Part #6 Meninggalnya Ayah

905 51 3
                                    

Saat Ilham sampai dirumah, Ilham melihat bendera kuning, "Saha nu maot?" Ucap Ilham dalam hati, Ilhampun bergegas memasukin rumah, dan Ilham terkejut, Ayah tercinta Ilham meninggal, yang dimana sangat jarang bertemu karena ayah Ilham seorang Tentara yang sedan bertugas di lebanon, "Mah ini ayah?" Ucap Ilham dengan tidak percayanya Ayahnya meninggal, "Iya ham, sabaryah tadi mamah nelepon kamu waktu siang tapi bilang isal iham udah pulang" Ucap Mamahnya, "Siapa yang ngebunuh ayah mah?" Ucap Ilham sambil menangis, Ibunya hanya memeluk dan mengelus kepala Ilham, "Ham sabaryah" Ucap Mamahnya, Ilhampun langsung memeluk era Jasad Ayahnya, Ilham tidak menyangka, Ayahnya akan cepat meninggalkan Ilham, Ilham ingin sekali bertemu Ayahnya, tapi bukan jasadnya, Ilham hanya bisa menangisi sang Ayah yang sudah tiada, Ilham sangat kaget saat tau sang Ayah sudah tiada, "Ayah naha pulang pas te bernyawa? ayah janji bakal ngajak ulin ilham, yah ilham kangen ayah jarang pulang, sakalina pulang ayah te bernyawa" Ucap Ilham dalam hati, Keluarga terdekatpun mulai melayat kerumah, Ilham hanya merenung dikamar, tidak mau keluar rumah, Ilham sangat sedih ditinggalkan sang Ayah tercinta, Keesokan harinya Ilham mengantar sang Ayah ke pemakaman, yang di makan di makam pahlawan daerah suci, setelah di makamkam Ilham tidak mau meninggalkan sang makam Ayah, Ilham masih sangat merindukan sang Ayah, ingin memeluknya, rindu candaan nya, rindu saat dimana sedang berkumpul, Ilham rindu itu. "Ilham hayu pulang, ayah udah tenang di surga ham, ayah matinya terhormat tadi aja ada upacara tentara, ham ayo" Ucap Mamahnya merayu Ilham untuk pulang, "Mamah duluan, iham hoyong didie hela" Ucap Ilham sambil menahan air mata, Sang Mamahpun menuruti keinginan Ilham yang ingin sedang sendirian, Mamahnya pulang kerumah untuk bersiap siap buat tahlilan nanti malam, Ilham masih di makam, "Iemah mimpi" Ucap Ilham, "Yah mimpinya, ayahmah herey waeda, bangun atuh yah" Ucap Ilham sambil mengambil tanah makam.

Ilham masih belum bisa meng'ikhlaskan sang Ayah, Setelah matahari mulai tenggelam, Ilham bergegas pulang untuk mengikuti tahlilan sang Ayah, Saat sampai dirumah Ilham melihat Faisal dan teman teman geng motornya, "Ham sabarnya" Ucap mereka, Ilham menghiraukan ucapan mereka, Ilham langsung masuk kedalam, Bersiap siap untuk mendoakan sang Ayah yang sudah tiada.

Setelah Acara Tahlilan, Ilham langsung pergi ke kamar, tidak menemui sang teman, Ilham merasa kehilangan, sedang ingin menyendiri dan menenangkan pikirannya, Tidak lama Mamahnya masuk ke dalam kamar, "Ham itu ada temen, ke luar dulujig" Ucap Mamahnya, "Ilham gamau keluar" Ucap Ilham yang sedang melihat poto sang Ayah, "Ham harus ikhlas biar ayah tenang" Ucap Mamahnya, Ilham tidak membalas ucapan sang Mamah, Mamah Ilhampun keluar untuk menemui teman teman Ilham yang sedang berada diluar, "Ilhamnya gamau di ganggu, biarin sendiri duluyah, makasih udah dateng" Ucap Mamah Ilham kepada teman teman Ilham, "Iya tante gapapa, kita pamityah tante assalamualaikum" Ucap sang teman Ilham, "Waalaikumsalam, hati hati dijalanyah" Ucap Mamah Ilham.

Ilham hanya bisa melihat foto sang Ayah, Ilham hanya keluar kamar hanya makan dan acara Tahlilan, selama 7 hari Ilham hanya merenung di dalam kamar, Ilham belum bisa menerima kenyataan ini, setelah 7 harinya sang Ayah tiada, Ilham keesokannya mulai masuk sekolah, Ilham perlahan lahan bisa menerima keadaan ini, saat di sekolah, Ilham tidak seperti biasanya, Ilham hanya masuk ke kelas lalu duduk, tidak banyak bicara, Faisalpun tidak berani bertanya, saat waktunya istirahat Ilham ke kantin, dan Faisal mengikutinya di belakang, saat di lorong Syifa melihat Ilham lalu menghampiri Ilham, "Ham maafyah garagara ifa Ilham jadi gini" Ucap Syifa yang menahan tangis atas penyesalannya menerima ajakan Ilham keliling Bandung, "Udah waktunya fa, gausah nyalahin diri sendiri" Ucap Ilham yang tidak menatap muka Syifa, "Ifa temenin di kantin yah" Ucap Syifa sambil memegang tangan Ilham, Ilham melanjutkan jalannya untuk pergi ke kantin, saat berada di kantin yang begitu ramai berbeda saat Ilham memasuki kantin, Ilham sangat di takuti di sekolah sehingga mereka tidak berani berisik saat Ilham berduka, Ilhampun memesan makanan lalu makan, setelah makan Ilham berjalan ke taman, "Tekudu nuturkeun urang sal, tekudu di jagaan aing moal bunuh diri" Ucap Ilham sambil menatap Faisal, Faisalpun tidak berani berbicara saat itu, Faisal tau kalo Faisal menjawab omongan Ilham, Ilham akan emosi karena Faisal sudah tau sifat Ilham, Faisal percaya Syifa bisa menenangkan sang panglima, "Ifa ikutyah" Ucap Syifa, Ilham tidak menjawab omongan Syifa, saat menuju ke taman Syifa banyak bercerita, tapi Ilham tidak butuh cerita, Ilham hanya butuh sang Ayah, "Ham kamu harus ikhlas" Ucap Syifa saat berada di taman. "Ifa gatau rasanya gimana" Ucap Ilham sambil melihat Syifa, Syifa lalu memeluk Ilham untuk menenangkan hati Ilham, Ilhampun memeluk kembali Syifa dengan erat sambil menangis, "Ikhlasin yah ham kan masih ada mamah, jagain mamahnya" Ucap Syifa, Ilham hanya bisa menangis, sang panglima menangis, itulah kenyataannya, Ilham kehilangan sosok yang dia cintai, Ilham masih menangis sampai baju Syifa di basah oleh tangisan Ilham, "Udah ih, masa anak baong nangis, malu ah" Ucap Syifa sambil menyusutkan air mata Ilham, belpun berbunyi menandakan untuk kembali belajar, "Cuci muka dulu sana, malu ih anak baong yang paling di takuti di sekolah nangis" Ucap Syifa sambil menonjok tangan Ilham, "Tekarasaa huuuu" Ucap Ilham sambil menahan tawa, "Nah gitu dong ketawa, hayu ke air sama ifa di anter" Ucap Syifa, merekapun pergi ke wc sekolah untuk mencuci muka, setelah mencuci muka Ilham kembali ke kelas, "Pulangnya tungguin fa" Ucap Ilham sambil menarik rambut Syifa, "Siap panglima" Ucap syifa sambil memberi hormat kepara Ilham, "Haha jadi anak buah ihamyah" Ucap Ilham, Syifa hanya berlari untuk cepat ke kelas agar tidak ketinggalan pelajaran.

Kisah Cinta PanglimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang