Real Love ~20

844 102 11
                                    

Tubuh Naruto menegang kala Shikamaru memeluknya dari belakang. Bukannya Shikamaru tidak menyadari itu, hanya saja ia maklum dengan reaksi yang ditunjukkan sang istri mengingat betapa kasarnya sikapnya terhadap istrinya itu selama ini.

Sudah terhitung tiga hari Naruto keluar dari rumah sakit. Dan selama tiga hari ini pula Shikamaru selalu setia menemani sipirang di apartemen. Dia hanya memantau perusahaan dari sana dan sesekali sekertaris datang ke apartemen mengantar laporan dan dokumen penting lainnya yang sekiranya membutuhkan tanda tangan Shikamaru sebagai CEO.

Tangan Shikamaru mengelus lembut perut Naruto dari belakang. Saat ini mereka tangah berbaring di atas ranjang yang sama. Ranjang yang biasa mereka pakai selama ini. Dan satu-satunya ranjang yang menjadi saksi bisu saat perawan Naruto diambil oleh suaminya sendiri secara paksa.

"Bagaimana kabarnya? Apa dia membuatmu kesusahan?" tanya Shikamaru dengan suara yang sangat pelan, nyaris berbisik.

"Dia baik. Dia tidak pernah membuatku repot. Dia anakku, bagaimana mungkin dia membuatku kesusahan?" balas Naruto masih tetap pada posisinya membelakangi Shikamaru.

"Bukan anakmu saja Naru, tapi anak kita," ralat Shikamaru.

"...."

"Hm, Naru-koi, bolehkah aku meminta-----"

"Ti----tidak bisa Shika-nii. Aaa----ak---aku belum siap!" potong Naruto cepat sebelum Shikamaru selesai berbicara.

Shikamaru tersenyum geli saat mengetahui maksud istri mungilnya itu. Diam-diam timbul niat Shikamaru untuk menjahili sang istri. "Tapi aku ingin Naru, sangat."

"Jjj----jangan coba-coba Shika-nii," gugup Naruto dan langsung berbalik menghadap Shikamaru.

"Apa aku salah memintanya? Kamu sudah sah jadi istriku dan aku suamimu. Kalau tidak sekarang, kapan lagi?" goda Shikamaru lagi membuat Naruto makin panik.

"I---iya memang. Ttt----tapi kumohon jangan sekarang," cicit Naruto sembari memalingkan muka.

"Aku juga tidak meminta harus sekarang karena ini sudah malam tapi besok bisa~kan? Aku mohon tolong izinkan aku---" ujar Shikamaru memohon.

Naruto mengangkat wajahnya, "Tapi aku masih belum bisa Shika-nii, aku sedang hamil muda, bagaima-----"

Tersenyum, Shikamaru mengecup kening Naruto. "Pikiranmu ngelantur kemana? Aku hanya meminta agar kamu mau membawaku mengunjungi kedua orang tua kandungmu. Atau biar lebih jelas, aku ingin kita pergi ke makam mertua kandungku besok. Apa kamu keberatan? Aku tau ini memang sudah terlambat, tapi aku ingin minta izin kepada mereka agar merestui aku menjadi menantu mereka. Aku juga ingin minta maaf kepada mereka tentang semua kesalahan yang kulakukan padamu," jelasnya melanjutkan. "Kumohon, tolong izinkan dan bawa aku kesana, Naru."

Mendengar permintaan suaminya, Naruto tertegun. Terbersit rasa bersalah dihatinya karena sudah salah paham tentang maksud suaminya. "Aa----apa----Shika-nii serius?" tanyanya memastikan.

"Serius sayang. Apa kamu masih meragukanku? Apa kamu belum bisa percaya sedikit saja padaku?" sambil bertanya, tatapan sendu Shikamaru layangkan.

"Buk----bukan aku tidak percaya----"

"Lalu?" tuntut Shikamaru.

"Baiklah. Tapi Shika-nii juga harus bisa mengabulkan permintaanku. Dengan begitu kita impas," kata Naruto memutuskan.

"Permintaan? Apa itu? Sebisaku pasti akan aku kabulkan untukmu," putus Shikamaru.

"Ajak aku berkunjung ke makam mendiang istrimu juga. Banyak hal yang ingin aku sampaikan padanya tentangmu Shika-nii," celoteh Naruto bercanda.

REAL LOVE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang