14

989 77 8
                                    

Pagi baru dimulai, seperti biasa, Kay memulaimya dengan sarapan bersama Sam dan juga Key. Di rumah besar yang hanya dihuni olehbtiga orang, setidaknga, untuk sekarang.

Sam dan Key, mereka berdua menjadi lebih tenang setelah Kay menjelaskan kemana ia pergi dan kenapa tidak ada yang tahu. Tentu saja, marena mereka masih tidur. Itu sudah jelas, makanya, Kay tidak setuju saat Sam dan Key menyebutnya sebagai kabur.

"Nanti Kakak jemput," ujar Sam dingin. Sekedar info saja, kakaknya yang satu itu masih marah. Lebih tepatnya lagi, pura-pura marah. "Jangan pulang sebelum Kakak sampe di sekolah."

"Iya, dan aku harus nunggu sampe kucing Bu Afni beruban." Dengus Kay menyahut. "Beres kelas, Kak Sam kan pasti ke fakultas nya Kak Cassey, nunggu dia, nganterin dia, satu jam disana, baru jemput aku!" Jelas Kay bersungut-sungut, wajahnya merengut karena ia tak paham kenapa Sam masih marah padanya.

Di samping Kay, kembarannya berusaha menahan tawa karena Sam yang terlihat tertohok karena ucapan Kay. Karena itu fakta. Sam, jika menyangkut urusan Cassey-pacarnya, tidak akan cukup hanya dengan waktu satu jam hanya untuk mengantarnya sampai rumah saja.

"Aku udah bisa naik ojol, jadi aku pulang sendiri aja."

"Ah-" Key menoleh penuh curiga pada Kay, "mau pulang sama si Novarian itu, ya?"

Mendengar nama itu disebut, wajahnya mendadak merah padam. Sam langsung menangkapnya dengan curiga, negitu juga kembarannya.

"O-oooo??!!" Sam berseru panjang, Sam sudah yakin saat Kay turun ditemukan tengah berjalan pulang, ada yang aneh dengannya. Apalagi datang dengan wajah sedikit lebih berseri-seri daripada kemarin. Gak mungkin move on semudah ini.

"Jangan bilang kamu suka-"

"Nggak." Sanggah Kay cepat, "gak usah khawatir. Aku udah kesel banget sama yang namanya cowok!" Gertak Kay mengacungkan garpu dan pisaunya keatas. Membut Key dan Sam ngeri sendiri.

"Tapi kan Novarian-"

"Ian." Koreksi Kay semakin membuat keduanya curiga. Sedekat apa mereka?

"Pokonya, kan, si tinggi pucet itu juga cowok, Edelwine Kayla Walton." Sungut Key tak mau kalah, mereka saling menatap dengan kobaran api dimata mereka. Sam hanya menonton dengan seru.

Kay memutar bola matanya, "aku gak liat dia sebagai cowok, tuh. Dia temen aku."

"Kaylaaaa, sayangku-" Key senyum-senyum dengan menjengkelkan, "gak ada yang namanya temen antara cowok sama cewek."

"Ada!"

"Nggak. Bukti hidupnya, kamu sama Rival!"

Kay tersedak rotinya sendiri, dia menatap Key yang sedang tersenyum puas karena membuat Kay tertohok. Kay berdeham untuk meringankan tenggorokannya, kenapa dia jadi bisa seperti saat nama itu disebut lagi?

"Pokonya aku sama dia temenan. Titik. Gak kurang, gak lebih, gak bakal." Kay meninggalkan ruang makan dan menyambar tasnya dengan cepat. Ia memasukkan kaki kedalam sepatu dengan mudah, karena sepatunya, dengan misterius menjadi dua kali lebih besar.

Tak peduli, Kay berjalan kearah gerbang tanpa memeriksa. Ia membuka gerbang hitam itu, wajahnya semakin muram, kesal. Secepat kilat, Kay bersusah payah kembali menutupnya, satu tangan masuk, menahan. Jika tak berperasaan mungkin sudah Kay jepit tanpa ampun tapi Kay memilih berbalik dan meninggalkannya.

Didepan rumah, Sam berkacak pinggang, matanya melotot, "itu sepatu Kakak mau kamu bawa kemana?"

"Mana sebelah lagi punya aku!" Dengus Key yang hanya memakai sepatu sebelah. Kay melepas kedua sepatu yang berbeda itu dan kembali berbalik, namun mengurungkan niat lagi setelah ingat siapa yang baru saja datang.

BROTHERS : The Twin [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang