05 | Dunia baru menyambut

3.2K 307 34
                                    

05 | Dunia baru menyambut

——

Jimin melirik Hea di sebelahnya. Sejak tadi, gadis itu hanya diam, berbicara seperlunya saja. Padahal mereka sudah bersiap untuk berangkat ke Korea. Meski Jimin tidak akan mengeluh soal keheningan ini, mengingat pertemuan mereka yang sangat buruk, ia tetap ingin berusaha memperbaiki hubungan mereka ke depannya.

Sebelumnya, Hea ingin duduk di kelas ekonomi, tapi Jimin menolak. Dia tidak ingin mengambil risiko gadis itu kabur tanpa sepengetahuannya, jadi dia memaksanya untuk ikut di kelas bisnis. Jimin berusaha meyakinkan Hea bahwa ini demi menjaga privasi, sesuai dengan salah satu perjanjian yang telah gadis itu tulis——tidak memberi tahu media apapun tentang keberadaan Hea.

"Manajerku akan menunggu kita di bandara besok pagi. Sesampainya di sana, kita akan melewati jalur privasi untuk menghindari kemungkinan bertemu paparazzi," jelas Jimin ketika pesawat mulai lepas landas, berusaha mencairkan suasana.

Namun, Hea hanya bergumam pelan, jelas masih enggan menanggapi Jimin, membuat pria itu merasa canggung. Rasa bersalah yang menumpuk membuatnya merasa tidak nyaman, apalagi dengan aura dingin yang dipancarkan gadis itu, membuatnya merasa panas dingin.

"Kau lapar?" tanya Jimin, mencoba mencairkan suasana. Setidaknya, ia harus berusaha berbicara layaknya teman baru.

Hea melirik Jimin, menghela napas pelan sebelum menjawab, "Ini bahkan belum lima menit setelah lepas landas. Masih ada tujuh jam perjalanan."

"Oh, begitu?" Jimin mengangkat alis, lalu bertanya lagi, "Jadi kau lapar atau tidak?"

"Tidak."

Jimin menggigit lidah. Ini lebih sulit dari yang ia bayangkan. "Kalau begitu, kau bisa tidur. Aku akan membangunkanmu saat sarapan tiba."

Hea membuang muka ke arah lain, tampak tidak nyaman dengan percakapan ini. "Masih terlalu cepat untuk tidur."

Jimin mencoba menenangkannya, "Aku tidak akan melakukan apa pun padamu jika itu yang kau khawatirkan. Aku hanya akan diam di sini. Aku janji."

Hea akhirnya menoleh, menatap Jimin dengan alis berkerut heran. "Aku tidak mengatakan aku khawatir tentang itu. Kita berada di pesawat sekarang, jadi mengapa aku harus mencemaskan soal itu?"

"Wow. Oke. Maaf. Aku tidak bermaksud membuatmu kesal," kata Jimin panik, menelan ludah lagi, merasa semakin canggung.


Sampai Hea kembali mengalihkan pandangannya ke arah lain, Jimin tidak bisa menghilangkan pikiran bahwa gadis itu benar-benar sangat sensitif terhadapnya. Mungkin, di mata Hea, ia sudah menjadi pria paling brengsek di dunia, seseorang yang tidak pantas mendapatkan kesempatan kedua. Tidak ada lagi ruang dalam hati gadis itu untuk melihatnya sebagai Park Jimin yang dikenal orang-orang——seorang idola yang dielu-elukan, melainkan hanya sebagai pria yang telah menghancurkan hidupnya.

——


Ketika mereka tiba di Korea sekitar pukul delapan pagi, Hea tak bisa menahan rasa terkesimanya melihat bandara yang tampak lenggang dan bebas dari hiruk-pikuk orang yang biasanya berusaha mengambil foto. Jimin ternyata benar; mereka bisa melewati bandara tanpa perhatian publik yang berlebihan. Dalam hati, Hea merasa lega. Meski suasana hatinya belum sepenuhnya membaik, dia tetap berusaha menikmatinya.

All ABOUT US [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang