"I would rather share one lifetime with you than face all the ages of this world alone." – Lord of the Rings.
Nanon menatap Sea yang hari ini terlihat luar biasa senang. Dilihatnya sahabatnya yang satu itu sedang asik bercanda sambil tertawa terpingkal-pingkal. Sehari yang lalu Sea menjadi pemurung sejati dan sehari kemudian ia menjadi orang yang paling bahagia. Alis Nanon berkerut tanda bingung. Tapi biarkanlah, Nanon juga ikut senang bila sahabatnya itu senang.
"Hei tampan~" Sea menghampiri Nanon lalu menepuk punggungnya.
"Kau baik-baik saja?" tanya Nanon. Sea mengangguk sambil tersenyum lalu mulai mempersiapkan buku pelajarannya.
"Kau tahu? Kemarin P'Krist menyuapiku, lho? Aku senang sekali. Seperti sedang makan bersama Mama!" cerocos Sea.
Nanon mendengus geli, "P'Krist datang ke rumahmu itu karena P'Singto. Apa kau sudah mengucapkan terimakasih?"
"Tentu saja sudah! Kapan ya aku bisa bertemu dengan P'Krist lagi? Ah! Aku jadi tidak sabar." Sea berucap seru sambil menggosok kedua tangannya.
Nanon hanya bisa menggeleng, ia tidak menyahuti apapun lagi. Percuma. Sea sedang melambung tinggi karena kebahagiaannya. Nanon hanya bisa ikut bahagia untuk sahabatnya itu.
***
"P'Singto akan menjemputmu?" tanya Nanon sambil merapihkan bukunya.
"Um! Tadi dia sudah mengatakannya padaku." Jawab Sea.
Setelah selesai merapihkan buku dan alat tulis, Nanon dan Sea berjalan beriringan menuju pagar sekolah. Tidak lama kemudian, Nanon dan Sea bisa langsung mengetahui keberadaan Singto yang mencolok. Dengan setelan jas mewah dan mobil sport, sangat mudah sekali menarik perhatian orang di sekitarnya.
"Astaga.." gumam Sea malas.
"Kurasa sebaiknya aku pergi? Pesonaku akan kalah oleh P'Singto." Ujar Nanon dan segera berlari sebelum Sea sempat memaki atau bahkan memukulnya.
"P'! Bisakah kau menungguku di dalam mobil saja?" semprot Sea saat sudah berada di samping Singto.
Singto melepas kacamata hitamnya lalu mengedarkan pandangan, pesonanya mampu membuat sekelompok gadis memekik girang karena terpesona. Sea tidak terkejut lagi, tidak jarang dari para gadis itu sengaja menggoda Singto. Perbuatan yang sia-sia.
"Bagaimana sekolahmu?" tangan Singto terulur untuk menarik tas Sea.
Sea menyerahkan tasnya dan segera masuk ke mobil, "Baik."
Singto menggeleng lalu tersenyum sebelum ikut masuk ke mobilnya. Singto mulai menjalankan mobilnya saat menyadari sejak tadi Sea diam seribu kata, "Kau salah makan?"
Sea berdecak, "Tidak. P' bisakah kau berhenti melakukan itu?"
"Apa?"
"Menebarkan pesonamu! Aku tidak sanggup melihat para gadis itu mengeluarkan godaannya. Hoek! Aku rasa aku akan muntah tahu?" Sea berkata sambil memperagakan orang yang ingin muntah.
"Woah! Kau bisa akting juga, Sea? Aku tidak tahu." Canda Singto.
"P'!!!!"
Singto reflek menutup telinganya sehingga membuat mobil yang dikendarainya sedikit oleng, "Hei!"
Sea melipat kedua tangannya di depan dada, wajahnya semakin ditekuk. Ia tidak akan pernah menang berdebat melawan Singto. Ia hanya tidak suka, tidakkah Singto paham?
"Kau marah?" Singto melirik Sea yang masih bersikeras tidak mau berbicara.
"Baiklah, jika kau marah maka kita tidak jadi bertemu dengan Krist," ujar
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga Terakhir
Teen Fiction"Aku menyayangi adikku dengan sepenuh hati. Apapun akan kulakukan demi membuatnya bahagia, termasuk mendapatkanmu." - Singto. "Aku akan selalu melindungi kakak tercintaku. Siapapun yang berani melukainya, akan berhadapan denganku." - Sea. "Aku tida...