cerita baru

2.3K 47 0
                                    

Raina, Gadis Hujan.

Baca cerita baru ku yuk, ceritanya ga jauh beda sama cerita Dosen Galak vs me kok, tetap milih genre komedi romantis juga maried Life.

Part 1

Hari ini panas banget, apalagi suhunya mencapai 38° Derajat Celcius. Kalau terik-terik begini enaknya nyari yang adem- adem. Mungkin segelas es cendol bisa menghilangkan dahaga sejenak. Tapi mungkin lebih adem lagi kalau ada cogan yang lewat hehe, jiwa jomblo ku berasa terpanggil.

"Raina, kamu mau kemana pakai payung begitu?"

"Biasa bang, nyari yang adem- adem."

"Lah, memangnya wajah Abang kurang adem?"

"Pakai dibahas, bukan nya adem kalau liat Abang malah makin asem."

"Tega bener kamu ngatain Abang."

"Hehe cowly stlobely babang."

Sabir memang sangat dekat dengan Raina, mereka sudah seperti saudara kandung. Apalagi jarak rumah Raina dengan Sabir hanya berselang dua rumah saja. Usia mereka juga hanya terpaut 3 tahun.

"Abang mau ikut nyari yang adem-adem gak?"

"Boleh deh, Lagipula sudah lama gak cuci mata."

Dalam hati, Raina bersorak riang. Kalau Sabir ikut itu tandanya bisa minta gratisan, alias minta ditraktir, yuhuuu memang kalau rezeki itu gak kemana. Dikiranya mau liat cewek cantik si Abang hehe, alah biarkan sajalah, yang penting nanti dapat gratisan.

"Itu payung nya disimpan dulu disana!" Titah Sabir pada Raina.

"Gak deh bang, panas soalnya."

"Jangan deh, ini ceritanya Abang kaya lagi ngawal curut!"

"Itu sih derita Abang, curut-curut gini antrian panjang," ujar Raina sombong.

"Palingan juga ngantri pengen minta hutang."

"Berdebat sama abang memang gak pernah ada habisnya."

Kami tidak menyadari, kalau sedari tadi kami menjadi pusat perhatian. Memang sudah menjadi hal yang biasa kalau ada kami pasti heboh. Tak heran kalau banyak tetangga yang berpikir kalau kami pacaran, padahal mah kita cuma sekedar dekat, apalagi kami tetanggaan. Akhirnya aku tetap memilih membawa payung, sedangkan Sabir memilih berjalan berdampingan, mumpung sekarang masih dalam masa covid19 jadi jalanan tidak terlalu ramai. Disini  aktivitasnya masih berjalan seperti biasa, hanya saja sedikit dibatasi. Tapi disini masih banyak yang tetap berjualan walaupun sudah keluar surat edaran
Untuk tetap dirumahkan. Mungkin mereka terpaksa melakukannya karena masalah ekonomi.

Raina berjalan sambil bersenandung riang ala-ala Upin-Ipin, sambil memutar-mutar payung.

Tanam-tanam ubi

Tak perlu dibajak

Orang yang berbudi

Pandai berbahasa, semarakkan hari ini... Kita nyanyi ramai-ramai...

Goyang badan hentak kaki, ikuti lagu damai....

Sementara Sabir, menutup sebagian wajahnya, bukan apa hanya saja ia terlampau malu dengan tingkah kekanakan Raina.

"Dek, udah dong! Abang malu, sumpah! Mau ditaruh dimana muka ganteng Abang?"

"Apa sih bang? Taruh di paret aja!"

"Ih kamu!"

Raina tak memperdulikan ocehan Sabir, ia baru saja hendak bernyanyi lagi, namun Sabir terlebih dahulu menutup mulutnya dengan gumpalan daun yang entah diambil dari mana.

"Abang... "Teriak Raina, sementara Sabir sudah berlari terlebih dahulu. Sesekali ia berbalik sambil menjulurkan lidahnya pada Raina.

Raina tak terima dikerjain oleh Sabir, akhirnya iapun mengejar Sabir. Namun na'as, saat berlari Raina lupa menutup payungnya, ia tanpa sadar payung yang dibawa tadi tertiup angin dan berselang beberapa menit kemudian, braakkkkk ciiiiiittttt...

Raina seketika menegang, Sabir pun sudah berhenti berlari dan menoleh kebelakang, dan segera menemui Raina.

"Bang..." panggil Raina.

"Iya, jangan takut ada Abang," ujar Sabir menenangkan Raina yang terlihat gemetar.

Sabir menghampiri pemuda tersebut dan menawarkan bantuannya, pemuda tersebut nampak nya terkilir, terlihat dari cara ia berjalan.

"Ada yang terluka gak?"

"Ga, cuma kaki gue aja yang terkilir deh kayanya."

"Mau gue bawa ke tukang urut dekat sini ga?"

"Ga usah deh, thanks."

"Iya sama-sama."

Pemuda tersebut berjalan menuju Raina, dan spontan saja tubuh Raina bergetar, tentu saja Raina ketakutan.
Pemuda tadi menarik kaca helm nya, matanya masih fokus pada Raina.

"Lo kan tadi yang lepasin payung sialan ini sampe nutup perlihatan gue!" Berkatanya dengan nada tinggi.

"Ma...ma-af, saya minta maaf," ujar Raina sambil menunduk, ia tidak berani menatap pemuda tersebut.

"Sorry bro kalau gue lancar, apa ga sebaiknya bicara baik-baik? Jangan pakai kekerasan."

"Lo jangan ikut campur urusan gue," ujarnya nge-gas.

"Mau apa Lo? Dia adek gue!" Ujar Sabir yang kehilangan kesabarannya melihat Raina dibentak.

"Kami bakal tanggung jawab, tinggal sebutin berapa! Jadi Lo gak perlu ngebentak adek gue."

Dengan kesal pemuda tersebut meninggalkan Raina dan juga Sabir. Sabir segera mengecek kondisi Raina apa dia baik-baik saja. Ia sangat mengerti dengan keadaan Raina saat ini, akhirnya Sabir mengajaknya pulang. Ia takut terjadi hal yang tidak diinginkan pada Raina.

"Kita pulang aja gimana?"

Raina hanya mengangguk tanpa berniat untuk bersuara.

"Abang janji deh, nanti Abang bakal beli es krim vanilla buat kamu. Kamu mau kan?"

Lagi-lagi Raina hanya mengangguk saja.

Tiba-tiba saja, handphone Raina bergetar, pertanda ada panggilan masuk. Melihat username di handphone nya ia semakin terlihat pucat.

Apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa Raina tiba-tiba berubah menjadi pucat? Jangan lupa komennya, juga silahkan dikritik juga.

TBC.

DOSEN GALAK VS ME (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang