20

1.3K 93 29
                                    

Ps; besoknya gue lama banget ya :")

Selamat membaca💨

----

"Sewa buat dua jam ya Mang."

Marvel memakai helm sepedanya, lalu memberikan satu pada Kay. Gadis itu sudah duduk di jok bel

akang dan membelakangi Marvel.

"Kenapa gak minta tendon aja sih, Vel?" Tanya Kay masih protes karena dia maunya sewa tendon bike. Tapi, Marvel menyewa sepeda yang memikiki jok dibelakangnya, dengan bantalan empuk yang katanya, menjamin kenyamanan.

"Biar kamu duduk manis, gak cape." Jawab Marvel, "udah duduknya?"
"Udah."

Marvel mulai mengayuh sepedanya. Terlihat sangat ringan seolah Kay hanya bulu yang tidak memberatkan Marvel sama sekali. Punggung Kay bersendar dipunggung Marvel, terakhir kali dia duduk seperti ini, adalah saat Sam menjatuhkannya dari sepeda karena hampir menabrak anak TK di kompleks mereka.

Alhasil, Kay jatuh terguling, Sam sendiri masuk ke parit dengan sepedanya. Rei sampai marah-marah pada mereka berdua, tapi tentu saja, Sam yang paling banyak kena semprot Kak Rei.

"Aku berat, ya?" Teriak Kay dari belakang, "susah gak bawanya? Aku ngadep belakang soalnya."

"Nanti jatuh!"

"Nggak bakal, asal gak ketemu anak-anak atau nabrak pohon aja." Kay terkikik. Ingatan itu menjadi semakin jelas.

Marvel masih mengayuh dengan santai. Senyum mengembang sempurna diwajahnya, tapi Marvel bingung harus memulai darimana. Kemarin dia ingin sekali menjelaskan semuanya pada Kay, tapi sekarang hatinya terasa lebih ringan dan Marvel hampir lupa apa yang menjadi masalah antara Kay dan dirinya.

"Kalo aku bilang Kiara cuma temen aku, kamu percaya, gak?" Ujar Marvel tiba-tiba. Lama dia tidak mendengar Kay menjawab, Marvel ragu... Apa Kay tidak mempercayainya?

"Percaya." Jawab Kay riang, dia tadi terlalu asyik melambaikan tangan pada anak kecil yang mereka lewati. "Berenti dulu di jembatan Kak."

Marvel mengangguk, beberapa kayuhan sudah membuat mereka bersandar di pembatas jembatan. Marvel memperhatikan Kay yang sibuk mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya, "ada ikannya gak ya?"

"Terus kenapa kamu gak mau ngomong sama aku?" Tanya Marvel lagi.

"Aku harus dinginin pikiran dulu. Kalo nggak, mungkin sekarang kita udah–"

Paham, Marvel buru-buru bertanya lagi, "jadi kamu gak marah?"

"Marah, sih. Sedikit, kesel juga." Kay vemberut, dia makim melongok, "yaaah gak ada ikannya."

Kay memasukkan lagi kantong kecil berisi makanan ikan itu, lalu menoleh kearah Marvel, "siapa yang gak kaget liat pacarnya lagi dicium sama orang lain." Dengusnya. "Lanjut yuk."

"Kamu mau dengerin?"

"Mau." Sahut Kay, dia sudah duduk menyamping dan melingkarkan tangannya pada perut Marvel. Otot perut Marvel terasa dari balik kaos hitamnya. Membuat Kay deg-degan sendiri membayangkan perut kotak-kotak yang belum pernah Kay lihat. Sam selalu melarangnya. Menyebalkan!

"Kiara itu, gimana, ya? Dia emang temen aku. Kita ketemu pas ada event di kampus– dan, ternyata dia juga anaknya temen Mama." Jelas Marvel pelan-pelan, "dia pernah main ke panti, tau, kan? Yang Mama diriin tahun lalu buat anak-anak yatim–piatu."

"Iya. Aku juga pernah kesana."

"Nah," katanya, "Kiara di kampus ngambil jurusan design gitu. Dia ke panti, dan kasih peralatan buat gambsr dan bgajarin mereka secara sukarela. Jadi kita kebetulan ketemu lagi."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BROTHERS : The Twin [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang