PART 13 ~ ENDING ( belum)

3.8K 151 0
                                    

Semalaman Mera memikirkan tentang penuturan Pak Jekisyen, apa benar beliau suka sama Mera? dan bahkan katanya udah dari Smp, dari nada bicaranya sepertinya ga ada keraguan sedikitpun.

"Aishhh sial, gua muak dihadapkan pada situasi begini."

Gua lirik ponsel gua yang terkapar di atas kasur, mood gua sedang berantakan dan gua ga mau diganggu, hampir dua puluh panggilan terbengkalai dari nomor yang entah berantah, felling gua itu pasti Pak Jekisyen. Dan ada 35 panggilan Dari David, maafin gua Vid, gua tau gimana perasaan lu saat ini, tapi biarin gua berpikir mana yang baik buat gua juga keluarga gua.

"Kak dipanggil noh sama Emak."

"Iya."

"Elah lu kak, dilamar orang ganteng aja segini sedihnya apalagi yang lamar lu sepantaran Sule, kejang-kejang dah lu."

"Lu kalau ga niat ngehibur gua mendingan get out lu dari kamar gua."

"Sensi amat lu!"

"Bukan urusan lu!"

Bisa ga sih ini adak dimasukin lagi aja kedalam perutnya Emak, bikin emosi gua aja. Nyesel gua punya adek ga ada peka- pekanya. ya kaya si Doi! udah dikodein malah cengo.

Gua turun dan melihat orang tua gua dengan raut serius, gua yakin mereka bakal maksa gua buat nerima lamarannya Pak Jekisyen. Ribet banget hidup gua, gua cuma pengen hidup tenang ga kaya gini bergelut mulu sama komflik.

"Duduk Nak!"seru ayah setelah menyeruput kopi hitam pekatnya.

"Iya yah."

"Jadi apa keputusanmu?" tanya ayah to the point  tanpa ada basa basi terlebih dahulu.

"Bismillahirrahmanirrahim, Mera bakal nerima lamaran pak Zaki, dengan syarat Mera tetap kuliah dan pernikahannya dilaksanain secara sederhana aja."

"Kalau begitu nanti akan Ayah bicarakan dengan Nak Zaki."

"Ga ada yang lain kan Yah? soalnya Mera udah ngantuk."

"Yaudah kalau gitu kamu tidur saja."

"Mera permisi yah!"

Saat gua udah sampai didepan kamar, gua liat si Arief sudah berdiri di depan pintu, kenapa dia berdiri disana? gua bisa liat kalau si Arief sedang gugup.

"Kenapa?"

"David kak....,"

"Kenapa dengan David?"

"Dia ngancem bakalan bunuh diri kalau lu ga nemuin dia sekarang."

"Sial." Umpat gua.

Tanpa pikir panjang gua kekamar mengambil kunci motor dan juga tas selempang gua lalu berlari menuruni tangga. Gua ga mau David melakukan hal konyol hanya karna gua.

"Mau kemana Mera malam-malam begini?" tanya emak.

"Mau nemuin David Mak, nanti Mera ceritain, Assalamualaikum."

Gua langsung berlari ke garasi untuk mengambil si Juki, belum sempat gua menstater Juki, seseorang memegang pundak gua, ragu-ragu gua pun menoleh,bukan apa takutnya yang nyentuh pundah gua itu mahkluk ghaib kan bisa pipis dicelana gua.

"Bapak!"

"kenapa buru-buru? mau kemana emangnya?"

"panjang pak ceritanya, yang jelas sekarang saya harus pergi."

"kalau begitu saya ikut, saya ga bakalan biarin kamu bawa motor dalam keadaan seperti ini."

"Tapi pak...."

"Ga ada penolakan, katanya buru-buru? hayuk! tunggu apa lagi?"

"iya pak."

Alhasil gua dan pak Zaki membelah padatnya jalanan kota, gua sedari tadi ga bisa duduk tetap, bawaannya pengen cepet nyampe, berkali kali gua coba buat hubungi David tapi tidak diangkatnya.

"Sebenarnya kita mau kemana sih?"

"Rumah David pak, jln. Teungku syik payabakong nomer 18."

Pak Jekisyen sepertinya paham dengan tingkah gua yang ga bisa duduk tenang, beliau mempercepat laju mobilnya. Hati gua ga enak, kaya ada sesuatu yang akan terjadi, semoga aja David ga bakal ngelakuin hal konyol.

"David kenapa? sakit?"

"Dia mau bunuh diri pak."

"Apah?"

Tanpa menoleh ke gua pak Jekisyen semakin mempercepat laju mobil Range Rover yang dikendarainya. Apa segitu cintanya dia sampe-sampe mau bunuh diri segala? tidak, ini jelas bukan cinta, kalau dia cinta sama gua dia pasti bakalan bahagia melihat gua bahagia.

Kami berhenti tepat di sebuah rumag yang cukup besar namun terlihat begitu sepi, gua langsung berlari dan membuka pintu rumahnya yang tidak dikunci.

"Dav dimana lu? David?" teriak gua.

Gua berlari kesepanjang ruangan dan tak ada penampakan David sama sekali, bahkan semua pintu kamar gua buka secara paksa tapi David masih tidak ada.

"Gimana? ketemu Davidnya?" Gua menggeleng kuat pada pak Jekisyen.

Namun sepucuk surat terdampar begitu saja di meja makan,gua yakin ini pasti pesan dari David. Gua pun mengambil surat itu dan membacanya.

"Dear Humairaku,

Terimakasih buat hari yang menyenangkan bersamamu, bisa melihatmu tersenyum lepas adalah sebuah hadiah terindah sepanjang hidupku, maaf juga karna aku masih suka menjahilimu namun untuk kali ini aku beneran serius.

sepertinya ini karma buat gua yang telah membunuh Rian untuk mendapatkanmu, Maaf, saat di Balapan liar waktu itu aku sengaja memotong kabel rem miliknya Rian, juga juga yng udah bikin Rian terpaksa ikut balapan itu, karna taruhannya adalah kamu. Gua membayar orang untuk mengalahkan Rian dan semua itu karna gua suka sama lu dan elu lebih memilih Rian yang baru lu kenal ketimbang gua yang udah bertahun lu kenal, gua marah saat lu lebih mentingin jalan sama Rian ketimbang gua ajak jalan, padahal waktu itu hari terburuk gua, gua sengaja ngajak lu jalan karna saat itu gua sedang rapuh dan butuh dukungan dan gua yakin lu bisa membuat gua bahagia, waktu itu nenek gua meninggal dunia dan gua bener-bener butuh lu sebagai penyemangat gua namun lu malah lebih mentingin Rian.

Karna itulah gua meminta buat kuliah diluar negeri supaya bisa meredamkan sakit gua juga bisa melupakan kalian, gua tau tindakan gua ini salah, dan gua minta maaf sama lu. Gua tau gua salah, oleh sebab itu gua mau nebus kesalahan gua. Tolong maafin  gua Mera.

Maaf karna udah bikin lu panik, gua sengaja nyuruh Arief buat lu mau nemuin gua, lebih tepatnya nemuin surat dari gua.

Gua ikutan Bali, ini udah pilihan gua, gua mau nebus dosa gua sama Rian.

Jangan nangis, karna aku ga suka itu."

Gua usah ga bisa membendung lagi tangisan gua yang tersedu sedu,melihat gua yang begitu terguncang, ragu-ragu pak Jekisyen memeluk gua buat nenangin gua yang menangis sejadi-jadinya.

"Pak Ayo kita susul David, dia ikutan Bali."

Tanpa menjawab pak Jekisyen menarik tangan gua keluar dengan sedikit berlari. Gua ga nyangka kalau selama ini David lah yang membunuh Rian dan yang paling membuat gua hancur adalah saat David mengajak gua jalan namun gua langsung menolak ajakannya itu karna sudah janjian dengan Rian untuk menjenguk Mama nya yang baru lahiran, gua ga tau kalau saat itu neneknya David meninggal.

"Pak itu kenapa?"

"Sepertinya ada kecelakaan."

Semoga bukan David, semoga bukan David.

Bersambung....

Tbc

DOSEN GALAK VS ME (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang