16 | Two Blue Stripes

2.5K 245 36
                                    

16 | Two Blue Stripes

——

Hea sebenarnya tidak punya pengalaman menangani situasi seperti ini. Dia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Yang dia lakukan hanyalah mencoba memahami situasinya. Tapi sebelum itu dia harus membuat Yeseul mengerti bahwa apapun yang akan gadis itu bicarakan dengannya, itu tidak ada hubungannya dengan dia. Jadi membiarkan Yeseul membawanya ke salah satu meja VIP ketika mereka tiba di sebuah restoran dan menyuruhnya untuk segera duduk, Hea hanya bisa menghela nafas mencoba bersabar, sambil mengabaikan rasa sakit di perutnya dan pusing di kepalanya.

Kali ini Hea hanya bisa berharap percakapan mereka tidak membuang banyak waktu sehingga dia bisa cepat pergi dan beristirahat.

Di sisi lain, Yeseul mengerutkan kening. Mata hitamnya berkilat tajam, seolah-olah Hea adalah orang yang paling pantas dibenci. Tidak peduli sekalipun mereka belum saling mengenal atau bahkan berbicara satu sama lain sebelumnya.

"Aku tidak akan berbasa-basi, jadi katakan dengan jujur. Apa sebenarnya hubunganmu dengan Jimin?" tanya gadis itu penuh selidik.

Hea tidak langsung menjawab tapi diam-diam merasakan detak jantungnya. Mendengar kata-kata itu keluar, dia langsung memutar matanya. "Tidak ada. Berapa kali aku harus memberitahumu?"

Itu benar. Hea mengatakan yang sebenarnya. Hubungannya dengan Jimin tidak lebih dari korban dan pelaku. Yeseul seharusnya berhenti ikut campur karena masalahnya sudah selesai. Hea kesal karena gadis di depannya terus menanyakan pertanyaan yang sama, entah karena dia cemburu melihatnya dekat dengan Jimin hari itu atau memang karena ada alasan lain yang tidak jelas maksudnya.

Meskipun sudah berusaha melupakan kejadian tidak menyenangkan beberapa minggu terakhir, Hea lagi-lagi terpaksa mengingat apa yang seharusnya dilupakan itu. Mengingat sekelabat memori di mana dia dan Jimin pertama kali bertemu, berbicara dan berakhir miris. Sementara Yeseul di depannya terus mendesaknya untuk mengungkapkan semua kebenaran, membuat pertahanannya hampir goyah, digantikan oleh perasaan khawatir itu lagi.

"Terakhir kali Jimin mengatakan bahwa kalian berdua adalah teman lama. Jelas itu semua bohong. Jimin dan aku sudah saling kenal sejak kami masih kecil, ditambah kami pernah menjalin hubungan selama dua tahun. Jadi teman atau apa pun yang menyangkut dirinya, aku bisa langsung mengetahuinya. Untuk itu jelaskan padaku sekarang apa maksud di balik kebohongan yang dia katakan?" Yeseul menanyakan itu dengan mata menyipit curiga. Sebelum Hea menjawab pertanyaannya, Yeseul dengan cepat menambahkan lagi. "Jangan suruh aku menanyakan semua ini pada Jimin karena seperti yang kubilang dia sudah berubah. Sekeras apapun aku mencoba, dia tidak akan mau menjelaskannya."

Hea terdiam, meremas jarinya dalam diam. Yeseul dan semua rasa tidak nyaman di tubuhnya saat ini benar-benar menyerangnya. Dia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya, tetapi menemukan alasan lain saat ini terlalu sulit. Dia tidak bisa berpikir jernih.

"Perlu kau ketahui, aku sedang memperjuangkan hubunganku kembali dengan Jimin, karena itu aku harus menangani apa saja yang bisa menjadi penghalang bagiku." Suara Yeseul berubah lebih tajam dari sebelumnya, menunjukkan betapa seriusnya gadis itu dengan apa yang dia katakan.

Hea menjilati bibir, membiarkan sejenak seorang pelayan meletakkan dua gelas jus di atas meja, setelah pelayan itu pergi, gadis itu mulai membuka suara.

"Aku dan dia memang bukan teman lama, aku akui. Tapi mengenai hubungan yang kau pikirkan, aku dan dia benar-benar tidak memiliki hubungan seperti itu," Jelas Hea berusaha mengendalikan diri. "Hari itu Jimin sengaja berbohong agar ibunya tidak bertanya terlalu banyak. Seperti yang kau dengar, ada kecelakaan kecil. Aku sudah meminta pertanggungjawaban. Setelah itu tidak ada lagi. Kami berdua sepakat untuk tidak membahasnya lagi. Sudah berakhir."

All ABOUT US [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang