas meja, tangannya bergerak memijat kepalanya sendiri. Pagi hari ini pembelajaran dimulai dengan pelajaran matematika yang dilanjutkan dengan pelajaran fisika yang sukses membuat kepala Kei nyut-nyutan.
"Aduh, otak gue mendidih." Eluh Melatih memiringkan tubuhnya menatap Kei.
Kei mengangguk setuju. "Ngebul banget abis matematika lanjut fisika." Kei memejamkan matanya.
"Keii! Ada yang nyariin nih!" Teriak Lala pada Kei dari depan kelas.
"Siapa?" Tanya Kei masih dengan posisi kepala di atas meja.
"Nggak tau gue, katanya jodoh lo di masa depan." Mendengar ucapan Lala tadi Kei langsung mengangkat kepalanya, menatap Melati dengan tatapan bingungnya.
"Jodoh gue di masa depan? Jangan-jangan Kak Erik?" Tanya Kei dengan cengengesan dan mendapat toyoran di kepalanya oleh Melati.
"Ngarep! Udah temuin sana." Melati memberi jalan pada Kei untuk melangkah.
"Siapa sih, La?" Kei masih belum melihat keluar kelas.
"Mana gue tau, temuin gih." Kata Lala melanjutkan kegiatannya menghapus papan tulis.
Kei melangkah keluar kelas. Ia bisa melihat Arsen yang sedang tersenyum kearahnya sambil melambaikan tangannya. "Hai, cewek bar-bar." Sapa Arsen.
Kei memutar bola matanya dan berniat untuk kembali masuk kedalam kelas, kenapa ia harus bertemu dengan cowok ini lagi. Pelajaran matematika dan fisika sudah cukup menguras tenaganya, ia tidak ingin membuang tenaganya lagi untuk adu mulut dengan Arsen.
"Eh, bentar dong! Main masuk kelas lagi aja." Arsen memegang pergelangan tangan Kei.
Kei melirik tangannya yang dipegang oleh Arsen. "Lepasin!" Geramnya lalu menyilangkan tangannya setelah Arsen melepaskan tangan Kei.
Arsen terkekeh kemudian menoel hidung mancung Kei. "Galak banget."
"Nggak usah pegang-pegang!" Kei melotot kearah Arsen. "Buruan ada apaan?"
"Ini tadi papa bilang kalau kita disuruh pulang bareng." Arsen menyandarkan tubuhnya di dinding kelas Kei.
"Ogah banget balik sama lo."
Arsen menghela napasnya dan mengeluarkan ponselnya, menunjukkan chat antara dirinya dengan Kinan.
Papa paus
Arsen anak Papa yang cakep.
Nanti kamu pulang sekolah bareng sama Kei, ya?
Pak Budi supirnya Om Boby nggak bisa jemput, sekalian si Eten ajakin pulang bareng.
Kei hendak protes namun ponselnya berdering, ia melihat siapa yang menelponnya.
"Papi? Ngapain?" Gumamnya lalu menggeser ikon hijau di layarnya.
"Halo?" Kei melangkah kedepan menjauh dari Arsen.
"Hai, sayang. Maaf kalau Papi ganggu kamu sekolah."
"Nggak ganggu, Pi. Lagi istirahat kok ini."
"Oh yaudah, Papi mau bilang aja kalau nanti kamu pulang bareng Arsen, ya? Pak Budi nggak bisa jemput soalnya lagi nganterin Mami kamu."
"Kei kan bisa naik ojol, Pi. Nggak usah bareng dia." Rengek Kei berusaha menolak.
"No! Pokoknya kamu sama Arsen. Eten dijemput juga jangan lupa. Yaudah ya, Sayang gitu aja. Papi ada rapat, sampe ketemu di rumah, love you."