Hoseok menatap sendu kasur yang kosong di sebelahnya. Lagi-lagi Yoongi tidak pulang malam ini.
Pria Min itu menelpon Hoseok tadi sore, mengatakan bahwa ia akan pulang telat malam ini karena lembur. Hoseok menunggu kepulangan kekasihnya itu di sofa ruang tamu hingga jam sebelas malam. Namun sang kekasih belum juga menampakkan batang hidungnya. Akhirnya Hoseok pun memutuskan pergi ke kamar untuk beristirahat.
Di sinilah Hoseok sekarang, menatap kosong langit-langit kamar. Beberapa minggu ini kekasihnya tidak pulang ke apartemen yang ia tinggali bersama Hoseok. Keesokan paginya, Hoseok akan menemukan kekasihnya terbaring di sebelahnya.
Dengan parfum wanita yang berbeda setiap harinya menguar dari kemeja kantornya.
Namun pria Min itu bersikap seperti tidak ada apa-apa dan memperlakukan Hoseok bak putri setiap harinya. Hoseok tidak berbohong kalau ia menikmati semua perlakuan Yoongi padanya. Namun tidak dapat ia pungkiri bahwa Yoongi juga membunuhnya secara perlahan.
Menghela nafas, Hoseok memutuskan untuk tidur. Suara petir mengagetkan Hoseok. Oh, betapa Hoseok sangat membenci suara petir. Ia meringkuk, berharap sang kekasih akan pulang dan memeluknya, sebagaimana yang ibunya lakukan dulu ketika ada suara petir. Namun ia tahu, itu tidak akan pernah terjadi.
-
Hoseok terbangun akibat sinar matahari yang menembus masuk ke dalam kamar. Ia mengelus sepasang lengan yang melingkar di perutnya kemudian berusaha melepasnya. Membangunkan sang pemilik lengan.
"Morning, babe."
Hoseok berbalik dan menemukan kekasihnya tengah menggosok kasar kedua matanya. Ia menghentikan aktivitas sang kekasih.
"Morning, hyung. Jangan gosok matamu seperti itu. Kau bisa terkena infeksi."
Yoongi terkekeh gemas. Ia membubuhkan kecupan-kecupan halus pada wajah kekasihnya menimbulkan erangan dari sang kekasih.
"Sekarang lepaskan lenganmu dari perutku, aku akan membuat sarapan untuk kita berdua." Hoseok berusaha melepas kedua lengan Yoongi dari perutnya.
Bukannya melepas pelukannya, Yoongi malah semakin merekatkan pelukannya dan menarik Hoseok mendekat. Ia menenggelamkan wajahnya pada perpotongan leher Hoseok, menghirup dalam-dalam aroma kekasihnya yang memabukkan.
"Biarkan seperti ini dulu, babe. Lagipula hari ini hari libur." Suara Yoongi sedikit teredam kulit leher Hoseok, tetapi Hoseok dapat mendengarnya secara sempurna.
Hoseok menghela nafas kemudian menggosok punggung sang kekasih. Dulu, momen inilah yang selalu ia sukai. Berpelukan di tempat tidur sambil berbagi keluh kesah. Sekarang, hilang sudah debaran yang dulu selalu hadir di momen ini.
Lima belas menit pasangan itu berpelukan, Yoongi memutuskan pelukan secara sepihak. Hoseok mengelus pipi sang kekasih kemudian mengecup labiumnya yang tertutup rapat.
"Aku mencintaimu, hyung."
Hoseok menatap dalam mata sang kekasih, menunggu sebuah jawaban.
"Aku juga," balas Yoongi.
Hoseok tersenyum miris mendengar jawaban kekasihnya. Biasanya Yoongi akan membalasnya dengan aku lebih mencintaimu dan mereka akan beradu siapa yang lebih mencintai. Sekarang ia bahkan tidak dapat mendengar kata mencintaimu dari sang kekasih.