Jam dinding sudah menunjukkan pukul 3 pagi. Tapi di ruang makan keluarga itu masih sepi hanya ada wanita paruh baya yang sedang menyiapkan makanan sahur. Satu per satu piring berisi makanan diletakkan di meja.
Wanita itu melirik ke lantai dua. Tempat dua kamar anaknya berada.
"Fiannn!"
"Sassyy!"
"Adekkk!"
"Sahurrrr!",teriak wanita itu nyaring. Tetapi,tetap tak ada respon. Ia menghela nafas. Lalu berjalan ke lantai dua. Mengetuk sebuah pintu kayu berwarna cokelat dengan tulisan 'Cecilia' di pintunya itu.
"Ses? Sassy? Bangunn",panggilnya. Tak ada respon. Ia menghela nafas. Berpindah ke kamar sampingnya. Mengetuknya
"Fian? Yan? Bangun nak"
Tak ada sahutan juga. Wanita itu menghela nafas lalu..
"INI MAU BANGUN APA BUNDA GUYUR AIR!?",teriaknya nyaring.
Kedua pintu disana serempak terbuka. Menampilkan dua wajah remaja dengan rambut acak-acakan dan mata mengantuk.
"Turun",perintahnya.
Arfian menutup pintu kamarnya. Lalu berjalan mengikuti wanita itu sambil sesekali menguap. Sassy berjalan dibelakang Arfian. Sambil mengucek-ucek matanya karena masih mengantuk.
Dua remaja itu kemudian duduk menghadap meja bar yang ada di dapur. Sementara wanita itu berjalan ke satu kamar yang ada di dekat dapur.
"ADEK MAU DIGUYUR AIR JUGA YA!?",teriaknya. Namun tak ada respon.
Wanita itu kembali ke dapur. Mengisi gelas dengan air keran lalu membuka pintu kamar itu. Dengan santai,ia menyiramkan air tersebut ke wajah si pemuda. Membuatnya terbangun kaget. Hampir latah mengumpat.
"Bangun adek sayang,mau sahur ngga?",kata wanita itu manis. Menatap pemuda bergigi kelinci itu. Tetapi Jendra yakin,dibalik senyumnya itu tersimpan begitu banyak omelan yang siap meledak kapan saja jika ia tak menurut.
Jendra mengusap wajahnya yang basah. Lalu berjalan keluar. Menyusul wanita itu.
Akhirnya mereka berempat duduk mengelilingi meja bar itu. Sebenarnya wanita itu ingin sekali tertawa. Melihat raut wajah tiga remaja didepannya yang masih mengantuk itu membuatnya gemas sendiri. Jadi teringat ketika mereka masih kecil.
Jendra merentangkan tangannya. Walaupun masih setengah mengantuk tapi tangannya dengan sigap sudah mengumpulkan makanan diatas piringnya. Lalu mengunyahnya dengan mata setengah tertutup.
Arfian yang masih mengantuk malah terlihat setengah hati memakan makanan sahurnya itu. Ia masih ingin bergelung dengan kasurnya yang empuk. Tapi juga tak ingin kelaparan karena tak sahur.
KAMU SEDANG MEMBACA
TWINS [VSEUL]✔️
Nouvelles[MENGUMPULKAN NIAT UNTUK REVISI] Gimana rasanya jadi kembaran cowok paling di idolain se-sekolah? Senang kah? Bangga? Atau justru biasa aja? Bagi Sassy,rasanya itu menyiksa. Karena nggak ada yang percaya fakta itu. Mereka ngga percaya bahwa Cecilia...