"Jen.."
Suara itu terdengar di kamar Jendra yang masih gelap gulita. Tapi yang dipanggil justru tak kunjung membuka matanya. Boro-boro membuka matanya,bergerak saja tidak.
Bikin kesal.
"Jendra.."
"Jennn"
"Jendraaa"
"JEN!",tidak tahan untuk terus berbisik membangunkan Jendra akhirnya ia beteriak kencang. Tapi,nyatanya teriakannya tak cukup kencang untuk membangunkan si tukang tidur ini.
PLAK
Suara tamparan yang cukup keras terdengar dari kamar yang gelap gulita itu.
"Paan..",tanya Jendra dengan nyawa yang masih belum terkumpul. Matanya masih terpejam. Tangannya kini malah meraih selimutnya lagi,untuk menutupi badannya.
"Bangun,Anjir!",umpat Arfian tak tahan melihat kelakuan Jendra. Tapi Jendra tetap tak bergeming. Bodo amat sama Arfian.
"Apasih,Bay.. Masih malem juga..",racau Jendra. Kini memutar tubuhnya membelakangi Arfian. Tangannya menepis tangan Arfian pelan,menyuruhnya menyingkirkan tangannya dari bahu Jendra.
Arfian menghela nafas kasar lalu berdiri. Berjalan menuju jendela kamar Jendra lalu dengan kasar membuka tirai yang menutupinya sehingga sinar matahari bisa langsung masuk ke kamar Jendra.
Jendra menggeliat agak kesal karena sinar matahari yang masuk membuatnya silau. Ia berbalik ke arah sebaliknya tapi justru
"ANJIRR!",umpat Jendra refleks. Bahkan ia sampai melompat kecil di ranjangnya yang besar itu saking terkejutnya.
Rasa kantuk yang tadi menghinggapi pelupuk matanya lenyap sudah saat melihat Arfian. Jendra mengelus-elus dadanya untuk menormalkan detak jatungnya. Untung saja dia ngga punya riwayat sakit jantung. Kalau punya,mungkin Jendra sekarang sudah ada di rumah sakit karena terkejut.
"Astagfirullah..",ucapnya setelah menormalkan detak jantungnya itu.
"ELO APAAN SIH,BAY!?",bentaknya jengkel pada Arfian yang masih berdiri didepan jendela kamar Jendra yang besarnya hampir seperti setengah dari tembok kamar itu.
"Buruan",kata Arfian cuek. Tanpa peduli ekspresi marah Jendra.
"ELO NGAPAIN JADI NINJA PAGI-PAGI BAMBANKK!?",bentak Jendra masih tak terima saat Arfian hendak menutup pintu kamarnya.
"BACOT! BURUAN! UDAH SETENGAH TUJUH!",bentak Arfian balik. Lalu membanting pintu kamar Jendra kencang.
Jendra segera turun dari ranjangnya dan bersiap untuk berangkat sekolah. Walau mulutnya masih tetap mendumel.
🐯🐻🐰
Senin.
Hari yang paling gue benci sedunia. Karena di hari senin itu gue harus on time biar ngga kena hukum gegara telat ikut upacara.
Gue,walaupun bandel. Tapi gue ngga mau dihukum baris di hadapan satu sekolahan cuma gegara telat. Apalagi kalo didepan barisan telat dikasih plang dengan tulisan "SISWA TAK DISIPLIN" terus pas bubar upacara masih diomelin Pak Dion ditempat. Ugh. Males banget.
Tapi gue rasa,hari ini,gue bakal ngerasain jadi siswa tak disiplin itu. Ngerasain malunya baris dihadapan satu sekolahan. Ngerasain diomelin Pak Dion pas upacara bubar. Dan,semua itu gegara Jendra telat bangun!
KAMU SEDANG MEMBACA
TWINS [VSEUL]✔️
Short Story[MENGUMPULKAN NIAT UNTUK REVISI] Gimana rasanya jadi kembaran cowok paling di idolain se-sekolah? Senang kah? Bangga? Atau justru biasa aja? Bagi Sassy,rasanya itu menyiksa. Karena nggak ada yang percaya fakta itu. Mereka ngga percaya bahwa Cecilia...