👆👆boleh sambil di play nanti, hehe.
Selamat membaca, yaa.***
"Selamat pagi, Bebeb!"
Kei yang baru saja membuka pintu rumah terkejut melihat Arsen yang sudah berdiri di depan rumahnya lengkap dengan senyum menyebalkannya.
"Kaget, ya?" Arsen bertanya dengan terkekeh geli melihat ekspresi terkejut Kei barusan.
"Menurut lo?" Ketus Kei kemudian melangkah meninggalkan Arsen di depan rumah.
"Loh kok gue ditinggal? Kei! Tunggu dong!" Arsen mencekal pergelangan tangan gadis yang memakai blazer berwarna maroon itu.
"Apaaan lagi sih, Sen?"
Arsen menunjuk mobilnya yang terparkir di depan rumah Kei, "Kan berangkat sama gue hari ini."
"Siapa bilang?"
"Gue, barusan. Lo ga denger? Yaampun cakep-cakep budek."
"Arsen!"
"Eh, iya, maap, bercanda doang. Yaudah, yuk!" Lelaki itu menarik tangan kanan Kei menuju mobilnya.
"Silahkan, tuan putri." Ujar Arsen sambil membuka pintu penumpang.Kei berdecak sejenak sebelum mau tak mau masuk kedalam mobil Arsen.
"Tumben banget nurut, kesambet kali, ya?" Gumam Arsen setelah menutup pintu dan beralih ke pintu kemudi.
Sesampainya di sekolah Arsen turun terlebih dulu dan membukakan pintu untuk Kei. Gadis yang rambutnya tergerai itu keluar kemudian melangkah tanpa mengucapkan apapun pada Arsen.
Di tempat parkir motor Erik mengamati Arsen yang sedang berlari kecil menyusul Kei yang sudah berjalan lebih dulu. Lelaki yang sedang mengunyah permen karet itu memukul tangki motornya kesal.
"Makin deket aja gue liat mereka." Ujar Riski menunjuk Kei dengan dagunya.
Erik tak menggubris ucapan temannya itu, ia memilih untuk turun dari motornya dan melangkah meninggalkan Riski di area parkir.
"Gue lagi kan yang ditinggal, dasar lu!" Dumel Riski kemudian menyusul Erik.
***
Gery membawa mangkuk bakso miliknya ditambah dengan membawa 2 gelas minuman pesanan Arsen. Lelaki itu sudah mengatakan pada Arsen untuk membeli sendiri minuman miliknya, namun bukan Arsen namanya jika tidak berhasil menyuruh Gery.
"Nih es jeruk lo." Ujar Gery meletakkan gelas berisi es jeruk pesanan Arsen kemudian duduk di samping Arsen, tangannya terulur hendak mengambil sambal namun mendapat keplakan dari Arsen.
"Minggir!" Arsen kembali memukul lengan Gery.
"Apaan, sih lo! Gue mau ngambil sambel anjir!" Gery menoyor kepala Arsen.
"Lo ngalangin pemandangan gue Gery saluttt!" Arsen memukul belakang kepala Gery.
"Anjing lo, ngelunjak lama-lama." Gery balas memukul belakang kepala Arsen.
"Heh!" Sentak Arsen sambil memegang belakang kepalanya.
"Lagian lo ngapa, sik! Orang mau makan bakso aja dipersulit!" Gery akhirnya berhasil mengambil sambal dan menuangkan 3 sendok sambal kedalam baksonya.
"Tiga sendok doang? Ah, elah, cupu lo! Semua dong, nih!" Tangan Arsen bergerak mendorong tangan Gery membuat hampir semua sambal yang ada di tempatnya tumpah kedalam mangkok bakso milik Gery.
"Anjing! Bakso gueee!" Teriak Gery, sementara itu Arsen menyedot minumannya dengan cepat dan berjalan menuju meja pojok yang sejak tadi ia perhatikan, tak lupa ia kembali memukul kepala belakang Gery. "Bangsat emang punya temen!"