Real Love ~11

816 96 11
                                    

Niat awal setelah pulang dari kediaman Uchiha, Shikamaru akan mencari Naruto ke alamat yang diberikan Mikoto kepadanya yaitu lokasi pemakaman kedua orang tua Naruto. Sekalian ia juga berniat untuk memperkenalkan diri sebagai suami Naruto kepada mendiang orang tua kandung sang istri.

Namun, saat ia berhenti karena lampu merah, siapa sangka ia melihat pemandangan yang membangkitkan amarahnya, menyaksikan istrinya dipeluk laki-laki lain dengan mesra di pinggiran taman kota?

Yah, memang istrinya~kan? Meskipun saat ini ia belum mencintai Naruto, tapi Shikamaru berhak marah juga bukan? Marah jika istrinya dekat dengan pria lain, apa lagi sampai di peluk oleh pria asing itu seperti yang dia lihat sekarang.

"Dasar murahan! Kupikir dia berbeda, tapi ternyata sama saja dengan yang lainnya. Munafik."

Dengan emosi yang memuncak, Shikamaru memacu laju mobilnya begitu lampu merah berganti jadi lampu hijau. Dia butuh suasana yang bisa membuat dirinya tenang. Suasana yang bisa meredakan amarah yang kini tengah bergejolak.

Sementara itu disisi lain, Naruto terus meronta berusaha untuk melepaskan pelukan erat Sasuke.

"Lepas, Suke-nii. Sumpah demi apa, orang-orang bisa salah paham dengan tingkah nii-san saat ini. Tolong lepaskan pelukanmu. Bagaimanapun juga, aku sudah menikah dan menjadi istri sah orang lain."

"Tidak. Biarkan seperti ini sebentar saja. Biarkan aku memelukmu Naru. Ini hal yang sangat ingin kulakukan sejak lama, tapi tidak bisa kulakukan karena kebodohanku. Aku justru menyiksa batinmu dengan kata-kata kasarku," ujar Sasuke lirih tanpa melonggarkan pelukannya.

"Tapi kita menjadi tontonan gratis orang-orang yang lalu lalang. Semua karena ulahmu," marah Naruto.

"Kalau begitu, beritahu aku dimana tempat tinggalmu. Izinkan aku datang kerumahmu, Naru."

Naruto menunduk tak berani menatap Sasuke. Bukan maksud untuk menolak kehadiran kakak angkatnya itu di apartemen tempatnya tinggal bersama sang suami. Tapi, ia juga tak berani untuk menerima tamu dengan sembarangan tanpa izin suaminya Shikamaru, sekalipun itu keluarga terdekatnya.

Karena Naruto sadar diri bahwa ia dan Shikamaru menikah tanpa rasa cinta. Jadi dia tak boleh bertindak sesuka hatinya tanpa mendapat izin sang suami terlebih dahulu. Semua itu dilakukan untuk menghindari timbulnya masalah nantinya. Naruto juga tidak tahu bagaimana ujung pernikahan yang dijalaninya saat ini mengingat sikap acuh tak acuh Shikamaru terhadapnya. Untuk itu, sebisa mungkin ia berusaha untuk tidak melakukan kesalahan yang mungkin membuat suaminya marah.

"Apakah aku tidak bisa tahu dimana alamat tinggalmu, Naru? Apa kamu masih takut kepadaku?" tanya Sasuke harap-harap cemas.

"Bukan maksudku menolak untuk memberitahumu, Suke-nii. Bukan juga karena aku takut padamu. Tapi aku harus mendapat izin dari suamiku terlebih dahulu untuk memberitahu alamat tinggal kami sekarang. Aku tidak ingin ada masalah diantara kami. Kuharap nii-san mengerti," jawab Naruto tanpa menatap Sasuke.

"Jadi begitu? Apa itu artinya kehadiranku dirumahmu juga ditolak? Apa suamimu seorang pencemburu?" dengan rasa kecewa, Sasuke menanggapi.

"Aku bukan bermaksud untuk menolak kehadiran Sasuke-nii. Kumohon jangan salah paham. Lain kali kalau aku sudah mendapat izin darinya, aku akan mengundang kalian semua. Tou-chan, Kaa-chan, Tachi-nii dan Suke-nii untuk makan malam bersama di rumah kami. Aku janji," jawab Naruto meyakinkan.

"Apa membuka pintu rumah untuk keluarga sendiri juga harus butuh izin dari suamimu?" tanya Sasuke tidak suka.

"Iya. Aku seorang istri. Jadi untuk melakukan hal sekecil apapun, aku perlu izin darinya karena itu salah satu caraku untuk menghormatinya sebagai suami. Apa Sasuke-nii mengerti? Sekalipun pernikahan kami terjadi karena sebuah persyaratan bisnis, sekalipun dia tidak mencintaiku, sekalipun aku istri yang tidak dianggap, tapi aku wajib menghormatinya." Dengan air mata yang menggenang dipelupuk matanya, Naruto menjawab walau dada terasa sesak saat mengatakannya.

REAL LOVE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang