5

900 73 24
                                    

"Woi! Woi! Ada pengumuman nih!" Teriak Dhika yang menjadi ketua kelas di kelas Kei.

"Apaan, Dhik?"

"Bu Dewi nggak masuk." Ujar Dhika yang membuat seluruh siswa kelas itu memekik senang, "Tapi kita disuruh ke perpustakaan buat belajar mandiri di sana." Imbuh Dhika.

Seluruh siswa kelas itu pun mendesah lelah ketika mendengar jika tetap ada tugas yang harus dikerjakan, sambil mendumel semua siswa mengeluarkan buku paket dan buku tulis Biologi milik mereka, dan segera melangkah keluar kelas menuju perpustakaan.

"Males banget belajar mandiri begini, tau-tau besok ulangan." Eluh Melati pada Kei yang berjalan di sampingnya.

Kei mengangguk setuju. "Bener, padahal materinya aja belom dijelasin, cuma modal belajar mandiri begini doang disuruh ulangan."

"Padahal, kalau belajar mandiri begini udah jelas murid yang beneran belajar sama yang numpang ngadem di perpus banyakan yang numpang ngadem sambil ngegame atau malah tidur di pojokan perpustakaan." Imbuh Lala dengan menggembungkan pipinya.

Melati menjentikkan tangannya setuju. "Bener banget! Terus kalau nilainya jelek kita yang disalahin!"

"Udah-udah jadi ngomongin guru gini, dosa tau!" Kei mengingatkan Melati dan Lala ketika mereka sudah berada di depan pintu perpustakaan.

"Yaelah, tadi lo juga ikutan, Kei." Cibir Lala.

Kei tersenyum lalu membuka pintu perpustakaan. Mereka bertiga mengedarkan pandangan untuk mencari kursi kosong yang bisa mereka gunakan untuk mengobrol-belajar maksudnya.

"Sana, yuk!" Melati menunjuk meja yang berada di dekat jendela pojok ruangan.

"Disuruh belajar materi apaan, Me?" Tanya Lala ketika mereka bertiga sudah duduk.

"Nggak tau gue bukan cenayang." Jawab Meme asal yang mendapat tatapan tajam dari Kei dan Lala.

Melati tersenyum dan membentuk sign 'peace' dengan tangannya. "Bentar deh gue tanyain Dhika." Meme memicingkan matanya mencari dimana keberadaan Dhika si ketua kelas.

"Oi! Dhik, disuruh belajar bab apaan kita?" Teriak Melati yang membuat seluruh siswa dan dua petugas perpustakaan menoleh kearah Melati dengan tatapan sinis mereka.

"Sstt.. Meme! Jangan teriak-teriak." Kei membekap mulut Melati sambil tersenyum pada murid lain yang menatap mereka. "Sorry ya, sorry. Temen gue emang nggak penuh gini anaknya hehe." Ujar Kei tidak enak.

"Apaan sih, Kei? Gue kan nanya doang."

"Iya tanya, tapi nggak teriak juga, Me." Kata Lala dengan memutar bola matanya. "Udah gue chat si Dhika dulu deh." Lala mengeluarkan ponselnya dan bertanya pada Dhika.

"Eh, Kei, itu bukannya cowok yang waktu itu nyamperin lo di kelas?" Melati menunjuk kearah jendela. "Siapa tuh namanya, Ar.. Ar.. siapa ya lupa gue." Melati menggaruk kepalanya.

Kei menyipitkan matanya melihat siapa yang dimaksud oleh Melati. "Oh, Arsen." Gumam Kei.

"Nah, iya, Arsen! Dia kenapa nggak masuk kelas deh malah di sana." Heran Melati saat melihat Arsen yang baru saja lewat sambil membawa gitar.

Kei mengangkat bahunya acuh. "Mana gue tau. Udah dijawab sama Dhika belom, La?" Kei menumpukan kedua tangannya di atas meja.

"Udah nih, katanya suruh belajar bab sistem pernafasan." Tangan Lala bergerak mengambil buku paketnya dan mencari bab tadi di daftar isi.

***

"Sen, darimana deh?" Tanya teman Arsen ketika lelaki itu masuk kedalam kelas.

"Belakang." Jawab Arsen singkat. "Gurunya nggak masuk lagi?" Arsen bertanya sambil membuka sebuah bakso goreng yang tadi ia beli di kantin.

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang