Real Love ~19

925 106 15
                                    


"Apa kamu sudah yakin dengan keputusanmu Naru-chan? Menurutku, terlalu mudah dia mendapatkan maaf darimu setelah apa yang dia lakukan padamu. Setidaknya, tinggallah di kediaman Uchiha untuk sementara waktu dan biarkan dia merenungkan segala kesalahannya."

"Lalu bagaimana denganmu? Apa kamu pikir bahwa kamu pantas mendapat maaf dari Naru-chan setelah apa yang kau lakukan padanya selama ini, Sasuke?" Skakmat. Ucapan Itachi memukul telak ulu hati Sasuke. "Jangan menghakimi orang lain sebelum kita melihat kedalam diri kita sendiri. Apakah kita sudah lebih baik dari mereka yang terhakimi?" lanjut Itachi.

"Bukankah itu terlalu kejam, aniki? Kau memukul tepat dibagian yang paling sakit," ujar Sasuke tidak suka.

"Syukurlah kalau kamu sadar." Dengan santainya, Itachi menanggapi.

"----atau jangan-jangan baka-aniki tidak suka Naruto-dobe memaafkan aku?"

"Bukan tidak suka, adikku yang bodoh. Hanya saja pemikiranku padamu sama dengan pemikiranmu terhadap Shikamaru-san. Terlalu mudah kamu mendapat maaf dari Naruto mengingat sikap kamu yang dulu begitu kasarnya kepada Naru-chan."

"Mau sampai kapan kalian berdebat akan hal yang tidak penting seperti itu nii-chan? Ada apa dengan kalian berdua? Kenapa hari ini cerewet sekali? Seperti bukan Tachi-nii dan Suke-nii yang kukenal," seru Naruto yang masih terbaring di atas ranjang pasien rumah sakit.

"Itu karena kamu belum menjawab pertanyaanku, dobe!" sergah Sasuke sembari menyibak selimut yang dikenakan Naruto.

"Pertanyàan yang mana? Apa nii-chan menanyakan sesuatu? Kapan? Kok Naru tidak dengar?"

"Dobeeee-----kamu....."

"Sudahlah Sasuke, biarkan Naru-chan istirahat. Kamu juga harus pulang kerumah. Bukankah kamu ada pertemuan dengan dosen pembimbingmu pagi ini?" Kata Itachi menengahi.

"Tch...selalu saja begitu----" decih Sasuke tidak suka. "-----lalu bagaimana dengan Naruto? Siapa yang menungguinya? Bukankah Kaa-san sedang menemani Tou-san keluar kota? Sementara aniki sendiri mau ke kantor, bukan?" tanya Sasuke kepada sang kakak.

"Shikamaru-san sebentar lagi sampai. Biar aku yang menunggui Naru-chan sampai suaminya datang," jawab Itachi menanggapi.

"Itulah yang paling aku tidak suka. Aku tidak suka melihat pria Nara itu disekitar Naruto tanpa rasa bersalah di wajahnya. Tapi ya sudahlah, jaga Naruto dan calon keponakan kita dengan baik baka-aniki, aku pergi dulu," kata Sasuke tanpa melihat ke arah Naruto.

"Pasti. Kamu tenang saja otouto. Aku akan menjaga mereka dengan baik," ujar Itachi sembari mengantarkan sang adik sampai ke depan pintu ruang rawat Naruto.

Itachi menghampiri Naruto yang duduk menyandar di ranjang rumah sakit. "Kenapa duduk Naru-chan? Sebaiknya kamu tetap berbaring dan istirahat biar cepat sembuh, hm?"

"Naru bosan nii-chan. Naru ingin pulang. Bisakah Tachi-nii berbicara dengan dokter agar Naru diizinkan pulang hari ini?" pinta Naruto memelas.

"Kondisi kesehatanmu belum pulih benar imouto. Kamu masih butuh perawatan. Bukankah dokter sudah menjelaskannya padamu?" kata Itachi memperingatkan.

"Tapi----"

"Tidak ada tapi-tapian Naruto."

"Nii-chan tidak mengerti. Naru bosan! Bosan!" seru Naruto tidak suka.

"Apa yang nii-chan tidak mengerti? Jangan egois Naruto. Itu semua demi kesehatanmu dan juga untuk kebaikan calon anakmu. Jangan kekanakan dengan memikirkan rasa bosanmu saja," hardik Itachi.

"Apa yang salah aniki? KATAKAN APA YANG SALAH?? Ayahnya tidak pernah menginginkan aku dan janin ini ada dihidupnya. Lalu kenapa? Aku hanya ingin melakukan apa yang membuat aku dan anakku bahagia tanpa adanya penolakan dari ayahnya atau siapapun itu. Aku hanya ingin bahagia dengan caraku sendiri. Apa aku salah?" Naruto berujar dengan linangan air mata.

REAL LOVE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang