12

1.1K 78 3
                                    

Sam terlihat kebingungan didepan ponselnya. Jarinya terus mengetik, panjang lebar namun semuanya kembali dihapus. Diketik lagi, di hapus lagi sampai Sam mengerang frustasi karenanya. Kepalanya terasa mau pecah, bingung bagaimana menjelaskan kejadian ini pada dua kakaknya. Hatinya saling menarik, antara bilang atau tidak, otaknya juga tidak bisa diajak damai sama sekali.

Ini sudah jam tiga pagi, tapi Sam masih terjaga karena hal yang sama. Matanya tak mau terpejam sekalipun sudah sangat mengantuk.

"Kak, lo masih belum selesai laporan?" Tanya Key yang terbangun dan melihat Sam masih duduk termenung di sofa, "gak usah bilang aja kalau gitu."

"Gatau, ah. Gue khawatir, Kay belum keluar juga, terus sekarang masalahnya udah berhadapan sama Kak Rei."

"Kata Mama, kalau ragu-ragu, mending tinggalkan." Kata Key pede dengan suaranya yang terdengar serak, "kasian juga Kayla. Kalau sampai Kak Rei tau, bisa-bisa gak cuman Marvel yang kena marah."

Cowok dengan iris biru itu menghela nafas. Ini semua salahnya karena tidak bisa menjaga Kay dengan baik sampai terluka seperti itu. Sam sepertinya terlalu santai karena ia kira Marvel tidak terlihat seperti orang yang akan melukai adiknya itu.

"Tapi Kak, lo gak mikir Marvel yang nyebabin-" Key menunjuk luka di wajahnya, "gak mungkin kan?"

"Kayanya gak mungkin. Tadi gue sempet liat tangan Kay juga ada goresan kok. Pasti ada hal lain."

Key mendadak gusar, kepalanya memikirkan berbagai kemungkinan kenapa kembarannya bisa terluka seperti itu. Selama delapan belas tahun hidupnya, baru kali ini Kay mempunyai luka seperti itu. Kalo Key mah sering, namanya juga cowok.

"Sekarang lo istirahat deh Kak, urusan Kak Rei biar nanti aja." Ucap Key sambil menepuk pundak kakaknya itu. Ini sudah hampir subuh, tanggung jika Key melanjutkan tidur. Cowok itu naik ke atas, pindah ke kamarnya. Saat hendak masuk, Key berhenti lalu beralih ke pintu kembarannya. Ia menghela nafas. "Kamu kenapa bisa sampai kaya gini, sih?"

Key akhirnya duduk didepan kamar kembarannya itu. Badannya bersandar dipintu dengan kedua lutut yang ditekuk.

"Aku gapapa kok."

Mata Key membulat saat mendengar suara samar dari dalam. Kakinya langsung berdiri dan hendak membuka knop pintu, tapi Key berhenti dan kembali ke posisi awal.

"Cerita, dong. Jangan bikin aku khawatir."

"Nanti aja. Kalo cerita sekarang, kamu sama Oppa pasti marah."

Ya, Kay benar-benar menjawab. Kay sudah ada di dekat pintunya sejak ia terbangun. Awalnya, Kay mau turun untuk mengambil air. Namun suara Sam terdengar dibawah membuat Kay mengurungkan niatnya dan memilih duduk didekat pintu sampai Sam tertidur dan Key masuk ke kamarnya. Tapi, tanpa diduga kembarannya itu berada di depan pintu kamarnya.

"Marvel bukan yang buat kamu luka-luka gitu, kan?"

"Mm... Ini salah aku sendiri kok. Aku gak sengaja pecahin vas di rumah Kak Marvel. Pas diberesin gak sadar luka gini. Mungkin aku pegangnya kekencangan." Terang Kay, "Gausah khawatir. Jangan bikin Kak Marvel luka juga, aku gak mau kalian ngelakuin itu karena aku."

Key menghela nafas. Dalam hatinya, ia berkata, Marvel begitu beruntung mempunyai orang yang mencintainya seperti Kay. Kalo anak orang mah pasti udah minta abang-abangnya buat eksekusi langsung.

BROTHERS : The Twin [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang