"Penjelasan Jimin"

4.6K 571 36
                                    


Tibakan Woozi ditempat tujuan dengan selamat. Tempat masih sepi cuma ada Jeka sama Taehyung yang lagi pegang banner bertuliskan " Yang pacaran bisa sekalian ML, yang jomblo juga ML"

Kening Yoongi mengerut membaca banner, "Dek, apaan tuh ML?"

"Duh kak ciann amat jomblo"

langsung dapet tatapan tajam buat Woozi senyum takut, dan buru-buru turun dari mobil. "Buat yang pacaran ML itu making love, kalo yang jomblo ya mobile legend"

Curiga yang punya usulan pasti si Taehyung.

Tak mau pusingkan, Yoongi menghidupkan lagi mesin mobil , ingin putar mobil untuk tinggalkan tempat itu namun mobilnya dicegat motor kijang merah yang tiba-tiba ngerem mendadak depan mobil.

"Heh! Punya mata dipake!" geram Yoongi, Jantungnya kayak mau berhenti, tapi syukur engga, nanti kalo mati kan makin ribet. Belum sempat naena.

Dan Yoongi sukses makin kesal lagi pas dia lihat itu motor Jimin, dan sudah pasti lelaki yang berada diatas motor itu juga adalah Jimin. Tak pinggirkan motor, malah parkirkan depan mobil, lalu turun dan hampiri Yoongi di mobil.

Mata Yoongi menangkap sosok berjaket jeans yang sedang berjalan kearah mobil. Yoongi jadi bingung mau ngapain. Mau marah? tapi mendadak ga tau cara marah gimana, mau sedih?, duh itu engga banget. Bukan Yoongi banget mewek mewekan. Jadi yaudah pura-pura buang muka aja. Toh mereka udah selesai.

Kaca mobil diketuk, dan dengan jantung yang masih berdegub, Yoongi menurunkan kaca mobil.

"Mau mengabaikan lo aja susah yaa"

Jimin masukan tangannya lewat jendela dan dengan gerak cekatan dia berhasil lepas kunci mobil. Inginnya agar Yoongi engga kabur.

"eh, balikin kunci mobil!" matanya menatap tajem dari jendela mobil, tapi Jimin yang memang dasarnya sudah kebal dengan tatapan geram itu malah sunggingkan senyum.

"Kita ngobrol bentar dulu boleh ga?" Tanpa permisi buka pintu mobil lalu raih pergelangan tangan Yoongi yang ditaruh distir.

"Udah muak sama lo"

Tangannya sudah diraih, pintu mobil sudah dibuka, tapi Yoongi masih setia buang muka.

Sudah ilfeel rasanya buat pandangi Jimin.

"lo block gue yaa?"

"Menurut elo?

"Kenapa? Kan udah janji ga akan block"

"Menurut lo?"

Jimin tarik nafas dulu. Harus sabar, Ya-- namanya juga baru mengaku sebagai uke, jadi agak susah dijinakin. "Maafin gue yaa, oke? Anggep gue lagi bego semalam"

"Emang kapan lo pinternya?"

Jimin terkekeh, "Nanti kalo udah jadi pacar lo, baru pinter"

Halah. Modus.

"Doamat" dengus keras, dan tetap tak mau pandangi Jimin, namun ia tak memberontak tangannya dipegang Jimin.

"Jangan marah lagi" Sunggingkan senyum, tatapi si manis yang masih cemberut. Sayang cemberut itu bagi Jimin, jatuhnya malah menggemaskan.

"Males"

"Yoongi..."

"Apa!"

"Makasih, setidaknya lo nyaut dan noleh ke gue"

10 menit sudah berlalu dan Yoongi masih diam. Jimin menatap kearah Taehyung, Jeka sama Woozi yang lagi berdiri di pondokan sana. Jimin geleng kepala seperti memberi isyarat ketidakberhasilan. Anak-anak yang lain juga udah pada datang, seperti Namjoon dan Seokjin yang baru saja parkirkan motor depan pondok.

Jimin pun mengeluarkan ponselnya buat ngetik sesuatu.

Jimin : Yoongi beneran marah ini. Jangan pada rame diparkiran dulu

Namjoon : Kenapa?

Jimin : Gue masih usaha

Namjoon : kata Seokjin emang susah jinakin Yoongi

Jimin masukin lagi ponselnya ke dalam saku jaket dan natep Yoongi yang masih diam. Betah banget emang ini gula bernyawa diam.

Ambil sisi depan Yoongi, lalu lepas seat bell. "Lo turun aja, biar gue yang anter pulang sebagai tebus kesalahan gue semalam,"

"Ga mau!"

"Gue harus apa Yoon, biar lo engga marah?"

"Jelasin ke gue semuanya"

"Nah tadi gue ajak ngobrol buat jelasin, lo ga mau" Jimin tersenyum, dan Yoongi malah tegang.

"Kenapa lo tiba-tiba ngilang?"

"gue ga ilang kok," kata Jimin lembut, kemudian memberi jeda " Yoon, turun dari mobil yuk, kita ngobrol disana aja, lebih enak" usul Jimin, dia menunjuk sebuah bangku panjang berwarna coklat yang berada dibawah pohon Zelkova.








































Percaya atau tidak, Yoongi menuruti, dan biarkan Jimin tetap genggam tanganya. Sambil jalan Jimin menceritakan kesalahapahaman itu.

"Gue pikir pilihan gue bener buat ngejauhin lo. gue enggak tau kalo gue aja yang mudah nyerah, dan cemburu lihat lo sama cowok kameja putih yang pas hari terakhir lo dikampus."

"nyerah buat apaan? Dan lo cemburu apaan?"

Pas sampai dibangku itu, Jimin duduk, telapak diayun, buat gesture memanggil. Padahal jarak sudah sedekat kaki dan pinggul.

Tapi Yoongi tetap saja turuti, karena ingin dengar lebih dalam penjelasan si Preman Kampus ini.

"Yaa nyerah buat perjuangin lo, gue berhenti karena gue pikir bakal ngerusak kebahagiaan lo sama cowok itu, dan gue cemburu karena lihat lo senyum ke dia, sedangkan ke gue engga pernah" Jimin memberi jeda disana kemudian memiringkan badannya agar lebih bebas menatap Yoongi. "Setelah gue dengar penjelasan Woozi, gue mutusin kalo perasaan gue ke lo itu cinta, bukan obsesi. Gue sadar, gue berpikir nyerah karena gue pengen lihat senyum lo dan kebahagiaan lo. gue sadar kebahagiaan lo buat gue ternyata ada di prioritas paling pertama dalam otak gue"

Yoongi diam.

" eh tapi benerkan itu cinta?" Jimin bertanya dengan wajah dongo, dan berhasil buat senyum gummy smile itu lolos dari si gula bernyawa. Sukses bikin Jimin hampir nge-fly hanya dengan pandangi senyum.

Sial!

Nyatanya senyuman dengan dosis tinggi, bisa bikin mati cepat kalo pandangi terus - Pjm

"gue ga tau, itukan perasaan lo"

Yoongi menahan nahan senyumnya, tak mau tersenyum mengakui.

"Lo tau, tapi pura -pura ga tau,"

Diam lagi, dan Jimin tak sukai kesunyian, dongak kepala, lalu sentil iseng anting perak Yoongi yang menjuntai jatuh kebawah, "ikut touring motor yuk,"

"Belum ijin sama ortu"

"Yaudah, antar balik mobil, trus ijin ortu" balas santai dan kasih senyum ganteng






:")




.






.




.


TBC___

Preman Kampus ✔️ (MINYOON)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang