Siwon mulai masuk kembali ke Hyundai menggantikan Seunghyun yang mengundurkan diri karena Tifanny mulai bekerja di Hyundai. Siwon tidak menginginkannya tapi kondisi aboejinya yang tidak begitu sehat membuatnya mau tidak mau harus berada disana.
Sedangkan Lexus disana ada Yuri dan asistennya Chanyeol.
Ia tidak memiliki banyak waktu untuk membujuk yoona, ia membiarkan wanita itu berpikir sendiri tentang kelanjutan hubungan mereka.
Saat ia keluar dari ruang meeting Lexus, ia bertemu dengan Yoona. Tapi wanita itu tidak antusias seperti biasanya. Ia hanya diam dan melewati Siwon begitu saja.
"Yoong,,"
Ia berhenti dan melihat Siwon
"Ada apa oppa?"
"Temani oppa makan siang" ujar Siwon
"Baik" ujar Yoona
***
"Bicaralah yoong. Kalau kamu diam begini, rasanya begitu canggung" ujar Siwon
"Aku sedang tidak ingin bicara, oppa saja yang bicara"
"Kamu kenapa?"
"Sakit gigi" ujar Yoona kesal
"Apa setiap bicara dengan oppa mesti mengeluarkan urat nadi seperti ini?" Siwon juga tampak kesal "Kamu tahu oppa sibuk harus mengurus dua perusahaan, oppa benar tidak punya waktu untuk membujukmu"
"Bukan tidak punya waktu, tapi memang tidak mau"
"Susah ngomong dengan orang yang kekanak-kanakan dan tidak bisa mengertiin orang"
"Ne aku tidak pengertian, aku kekanak-kanakan. Semua yang buruk itu aku, makanya kamu tidak bisa mencintaiku. Makanya oppa lebih mencintai tifanny" ujar Yoona
"Terserah,"
"Itulah mengapa aku ragu denganmu"
Siwon bangkit dari duduknya
"Aku membencimu choi Siwon" teriak Yoona dan ia meninggalkan siwon.
***
Tuan Im mengajak Siwon makan malam bersama karena hari ini ulang tahun cucu pertamanya Hyuno.
Walaupun ia dan Yoona sedang perang dingin, Siwon tidak pernah mengabaikan keluarga Yoona.
"Grandpa seharusnya tidak perlu rayain" ujar Hyunso tahun ini anak itu berusia 8 tahun. Ia tampak sedih.
"Kenapa sayang?" tanya Nyonya Im
"Aku cukup lewati bersama mommy dan Jisoo saja"
"Bagaimana dengan daddy?" tanya Tuan Im
"Daddy sibuk" ujarnya
"Sayang, grandpa sudah rayain buat kamu, seharusnya kamu berterimakasih. Bukan mengeluh begini" ujar Yuri
"Gomawo grandpa" ujar Hyuno
Mereka menikmati makan malam, yoona dan siwon masih perang dingin. Kehadiran Seulong membuat suasana canggung. Hyuno berhenti tertawa dan Yuri menjadi diam.
Nyonya Im yang menyadari hal itu. Ia akan menegur Yuri karena mengira Yuri mempengaruhi cucunya untuk tidak menyukai putranya.
"Jangan eomma, kita tidak tahu apa yang terjadi dengan mereka" ujar Yoona
***
Saat mereka akan pulang, langkah mereka terhenti karena mendengar pertengkaran yuri dan seulong.
Yuri baru saja menampar Seulong, tidak ada yang tahu apa yang mereka bicarakan sebelumnya tapi yang mereka lihat Yuri menamparnya.
"Kamu ingin bersamanya, pergilah. Keluar dari rumah," bentak Yuri. Ia menangis. Selama ini ia bersabar dan menutupi semuanya dari siapa pun tapi hari ini pria itu mengatakan akan membawa wanita itu tinggal bersama, kesabarannya sudah habis dengan kesal ia menampar pria itu. Pria yang ia hormati selama ini dan detik ini ia kehilangan semuanya, rasa hormatnya dan bahkan cintanya. Ia sudah menyerah atas hubungan ini.
"Apa yang terjadi?" nyonya Im keluar dan saat Yuri akan memeluknya menumpahkan semua kekesalannya, ia malah mendapat tamparan dari mertuanya, sesuatu yang tidak akan bisa diterima menantu mana pun di dunia ini.
Ia menatap mertuanya terkejut sambil memegang pipi bekas tamparan itu.
"Eomma,," ia terkejut begitu juga yoona
"Apa pun yang terjadi, kamu tidak boleh menampar suamimu" ujar Nyonya Im "Apalagi mengusirnya"
Yuri mengangguk dan ia mengatakan maaf berkali-kali pada mertuanya.
"Yuri ya, apa karena posisimu di Lexus kamu menjadi begitu arogan, appa rasa sebaiknya kamu jangan bekerja lagi" ujar Tuan Im
Yoona tidak tahan dengan semua yang orang tuanya lakukan pada Yuri. Yuri memegang tangannya menghentikannya yang ingin bicara.
"Jangan" ujarnya pelan dan Yoona sangat kesal dengan oppanya yang sejak tadi diam. Ia tahu kalau Yuri tidak mungkin seperti ini jika bukan karena oppanya.
"Aboenim, sekarang hanya noona yang bisa membantuku di Lexus. Jika noona berhenti, aku tidak akan sanggup" ujar Siwon
"Aboeji yang akan kembali ke Lexus. Aboeji tidak ingin ada wanita yang tidak bisa menghargai suaminya bekerja di perusahaan aboeji" ujar Tuan Im dan Seulong tidak ada pembelaan sama sekali. Ia diam membiarkan yuri dimarahin.
"Appa kenapa tidak bertanya alasan eonni memukul dia?" tanya yoona dan yuri kembali mengenggam tangannya untuk mencegah yoona supaya tidak menceritakan apa yang ia ketahui.
"Aku akan keluar dari Lexus aboenim" ujar Yuri, ia tidak pernah seformal ini pada suami istri itu. Tapi kejadian hari ini membuka matanya lebar-lebar. Tidak ada mertua yang menyayangi seorang menantu seperti putri kandung mereka.
"Sayang katakan sampai jumpa pada grandpa dan grandma" ujar Yuri pada kedua anaknya.
"Aku yang antar kalian eonni" ujar Yoona dan Yuri mengangguk. Lebih baik ia bersama yoona daripada harus bersama Seulong.
***
Setelah mengantar yuri dan kedua keponakannya. Siwon dan Yoona berhenti di tepi sungai han.
"Eunji noona dan Sehun memberikan kita voucher honeymoon" Siwon menunjukkan amplop itu pada Yoona
"Apa kamu yakin ingin menikahi wanita kekanak-kanakan yang tidak pengertian ini?" tanya Yoona
Siwon membelakanginya, ia malas berdebat dengan Yoona.
"Kamu tahu alasan ketakutanku akhir-akhir ini? Ya seperti ini, kamu lebih suka menghindariku daripada menjelaskan padaku" ujar Yoona "Sama seperti Seulong oppa. Dia memilih menghindar setiap bertengkar dengan Eonni dan akhirnya ia berselingkuh"
"Aku bukan oppamu"
"Ne tentu aku tahu kamu bukan oppaku. Bahkan oppaku yang jatuh cinta setengah mati pada eonni bisa berubah hati"
"Sayang," Siwon memegang pipi Yoona "Aku bukan pria yang bisa mengumbalkan kata-kata cinta. Tapi aku mencintaimu, apa lagi yang kamu ragukan dariku?"
"Oppa,,"
Siwon meraihnya dalam pelukannya.
"Mau tifanny ataupun siapapun wanita itu, aku tidak mau. Aku hanya menginginkan Im yoona"
"Oppa jangan membuatku ragu lagi ya" ia menenggelamkan kepalanya di dada Siwon "Saranghae oppa"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
For You
FanfictionJika ada yang cemburu dengan kehidupanku, sebaiknya jangan. Aku hanya berusaha untuk tampak kelihatan baik tapi aku tidak sama sekali. Pesta pernikahan bak seorang putri, bukan sesuatu yang membuatku bahagia. Jika pria yang menjadi suamiku itu terny...