7

1.5K 115 2
                                    

Bu Elsa keliling meja membagikan slebaran berisi total lima soal yang harus mereka kerjakan. Tiga kelompok pertama yang menyelesaikannya akan mendapat prize khusus dari Bu Elsa sebagai reward dan juga rasa terimakasih karena setidaknya ada yang mengerti apa yang ia jelaskan.

Surya garuk-garuk kepala, ia mau hadiahnya, tapi yang jadi masalah adalah pasangannya. Anak yang kerjaannya dandan di kelas, Rona namanya. Cewek dengan rambut nyentrik langganan BK. Orang yang lebih ogeb darinya, itu pasti. Dan juga orang yang menempati ranking pertama dari bawah. Alias ranking paling akhir.

Nasib macam apa yang menyatukan Surya dengan Rona, sudah jelas mereka tidak akan bisa menempati tiga kelompok pertama yang menyelesaikan soal dengan cepat, tepat, akurat.

"Mol? Mol itu apa?"

"Terus ini, titik didih? Emang kalo mendidih ada titiknya? Gue gapaham Surya." Gadis itu terus merengek dan mengeluh dan mendorong lembar kertas itu begitu saja, lalu menariknya kembali,

"Ini beneran soal? Ini kimia? Kok yang gue liat cuma angka-angka. Terus ini artinya apa? Kok catatan lo aneh? Ini beneran rumus atau lo asal gambar?"

"Si buluk kebagain sama Rona. Yang sabar ya, ganteng." Ejek Key merasa selangkah lebih maju, tentu saja karena ada Aluna. Key tahu, cewek itu pintar, hampir tanpa cacat. Semua pelajaran di sikat. Tapi, tugas yang kadang bolong-bolong menjadikan Aluna berada di peringkat tiga.

Beda dengan Key yang payah dalam beberapa pelajaran, apalagi sekarang, sudah ada VCR game di rumahnya dan membuatnya lupa waktu. Tapi, keberuntungan berpihak padanya, orangtuanya yang katanya pintar dan juga kakek-nenek sampai buyutnya yang bisa dibilang orang yang benar-benar mempunyai otak pintar dari sananya membuat dirinya tidak sulit memahami pelajaran. Yang membuatnya lemah hanya karena Key tidak menyukai beberapa pelajaran. Seperti Kimia, contohnya.

"Kamu kerjain nomor 1 sama dua. Itu gampang. Cuma cari mol."

"Ah, beranak. Males." Sahut Key yang sudah ogah melihat lembar soal itu, "kalo gampang lo aja yang kerjain."

Aluna melotot, "kalo gitu 3-4 itu gak beranak."

Key meraih kertas itu, pupilnya bergetar, "gue 1-2 aja. Silahkan kerjakan dengan tenang."

Aluna mendecih lalu diiringi senyuman tipis setelahnya, "lucu." Gumam Launa tak sadar.

"Apa? Lucu? Ciee muji gue."

Pak. Aluna mendaratkan kertas itu dimuka Key.

"Njir." Key keceplosan, tapi Aluna tampak tak peduli. Oke, selamat.

••••

"Uwaaah." Seru Kay melihat Ian yang sangat lancar mengerjakan soal, "kamu pinter banget. Aku baru tau."

Mereka sudah sampai di soal nomor lima dengan kerjasama yang lancar jaya seperti wifi di rumah Kay. Mengingat rumus dan berhitung cepat tanpa melihat catatan seolah merupakan keahlian yang baru mereka temukan.

"Kenapa kamu masih ikut les?"

"Pertanyaan yang sama juga buat lo." Jawab Ian, "gue tau lo juga kayanya pinter. Kenapa masih ikut les?"

"Itu-" Kay kehabisan kata-kata. Tidak mungkin Kay jawab 'karena iseng'. Rasanya terdengar seperti meremehkan orang lain yang sungguh-sungguh ikut les untum belajar. Kay juga sama pergi untuk belajar, tapi itu karena ia sepi diam di rumah saat akhir pekan.

"Beres!" Ian merentangkan tangannya dan melepas pen-nya, "lo mau prize nya kan?"

Kay mengangguk, "bubble tea. Siang-singa gini, pasti enak."

"Oke." Ian pergi kedepan, mengumpulkan lembar jawaban mereka berdua.

Bu Elsa cukup terkejut karena waktunya, ia memeriksa semua jawaban dan lebih terkejut dengan hasilnya.

BROTHERS : The Twin [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang