PART 12 ~ KEJUTAN BERTUBI

3.5K 149 0
                                    


Setelah David menyatakan perasaannya pada Mera suasana didalam mobil jadi begitu garing dan canggung, Mera ga tau kalau sahabatnya ini punya perasaan padanya, yang Mera tau David itu menyayanginya sebagai sahabat, ga lebih. Namun nyatanya semua itu berbanding terbalik dengan kenyataan yang baru saja terungkap, berada disituasi seperti ini menyebabkan perjalanan ke rumah jadi sangat lama.

"Aku ga suka kamu diam begitu, jangan terlalu dipikirin kata-kataku tadi."

Bagaimana mungkin aku tidak kepikiran. Syok, itulah perasaanku saat ini, David yang perhatian juga yang hangat dulu ternyata semua itu dilakukan karna ada maunya. Aku juga ga bisa menutup fakta bahwa dia yang selalu ada saat gua membutuhkan suport dari orang terdekat.

Masa lalu gua itu sangat kelam saking kelamnya gua ga sanggup buat cerita kesiapapun termasuk Mak dan Ayah gua, hanya David, sahabat-sahabat gua juga si Arief yang tau perihal kelakuan gua dulunya. Gua pacaran sama Rian, dan dia seorang pembalap motor, dulu gua selalu bohongin Emak buat bisa keluar malam dan ikut ke tempat Roadrace nya Rian, sampai-sampai Arief, adek gua juga terpaksa membohongi Emak dan Ayah gegara gua yang ngotot pengen keluar, dan akhirnya ditemani oleh si Arief.

Malam itu, hujan rintik-rintik sedang membalut kota kami dan tepat pada malam itu Rian akan ikut Bali-Balapan liar, entah apa yang sedang ia pertaruhkan, aku sudah menyuruhnya untuk tidak ikut Bali, aku takut kehilangan dia apalagi hujan dan jalanan tentu saja licin. Gua mati matian membujuk Rian untuk tidak ikut balapan sialan itu, namun bukan Rian namanya kalau tidak keras kepala.

Tepat saat bendera diangkat ke atas, Rian langsung kebarisan tanpa memperdulikan gua yang udah nangis tersedu-sedu, tanpa pikir panjang gua meninggalkan Rian dengan hati kacau balau, gua rampas kunci motor Kawasaki ninja milik Arief, gua pun nekat ikut balapan liar itu, niat gua cuma satu biar si Rian ga jadi ikutan balapan konyol itu, namun nyatanya dia memang tampak terkejut saat gua berbaris disampingnya.

"Mera apa yang kamu lakuin?"

"Menghentikanmu."

"Jangan gila Mera, ini berbahaya."

"kamu tau itu berbahaya lantas kenapa kamu ikut?"

"ini bukan saat yang tepat untuk berdebat."

Belum sempat gua menjawab, peluit sudah ditiup oleh pawang Bali, semua motor mulai melajukan motornya dengan kecepatan maksimal. Jujur gua takut, ini pertamakalinya gua bawa motor segede ini, karna tekad gua yang begitu kuat gua pun langsung mengejar Rian yang sudah didepan, gua melajukan motor dengan kecepatan maksimal.

Gua bisa denger Arief dengan teriakan frustasinya juga si David yang ikut menyusul gua dari belakang. Aisssshhh sial gua ga mau bikin orang-orang khawatir tapi gua juga ga bisa biarin Rian ikutan balapan sialan ini, gua sayang Rian dan ga mau dia kenapa napa,tapi ada yang aneh dengan motor Rian, gua langsung mempercepat laju, gua bisa liat ada Tronton di arah depan dengan kelakuan maksimal.

"Rian awassss...." teriak gua. Rian sebisa mungkin menghindar tapi sepertinya rem motor Rian blong, gua pun  segera memangkas jalan Rian dengan mengapitnya kearah pinggir, gua ga tau apa yang gua lakukan ini benar, yang gua tau gimana caranya agar motor Rian tidak menabrak tronton.

Braaaakkkkk

saat itu semuanya terasa gelap, Gua bisa liat Rian samar-samar terhampar begitu jauh dariku, dan setelah itu gua ga tau apa yang terjadi, yang gua tau gua terbangun di sebuah ruangan yang bau dengan obat-obatan. Orang yang pertama gua cari saat gua bangun, Emak menangis tak henti-henti sambil memeluk gua dan Ayah juga ikutan menangis, gua ga tau apa yang mereka tangiskan, kalau mereka menangisi gua itu tampak berlebihan toh gua juga udah sadar.

"Rasanya Emak hampir mati melihat kamu terbaring disana hampir 3 minggu." ucap Mak disela tangisnya.

"3 minggu?" perasaan baru kemarin aku melakukan balapan dan... Dimana Rian?

"Iya Mer, lu koma hampir 3 minggu lamanya, gua senang akhirnya lu bisa kembali membuka mata," jelas David yang tampak lebih segar.

"Rian ... Rian mana? jawab gua Vid!"

"Mer lupain dia, biarkan dia tenang di alamnya."seketika otak gua tumpul, gua ga ngerti apa maksud David.

"Ga ... ga mungkin, lo jangan bohongin gua," ujar gua marah sambil memukul lengannya yang dekat denganku.

"Mer..."

"Mer... kamu melamun?"

Gua baru sadar sedari tadi David manggil gua, Aaahh gua pusing, pengen segera istirahat.

"Ah engga, gua tadi ga denger. Emang lu nanya apa?"

"Udah lupain aja." balas David sambil tersenyum manis ke arah gua.

Sesampai gua dirumah, aneh kenapa ada mobil Pak Jekisyen dirumah gua? Langsung saja gua pertajam langkah dan dengan jelas gua lihat pak Jekisyen sedang berbicara serius dengan Emak juga Ayah, apa dia mau ngadu lagi sama Emak? awas aja kalau sampai ia berani ngadu.

"Assalamualaikum..."

"Wa'alaikumsalam," jawab mereka serempak, mata gua langsung terfokus pada pak Jekisyen.

"Assalamualaikum,"

"Wa'alaikumsalam eh ada Nak David, ayo duduk dulu."

"Iya Mak."

"Ada apa ini?" tanya gua ga paham.

"Kamu pasti capek, duduk dulu sini." ujar Mak gua lembut, gua pun mengikuti saja intruksi dari Emak, gua duduk berhadapan dengan pak Jekisyen.

"Jadi kedatangan Nak Dosen kesini ingin melamarmu."

"Apaaaahhh," pekik gua serempak deng David, ya tuhan cobaan apalagi ini kenapa semua seperti sedang mempermainkanku.

"Tapi Mak, bukankah ini terlalu cepat? Mera juga tidak terlalu mengenal Pak Zaki."

"iya Mak, bener kata Mera." ujar David mendukung gua.

"Kita akan saling mengenal setelah menikah." jawab Pak Jekisyen sialan itu santai, disaat seperti ini dia masih bisa bersikap santai dan angkuh begitu.

"Mera ga mau mak."

"Apa kamu lupa Mera, keputusan ada di Ayahmu."

"Tapi Mak..."
"Dengar nak Ayahmu ini sudah tua, sudah saatnya Ayah melepaskanmu dengan seseorang yang bisa bertanggung jawab atas dirimu dan juga yang bisa membimbingmu, Ayah yakin nak Zaki mampu melakukan itu, oleh sebab itu ayah menerima lamaran dari Nak Zaki."

Seketika jantung gua berhenti memompa, oh tuhan tolong cabut saja nyawa Mera, gua ga sanggup ditempatkan diposisi seperti ini, apalagi David, sedari tadi dia menundukkan wajahnya, Kenapa gua ditempatkan diposisi antagonis begini? gua lelah dengan permainan ini.

"Mera capek Yah, Mera butuh isturahat."

Gua langsung naik ke atas tanpa menoleh kesiapa pun, gua marah tapi gua ga tau bagaimana caranya buat ngelampiasin kekesalan gua, gua ga suka sama pak Jekisyen, dan gua ga mau terkurung dalam kehidupan yang menyensarakan batin gua.

Tok Tok Tok...

"Siapa?" tanya gua.

"Ini saya."

"ngapain bapak kesini?"

"kita perlu bicara."

"ga ada yang perlu saya bicarakan dengan bapak."

"berhentilah mementingkan egomu, saya tau kamu membenci saya, dan saya ga masalah itu, saya cuma mau kamu dengar bahwa saya tulus mencintai kamu bahkan saat kamu masih Smp, Saya suka senyum kamu, saya suka keusilan kamu, saya suka semuanya tentang kamu. Saya telah berjanji pada diri saya sendiri untuk menikahimu suatu saat nanti, dan saya ingin menepati janji saya itu, saya mohon terima saya sebagai pendamping hidupmu, saya berjanji akan membahagiakanmu Humaira."

Gua langsung tertegun mendengar penuturan dari pak Jekisyen, hari ini gua mendapat kejutan yng bertubi-tubi.

"Beri saya waktu buat berpikir."

Kira-kira apa jawaban dari Mera ya? penasaran kan! langsung saja ikuti cerita selanjutnya yang Insyaallah bakalan end soalnya saya besok udah mondok lagi, mohon doanya ya!

Bersambung....

TBC

DOSEN GALAK VS ME (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang