"Naru-chan, sudah bangun?" Naruto berjengit kaget saat Itachi yang baru saja masuk menyapanya.
"Nii-chan!? Naru kaget tau!" Itachi hanya nyengir melihat Naruto pura-pura marah. "Itu untukku? Tachi-nii baik sekali mau repot-repot membelikan bunga untuk Naru sepagi ini," lanjut Naruto begitu melihat buket bunga matahari di tangan kakak sulungnya, Itachi.
"Oh, ini suami kamu yang bawa. Tapi dia meninggalkannya di depan pintu. Tak berani masuk mungkin," jawab Itachi tidak yakin.
"Suami Naru? Shikamaru-nii maksudnya?" beo Naruto dengan kening berkerut tanda tak mengerti.
"Iya bawel. Siapa lagi? Ini ambil bunganya," Itachi menyentil kening Naruto kemudian menyerahkan buket bunga tersebut dan Naruto terima dengan wajah bingung.
"Ternyata tidak salah Sasuke memanggilmu dobe, kamu terlihat idiot saat muka bingung begitu," seloroh Itachi.
"Tentu saja Naru bingung. Bingung dengan ucapan nii-chan," Itachi melihat Naruto dengan tatapan penuh tanya.
"Memang apa yang salah dengan ucapan anikimu ini? Apa yang Naru-chan bingungkan?"
Naruto menghirup aroma bunga dalam pelukannya. "Bunga ini," katanya kemudian.
Lagi-lagi kening Itachi berkerut melihat sang adik tanda tak mengerti. Kemudian manik hitam jelaganya meneliti buket bunga matahari yang baru saja ia serahkan kepada Naruto. "Memang ada apa dengan bunganya? Bukankah bunga matahari adalah bunga kesukaanmu? Lalu kenapa?"
"Tidak ada yang salah dengan bunganya nii-chan. Hanya saja yang aneh itu ucapan nii-chan."
"..."
"Tachi-nii bilang yang bawa bunga itu suami Naru, sudah jelas nii-chan yang bawa tapi kenapa nii-chan bilang yang bawa itu suami Naru. Kan aneh?" kata Naruto menjawab pertanyaan Itachi.
"Itu kenyatannya, lalu nii-chan harus bilang apa? Memang yang bawa itu Shikamaru-san. Tapi nii-chan tidak tau kenapa dia tidak masuk dan hanya menyandar di balik pintu dengan muka ditekuk. Nii-chan tidak tahu apa yang terjadi dengannya. Saat nii-chan ajak masuk dia malah izin ke toilet dan meninggalkan bunga itu di depan pintu begitu saja. Ya karena kupikir itu untukmu, ya kubawa masuk saja sekalian," kata Itachi menjelaskan.
Naruto tersenyum getir mendengar pejelasan Itachi. Sudah pasti dia tidak percaya begitu saja jika Shikamaru membawakan bunga untuknya. Selama mereka menikah, tak sekalipun suaminya bersikap romantis padanya. Jangankan bersikap romantis, berbicara~pun hanya seperlunya saja. Seolah-olah mereka bukan pasangan suami istri.
Lagipula, suaminya tidak pernah tahu bunga kesukaan, makanan kesukaan Naruto, juga apa hobinya, Shikamaru sebagai suaminya tidak pernah tahu.
Jadi apakah Naruto bisa percaya begitu saja dengan apa yang Itachi katakan?
Tentu saja tidak!
Melihat Naruto tersenyum, Itachi jadi salah mengartikan senyuman itu. "Kamu senang dan terharu kan? Kan? Kan?" tanya Itachi menggoda Naruto.
Naruto meletakkan buket bunga matahari tersebut di sampingnya. Pandangannya menatap lurus ke taman rumah sakit melalui dinding kaca. "Tachi-nii benar. Naru terharu karena dibawakan bunga kesukaan Naru. Tapi Naru kecewa kepada nii-chan?" Dengan tatapan sendu, Naruto berkata menanggapi celotehan Itachi.
"Kecewa? Kepadaku? Kecewa kenapa?" beo Itachi.
"Nii-chan sudah repot-repot membelikannya untukku. Tapi kenapa harus membawa-bawa nama Shikamaru nii-san? Aniki berbohong hanya untuk menyenangkan hati Naru. Kenapa harus berbohong nii-chan? Naru benar-benar kecewa. Apa aku begitu sangat menyedihkan?" Perlahan tapi pasti, air mata Naruto kini jatuh tanpa isakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
REAL LOVE ✔
FanfictionDisclaimer : Masashi Kishimoto Demi menolong Bisnis keluarga angkatnya yang sedang kolaps dan juga demi menghilangkan rasa benci saudara angkatnya terhadap dirinya, Naruto harus menikah dengan seorang duda tapi belum memiliki anak. Menikah bukan ata...