Mera mematung saat mengetahui kecelakaan itu antara sepeda motor dengan tronton, persis seperti kejadian waktu itu. Namun yang membuat Mera semakin syok adalah pengguna sepeda motor itu terlindas tronton dan tubuhnya pecah, banyak gumpalan daging berserakan. Polisi segera mengamankan Tkp, gua penasaran langsung mendekat.
"David....," Teriak gua histeris tanpa memperdulikan polisi yang berusaha mencegah gua buat mendekati jasadnya David.
"Mera, tenanglah."
"Tidak pak itu beneran David, aku kenal dengan baju itu, baju terakhir kami bertemu pak."
Tangis Mera meledak, bahkan pelukan pak Jekisyen tak mampu meluluhkan tangisan Mera. Sekarang mereka sedang berada di rumah sakit agar jenazah David bisa di otopsi. Gua ga nyangka kalau David beneran nekat melakukan itu.
***
2 Tahun kemudian, Setelah kelulusan, Mera dan Zaki melakukan akad nikah dan langsung disambung dengan Resepsi pada malamnya. Hari yang melelahkan, namun tak mengendurkan sinar ceria dari wajah masing-masing. Setelah malam tabrakan itu Zaki selalu menani juga menenangkan Mera yang kadang duduk sambil melamun, Dia merasa bersalah karna penyebab kecelakaan itu adalah dirinya.
"Saya terima Nikah dan kawinnya Humaira binti Yunus dengan seperangkat alat sholat serta Emas 15 manyam dibayar tunai."
"Bagaimana saksi?"
"Sah...."
"Alhamdulillah, Taqabbalallahu minna wa minkum..."
"Minna wamingkum Taqabbalaallah, Auzubillahiminasyaitanirrajim...."
Setelah pembacaan doa, Mera digiring untuk menyalami suaminya. Semua mata tertuju pada Mera, Mera yang dulu cuek dengan penampilan sekarang telah dirias layaknya seorang putri di negeri dongeng. Seloyor Putih dengan aksen mutiara juga mahkota kecil bertengger di atas kepalanya semakin membuat Mera terlihat anggun, bahkan Zaki tak berkedip barang sedetik pun.
Dengan malu-malu Mera mendekati Zaki yang notabene adalah Suaminya tepat 5 menit yang lalu setelah ijab kabul. Tangan Zaki terulur untuk disalim oleh Mera, para Photografer sewaan tak Tinggal diam langsung mengabadikan momen bersejarah ini. Sementara tangan kanan Zaki masih dicium oleh Mera, tangan kirinya terulur untuk menyentuh puncak kepala Mera seraya membacakan doa, lalu mencium kening Humaira lama.
"Terimakasih telah menjadi penyempurna ibadahku." Bisik Zaki lembut. Tak bisa dielakkan, Rona merah dipipi Humaira terlihat sangat jelas.
"Kasihmu kuterima."balas Mera pelan.
Setelah itu kami pun mendengarkan sedikit khutbah Nikah yang berisi muizzah agar menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warahmah, semua dijelaskan tentang kewajiban suami terhadap istri juga kewajiban istri terhadap suami, semua berlangsung dengan khitmad.
"Selamat ya Mer, Ga nyangka gua Dosenku suami lu! hahaha kaya Ftv aja."
"Sohib gua dah kawin, gua nya kapan ya tuhan!" keluh Liza sok dramatis.
"Gua mesen ponaan yang lucu ya Mer," ujar Ulya sembari mengedipkan matanya kearah Mera.
"Apaan sih lu!" protes gua.
"Itu pasti." ujar pak Zaki percaya diri.
"Gempur terus pak! jangan kasih lengah." Goda Sari yang diikuti gelak tawa Fau, Liza, Ulya juga pak Zaki yang ikut mesem, sementara Mera udah merona kaya kepiting rebus.
Sepanjang hari berdiri terus membuat kaki gua pegel-pegel, ditambah aksesoris yang berat juga rame kaya pasar malam membuat kepala gua pusing tujuh keliling.
"Sini saya bantu lepasin."
"Eh ... apa maksud Bapak?"
"Jangan salah paham, saya cuma mau bantu lepasin pernak pernik yang ada dikepala kamu."
Aku hanya ber-O ria, langsung saja ku angguki, lagian kalau niat mau bantuin kenapa ga dari tadi, ini udah hampir sekarat baru nongol. Aisshhh ingat dosa Mer, dia tuh suami lu, dan surga lu sama dia.
"kenapa mukul-mukul bibir? minta dicium."
"Hah! Engga engga," geleng gua kuat.
"Kalau iya pun emangnya kenapa? lagiankan saya berhak untuk itu."
"Pe ... pak saya mau pipis." ujar Mera gugup.
"Mau saya temankan?" Goda Zaki, ia tau kalau Mera ingin menghindar oleh sebab itu ia semakin gencar melancarkan aksinya menggoda Mera.
"Te ... tidak usah pak."
"Beneran ga mau ditemanin?" Goda zaki sambil terus mendekatkan wajahnya kearah Mera yang berusaha menjauh darinya.
"Kenapa kamu menjauh? kamu takut?"
"Pak ... saya belum siap."
"Siap untuk?" tanya Zaki kembali mendekat hingga Mera sudah berada di tengah kasur hal keadaan terbaring. Mata Zaki terus terfokus pada bibir ranum milik Mera, lalu beralih ke bola mata hitam legam milik Mera yang seolah memintanya untuk menjauh.
"Bolehkah ....,"
Lama mata mereka saling menatap, entah apa yang ada dipikiran masing-masing, semakin lama Zaki semakin memperdalam tatapannya sementara Mera masih mengatur detak jantungnya yang seolah memompa dua kali lebih kencang dari biasanya.
Cup ...
Dan setelahnya terjadilah apa yang seharusnya terjadi pada sepasang suami istri, jangan dibayangin!Author ga bakalan tanggung jawab kalau setelah ini banyak yang ngebet nikah
The End
KAMU SEDANG MEMBACA
DOSEN GALAK VS ME (Complete)
RomanceBagaimana cara Mera menghadapi kegarangan sang dosen yang selalu memarahi Mera, yuk buruan kepoin. CERITA INI ENTAH JAMAN KAPAN, YANG JELAS TATA PENULISANNYA MASIH ANCUR BANGET!!!