19. Jagoan

629 122 20
                                    

"Arfian pinter banget sih dari dulu ranking satu terus"

"Jadi pingin punya anak kayak Arfian deh. Ganteng,rajin,pinter,nurut lagi"

"Kali ini mau nyabet medali apa lagi,Yan?"

"Semoga anak tante bisa pinter banget kayak kamu ya,Fian"

"Arfian ini emang kebangganya Bunda yaa"

"Duh gemes banget deh sama Fiann"

"Fian makan apa sih kok bisa pinter gitu?"

Arfian kecil hanya tersenyum. Sudah biasa. Ia sudah sering mendengar itu selama 12 tahun hidupnya. Kemana pun ia pergi,orang-orang akan selalu memujinya begitu.

Bukannya Arfian tidak senang. Hanya saja,setiap kali pujian itu terdengar,ia merasa tanggungannya menjadi lebih berat.

Semakin banyak orang yang percaya padanya. Semakin pula ia takut akan gagal dan menghancurkan harapan mereka tentang dirinya. Hanya itu yang ada di benak anak berumur 12 tahun itu.




"Bay! Main PS yuk?",ajak anak laki-laki dengan senyum seimut kelinci itu pada Arfian kecil yang baru saja pulang les. Arfian terdiam. Menatap Jendra lama,lalu menggeleng pelan.

"Aku mau belajar",tolaknya lirih. Sejujurnya,Arfian juga ingin bermain PS bersama Jendra di ruang keluarga. Tapi,PR nya dari les dan juga sekolah masih banyak yang belum ia kerjakan. Belum lagi,latihan piano dan juga biola. Arfian benar-benar sibuk.

"Sebentarr doangg",rayu Jendra dengan mata berbinar. Anak laki-laki berumur sebelas tahun itu nampak sangat berharap ditemani bermain oleh Arfian. Jendra pingin sih ngajak main Sassy,tapi nanti kalau kalah Sassy nangis. Kan susah.

"Nggak bisa,Jen.. Aku harus belajar",kata Arfian tetap kukuh. Tapi,bukan Jendra namanya jika ia menyerah semudah itu.

"Sejam aja deh",rayu Jendra.

"Nggak bisa"


"Kalau empat puluh lima menit?"


"Nggak bisa,Jen"


"Setengah jam deh"


"Nggak"

"Dua puluh menit!"


"Nggak bisa"


"Lima belas menit. Oke?"


"Nggak,Jendra"


"Sepuluh menit! Ayo!",ajak Jendra sambil menggeret-geret lengan Arfian.


"Nggak mau,Jen!"


"Lima menit!"


Arfian tetap menggeleng tegas.



"Satu menit?"


"Nggak"




Jendra memajukkan bibirnya kesal. Negosiasi dengan Arfian memang tidak pernah mudah. Tapi,sudah terlalu jauh untuk menyerah. Jadi,Jendra akhirnya diam dan berpikir untuk membujuk Arfian.

























"SATU DETIK!",kata Jendra bersemangat. Tapi lagi-lagi Arfian hanya menggeleng.




"Nggak bisa,Jen"




"TAU AH! ABAY NGESELIN!",seru Jendra kesal sambil mencak-mencak meninggalkan Arfian.


Arfian hanya menatap punggung Jendra yang menjauh itu dengan sedih. Ia ingin sekali bermain dengan Jendra. Tapi,ia tidak bisa membiarkan semua PR nya terbengkalai begitu saja.

TWINS [VSEUL]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang