6

892 83 23
                                    

"Pa."

"Papa dulu waktu SMA aktif nggak?"

"Dulu Papa anak ekstra apa di SMA?"

"Pasti waktu SMA Papa kaum-kaum no life, ya?!"

Pertanyaan-pertanyaan itu terus Arsen tanyakan pada Kinan yang sedang dalam aksi ngambek pada Arsen. Pria yang memakai jersey klub bola kesayangannya itu hanya diam dan membiarkan Arsen mengoceh sesuka hatinya.

"Masa ngambek sama anaknya cuman gara-gara kalah main game!" Arsen mendorong lengan Kinan. "Huu! Cupu!" Arsen berbisik di telinga Kinan.

Kinan melirik tajam kearah Arsen. "Kamu itu curang, Arsen! Aturan tadi Papa yang menang."

"Darimana ceritanya Papa yang menang. Papa kan cupu."

Kinan bersumpah akan menjual Arsen di tukang rongsok kiloan jika saja lelaki yang berstatus putranya itu bukan anak tunggal mereka sekaligus anak kesayangan Veranda. Bagaimana bisa ia memiliki anak yang super tengil dan menyebalkan seperti Arsen. Apakah ini karma dari Tuhan untuk Kinan.

"Astaga, Tuhan. Sabar." Gumam Kinan memejamkan mata sambil mengusap dadanya berkali-kali.

"Sabar, Pa. Sabar." Arsen ikut mengusap dada Kinan.

"Heh! Enak aja, main grepe-grepe Papa!" Kinan mengeplak tangan Arsen. "Yang boleh grepe-grepe Papa itu cuma Mama!" Tukas Kinan menjauhkan tangan Arsen dari badannya.

"Arsen kan anak Papa. Halal kok, Pa. Apalagi kita sama-sama cowok." Arsen mengedipkan matanya beberapa kali.

Kinan bergidik, tangannya menoyor kepala Arsen pelan. "Ngomong apasih kamu? Udah sana, ke kamar aja!" Usir Kinan lalu mengambil remot TV dan mencari tayangan yang bisa mengembalikan moodnya.

"Arsen kan tadi nanya ke Papa, jawab dulu dong, Pa."

"Nanya apa sih, Sen?"

"Udah tua, sih! Makanya lupaan." Cibir Arsen.

"Papa denger, ya!"

Arsen meringis. "Kalau Arsen ikutan ekstra band sekolah, gimana menurut Papa? Arsen jadi vokalisnya." Arsen duduk bersila dan menghadap ke arah Kinan.

"Vokalis?" Alis Kinan terangkat sebelah.

"Iya, vokalis."

"Kamu daripada jadi vokalis, jadi vokasi aja sana." Kata Kinan asal.

Arsen lagi-lagi mendorong tubuh besar Papanya. "Lulus SMA juga belom, disuruh jadi vokasi. Arsen serius, nih!"

"Hahaha! yaudah, kalau kamu mau dan emang sesuai sama passion kamu mah silahkan aja. Papa sebagai orang tua pasti dukung kamu." Kinan menoleh kearah Arsen.

"Tapi, satu pesan Papa, kalau kamu udah ikut ekstra itu, kamu harus konsisten! Jangan musiman, kalau kamu suka bidang musik, yaudah tekuni bidang itu sampai kamu jadi pemain musik profesional. Jangan kecewain guru musik dan temen-temen di band kamu nanti kalau kamu beneran ikut ekstra itu." Ceramah Kinan dibalas anggukan cepat oleh Arsen.

"Papa izinin Arsen?"

Kinan mengangguk. "Iya, apapun pilihan kamu, selama itu mengarah ke hal positif, Papa akan selalu dukung. Tapi, inget yang tadi. Harus konsisten!"

"Siap, laksanakan!" Arsen memberi hormat pada Kinan.

***

Pagi hari di rumah Boby diwarnai dengan kericuhan. Drama bangun kesiangan karena semalam terjadi debat kusir antara Kei dengan Jeston yang membuat mereka mendapat omelan dari Shania.

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang