Real Love ~03

1K 118 39
                                    

Yoshino melihat ke arah tangga, dimana anak semata wayangnya turun mengenakan pakaian casualnya.

"Ada apa Kaa-san? Kenapa menatapku seperti itu?" tanya Shikamaru, melangkah menuju sofa dimana sang ibu duduk santai dengan majalah fashion di tangannya.

Yoshino menepuk sofa, menyuruh Shikamaru duduk di dekatnya. "Tumben jam segini kamu masih di rumah? Tidak ke kantor?" tanya sang ibu basa-basi.

"Kaa-san lupa kalau hari ini weekend?"

"Memangnya kenapa kalau weekend? Biasanya hari-hari itu selalu sama untukmu. Semenjak Temari-chan meninggal, kamu menghabiskan waktumu hanya untuk bekerja dan bekerja, seolah-olah kamu lupa kalau di sini masih ada Kaa-san dan Tou-sanmu yang menunggu dan mengkhawatirkanmu," kata Yoshino mengutarakan isi hatinya dalam satu tarikan nafas.

"Kaa-saan, buk--"

"Kaa-san mengkhawatirkanmu, nak. Sangat mengkhawatirkanmu." Yoshino menggenggam tangan putranya dengan tatapan sendu. "Sudah saatnya kamu bangkit kembali. Temari-chan sudah tenang di sana. Lupakan masalalumu yang menyakitkan dan kini saatnya kamu menata hatimu kembali. Kaa-san tidak menyuruhmu untuk melupakan menantu Kaa-san yang telah tiada, tapi bukan berarti kamu juga tidak mencari penggantinya lagi." Rasa sesak menjalari hati wanita paruh baya itu mengenang menantu kesayangannya yang telah tiada kerena mengidap penyakit langka yang menggerogoti tubuhnya selama bertahun-tahun. "Tou-san dan Kaa-san sudah menemukan pengganti Temari-chan, untukmu. Kami harap kali ini kamu tidak menolak," tutur Yoshino penuh harap.

Shikamaru menoleh ke arah ibunya serta melayangkan tatapan tidak suka. "Tapi aku tidak mau, Kaa-san. Aku belum berpikiran dan mungkin tidak akan pernah untuk mencari pengganti mendiang istriku. Sampai kapanpun, aku hanya mencintaiya. Tidak ada yang bisa menggantikannya di hatiku," tolak Shikamaru tegas.

"Sampai kapan Shikamaru? Katakan sampai kapan! Kaa-san sudah tua dan Kaa-san sangat ingin menimang seorang cucu sebelum ajal menjemput. Apa permintaan Kaa-san terlalu berat untukmu??" Air mata Yoshino jatuh. "Kaa-san tidak pernah meminta apa-apa padamu, nak. Apa susah mewujudkan permintaan wanita tua ini?" tanyanya melanjutkan.

"Maafkan aku, Kaa-san. Aku belum siap mencari pengganti istriku. Aku juga tidak tau sampai kapan. Jadi aku harap, Kaa-san dan Tou-san tidak perlu repot-repot mencari pengganti mendiang istriku karena itu semua akan sia-sia," tukas Shikamaru tenang.

Yoshino menggenggam tangan putranya untuk kedua kalinya dengan mata berkaca-kaca. Ini untuk kesekian kalinya Shikamaru menolak wanita pilihan mereka untuknya. "Kaa-san mohon, nak. Menikahlah dengan gadis pilihan kami. Dia gadis yang baik. Kaa-san dan Tou-san tidak salah pilih. Kaa-san ingin menimang cucu seperti teman-teman Kaa-san. Mengertil--"

"MENGERTI APA, KAA-SAN? SUDAH BERAPA KALI KUKATAKAN AGAR KALIAN JUGA BISA MENGERTI PERASAANKU? AKU TIDAK BISA MENCINTAI GADIS LAIN SELAIN MENDIANG ISTRIKU, KAA-SAN!!" Shikamaru berteriak marah membentak sang ibu.

Degh

"Kk ... kamu membentak Kaa-san?" Yoshino mencengkram baju tepat di dada. Sepertinya penyakit jantungnya kumat lagi mendengar teriakan marah dari putra semata wayang kebanggannya. "Maafkan Kaa-sanmu ini, nak. Maaf ..." ucap lirih Yoshino sebelum tubuhnya ambruk ke lantai karena hilang kesadaran. Yoshino jatuh pingsan.

"KAA-SAN!!!" panik Shikamaru melihat ibunya jatuh di lantai tak sadarkan diri. "Bangun Kaa-san ... maafkan aku, bangun Kaa-san ... ambulan ... BIBI ... PANGGIL AMBULAN!!" teriak Shikamaru kesetanan, menyuruh maid yang bekerja di kediaman Nara.

"Ba ... baik, tuan muda!" tanpa disuruh dua kali, maid tersebut meraih gagang telepon yang ada di sudut ruang tamu.

"Bertahanlah Kaa-san." Shikamaru langsung menggendong tubuh ibunya menuju mobil miliknya, melupakan bahwa ia telah menyuruh maid menelepon ambulan yang mungkin kini dalam perjalanan.

REAL LOVE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang