1

3.7K 186 18
                                    

Rumah yang besar nya bukan main itu masih terlihat sepi, gelap. Ditambah lagi pagar rumahnya yang terbuat dari beton dan hanya menyisakan sebuah pintu sebesar mobil untuk akses masuknya membuat rumah tersebut terlihat semakin terisolasi. Padahal, rumah itu adalah salah satu rumah yang bisa dibilang paling mewah di sana, apalagi setelah di renovasi tahun lalu membuatnya terlihat semakin 'wah' jika saja terlihat sedikit lebih hidup.

Seorang gadis berponi yang baru keluar dari kamarnya itu terlihat bengong didepan pintu, memperhatikan seisi rumah yang gelapnya minta ampun.

Hanya ada secelah cahaya yang keluar dari kamarnya. Dengan perlahan, gadis itu berjalan menuruni tangga dengan tangan yang menyusur pegangannya agar tidak jatuh karena kepalanya masih berat karena baru bangun tidur.

"Harusnya dibawa aja ke kamar," gumam Kay setengah mendengus. Dia sampai di ruang tengah, kakinya terdengar berisik karena menginjak beberapa bungkus makanan ringan sisa semalam.

"Zee, nyalain lampu rumah." Ujar Kay didepan sebuah alat berbentuk tabung dengan lampu kecil yang menyala. Setelah Kay mengucapkan hal tersebut, seluruh badan alat itu bercahaya remang merespon lalu semua lampu di ruangan besar menyala dengan sendirinya, menampakkan pemandangan yang benar-benar bikin sakit mata.

"Yaampun," Kay langsung bangun dalam sekejap, ia berdecak kagum akan suasana rumahnya. Kagum dalam artian bahwa Kay tidak percaya rumahnya itu bisa seberantakan ini.

ART mereka, sedang pulang kampung karena mendapat cuti selama liburan dan baru akan kembali bulan depan. Jadilah rumah tidak terurus, debu dimana-mana, bungkus snack kosong, barang-barang yang sudah tidak ada ditempat semula. Kay menghela napas kasar, jika saja, ada Kak Rei dan Aresh sudah pasti nasib mereka bertiga akan berujung baik.

Setidaknya, Aresh suka bersih-bersih.

Tapi sayangnya itu tidak akan terjadi, karena dua kakak tertuanya tidak ada di Indonesia, tepatnya di Bandung. Mereka masih harus melanjutkan studi disana.

Kedua orangtuanya pun entah ada dimana sekarang, terakhir Kay menghubungi mereka, katanya sedang di Aussie. Itu Papa, sedangkan Mama berada di Korea untuk menjelajah bisnis makanan. Karena demam Korea sedang melanda, Reina berencana akan membuka cabang restoran yang di khususkan untuk anak muda yang suka k-pop. Ini terasa seperti Reina sedang menyediakan tempat untuk anaknya sendiri.

Tak sadar sudah melamun begitu lama dengan tangannya yang sibuk memunguti bungkus snack dan sisa makanan semalam sudah selesai. Ruang utama sudah sedikit bersih sekarang.

"Grroook, kkrrrr..."

Kay terkesiap, ia mengusap dadanya lalu melongok kearah ruangan kecil yang disekat kaca buram dari ruangan utama tersebut, ia melihat Sam sedang tertidur dengan satu kaki yang naik keatas sandaran sofa dan yang lainnya dibawah, sedang kepalanya sudah menjuntai hampur menyentuh lantai.

Gadis berponi itu menurunkan kaki Sam, membetulkan kepalanya dan kembali menyelimuti kakaknya itu.

Gadis berponi itu menurunkan kaki Sam, membetulkan kepalanya dan kembali menyelimuti kakaknya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BROTHERS : The Twin [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang