Chapter 10|| My-Woman

4.9K 163 0
                                    

⏳⏳⏳

Yang selalu di impikan oleh sepasang kekasih, hanyalah sebuah kebahagiaan yang menaungi disetiap harinya. Tanpa sedih, tangisan, pertengkaran, hingga perpisahan. But, ini dunia. Dunia yang penuh dengan fatamorgana yang sekilas tak sebanding dengan realita nya. Kehidupan memutar, laun waktu yang terus berputar dari hari ke hari, apa yang terjadi hari ini tidak akan pernah terjadi lagi esok harinya. Apabila itu kembali terjadi, maka itu adalah jawabannya.

Keadaan diluar ruangan masih sama, ramai dan banyak orang-orang yang berlaluan. Tak sepertinya yang merasakan tak ada lagi rasa kehidupan, hanya ada ketakutan. Takut itu membuatnya tidak bisa lagi menangis. Cukup tersenyum lah yang menggantikan semuanya.

Cklek

"Dokter?" seorang pria dengan jaket putih khas dokternya lantas hanya menatapnya dengan senyuman kecil, tidak. Sedikit lebih lebar.

"Apa anda istrinya?" tanya dokter itu seraya memasukkan tangannya kedalam saku jaket putihnya.

Gadis itu menggelengkan kepalanya. Ia terus meneliti wajah sang dokter, takut-takut kalau dokter itu menyukainya. Parah, gawat, bisa habis ia diterkam sang mr-nya.

Dokter itu tertawa kecil. What?. Ada satu bulatan manis di kedua pipinya yang gemuk. Oh itu adalah sebuah lesung pipit. Mungkin, saat dia masih bayi itu dulunya pipinya di tekan dengan cabai oleh neneknya atau kedua orangtuanya.

Sena : Woi! Kapan aku tampilnya. Kenapa malah nyambung ke dokternya sih😤😤😤

Author : Sabar kuy. Kamu nggak bakal tampil di chapter ini😝

Adams : Kasihanilah kekasihku🙏 @Sena

Adams memutar kedua bola matanya, kakinya melangkah menuju jendela kaca di kamar miliknya itu. Kemudian Adams sesaat menoleh pada Sena yang masih betah membaca cerita hasil imajinasinya di notes yang ia ambil diam-diam diruang kerja Adams.

"Sena, kesini." suruh Adams sembari menatap Sena. Namun, lagi gadis itu tidak menggubris nya dan malah tersenyum-senyum sendiri. Adams menghela nafasnya, pria itu lalu membuka baju kaos hitamnya hingga ia kini bertelanjang dada dan lalu melemparkannya kepada Sena. Lagi, gadis itu hanya tersenyum masih menatap pada notes ditangan kanannya dengan tangan kirinya yang menggapai baju kaos Adams dan lalu menciumi kaos tersebut dengan senyuman semakin manis.

"Hufh."

Adams tidak punya pilihan, pria itu lantas mengambil botol minuman marjan yang Sena beli di minimarket dekat mansion nya. Lalu ia mengarahkan botol minuman itu kearah jendela kaca kamarnya, dalam hitungan detik Sena sampai terkaget-kaget saat mendengar suara pecahan kaca hingga membuatnya menoleh dan melebarkan kedua bola matanya.

"Om!!?" pekik Sena nyaring yang hanya dibalas Adams dengan tatapan dingin oleh Adams.

Tap
Tap
Tap!

Set

"Ck, Sena?"

"Hm. Apa?"

"Kamu bau, lepaskan pelukan kamu dari badan saya." bibir Sena mengerucut sambil menghentakkan kakinya. Ia masih dalam posisi memeluk tubuh Adams.

"Sena, mandi." perintah Adams.

"Enggak mau!"

"Sena, udah dua hari kamu nggak mandi. Ck, saya malu kalau ajak kamu keluar, kamu bau."

"Om kok ngomongnya gitu sama istri sendiri, dikatain." ucap Sena dengan kedua mata yang berlinang-linang.

"Karena kamu emang bau, sayang. Kamu udah dua hari enggak mandi, setelah kita menikah kamu jarang mandi. Padahal air tidak pernah habis di mansion ku. Kamu tuh, gara-gara nulis cerita nggak mutu gitu..." omel Adams sembari membawa Sena menjauhi serpihan kaca yang berserakan di lantai dan menuju kearah ranjang tidur mereka.

"Enggak mutu, gimana?" tanya Sena sembari duduk di pangkuan Adams.

"Masa pemeran utamanya cuman hadir satu dua baris aja. Yang banyak di ceritain tentang dokternya. Nanti akhirnya yang bahagia si pemeran utamanya. Nggak nyambung, istri. Itu kamu buat cerpen atau coret-coret hasil khayalan kamu."

"Ih, suami. Kalau aku buat cerpen yang bagus, itu ongkos ongkirnya mahal. Jadi aku maunya enggak usah ada ongkir, gratis. Tapi kan seru cerita akunya. Kamu mah, enggak baca makanya cuman bisa ngoceh aja."

"Iya, yang baca cerita kamu juga kamu sendiri."

"Ih, kamu dukung kek. Kan kalau ada lomba cerpen aku bisa kirim naskahnya aku."

"100% nggak bakal masuk seleksi, apalagi di bukuin."

"Ah, om nih!"

"Aku ngambek nih!"

"Ngambek aja sana. Tapi sebelum kamu ngambek, itu beling kaca nya kamu bersihin dulu. Aku mau ke ruang kerja aku."

Sebelum Sena sempat memprotes, Adams sudah berlalu menuju pintu kamar, membukanya dan lalu meninggalkan kamar tersebut bersama dengan Sena yang menatap cemberut pada pintu kamar.

Sena : Kenapa harus ada pintu sih ini kamar!😡

Author : ...

Adams memijit pangkal hidungnya sembari lalu menatap pada jam yang berada di meja kerjanya. Pantas rasa kepalanya berdenyut nyeri rupanya sudah dua jam ia menatap layar komputernya yang masih menampilkan data-data tentang perusahaan nya.

"Sena pasti udah tidur. Udah jam 23:12."

Dengan perlahan Adams bangkit dari kursinya dan lalu sejenak meregangkan otot-otot lengan dan pinggangnya. Setelah itu iapun bergegas berlalu menuju kamarnya dan juga istrinya.

Cklek

"Sena!!?"

Srash

Sruk
Sruk

Tap

"Kamu nggak capek apa, bikin ulah terus." ucap Adams sembari mengusap wajah Sena yang terlihat sangat lelah. Mata istrinya itu kemudian berkaca-kaca, dan detik selanjutnya Sena langsung memeluk tubuhnya dan menangis disana.

"Hiks. Maaf, aku bosen nungguin kamu. Makanya kasur tidur kita aku gunting."

⌛⌛⌛














|BONUS NEXT CHAPTER|

"Sena, kembalikan eskrim anak itu. Nanti ibunya marah!"

"Enggak mau, suami. Anak itu yang ngasih ke aku."

"Ngasih apanya, orang anaknya nangis kejer gitu gara-gara eskrim dia kamu ambil..."

















Ekspresi anda saat Sena ada di dalam hidup anda?
Author: 😭
Kebanyakan makan arang makanya jadi gitu sih Sena saa aee. Si suami, si Mr kayaknya tiap hari tuh dikasih makan padi😮.
Bye-bye😊
See you😘

Mr Adams⌛Tamat⌛Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang