27 | devil's deeds

357 51 9
                                    

27 | devil's deeds

——

Jimin tidak bisa tidur nyenyak. Jangankan tidur, bernapas dengan tenang pun terasa sangat sulit. Segala kemungkinan buruk yang akan menimpa Hea terus menghantuinya. Gadis itu di luar sana masih belum ditemukan. Jimin gelisah dan berulang kali meminta Manajer Lee untuk mengizinkannya bergabung dalam pencarian. Rasanya ia tidak bisa bergantung pada polisi. Ia tidak puas. Namun, sekeras apa pun ia memohon, manajer Lee tidak mengizinkannya. Pria itu tidak memberi izin. Bahkan ia hampir saja memukul manajernya sendiri karena terlalu menyebalkan.

Alhasil, alih-alih melibatkan pria tersebut, Jimin akhirnya memutuskan untuk kabur diam-diam. Meski tulang rusuknya yang patah masih terasa sangat nyeri dan menusuk, Jimin tak peduli. Saat ini, keselamatan Hea lebih penting daripada kondisinya yang buruk.

Jimin melihat jam di dinding. Sekarang jam enam pagi kurang sepuluh menit. Manajernya masih tertidur di sofa dengan punggung menghadapnya. Jika ia tidak menimbulkan keributan, ia bisa dengan mudah meloloskan diri.

Tanpa banyak berpikir, Jimin langsung melepas infus dari tangannya. Tanpa mempedulikan darah yang mengalir dari sana, Jimin langsung menyeret kakinya dan pergi. Sebelumnya, ia menyempatkan diri untuk mengganti piyama rumah sakitnya dengan jaket manajernya yang tergantung di balik pintu. Tida lupa dia juga memakai topi manajernya.

Jimin melihat sekeliling. Lorong rumah sakit masih terlihat sepi. Sambil memegangi perutnya, Jimin mulai berjalan menjauh, berusaha tidak terlihat kesakitan.

Setelah ia berhasil meninggalkan gedung rumah sakit, Jimin mulai menghubungi Hea. Mencoba menelepon gadis itu. Nomornya aktif, namun tidak diangkat, membuat Jimin semakin khawatir.

Tanpa membuang banyak waktu, Jimin segera memanggil taksi. Ia kemudian mencoba melacak keberadaan gadis itu. Menampilkan lokasi terakhir mereka yang ternyata berada di sekitar kawasan pantai, tempat mereka dicegat oleh orang-orang yang diutus.

Jimin pun langsung memberitahukan lokasinya kepada supir yang mengantarnya, sambil diam-diam berdoa agar ia segera menemukan gadis itu dalam keadaan selamat.

Menghabiskan hampir dua jam perjalanan, Jimin akhirnya sampai di lokasi. Ia bergegas keluar dari mobil dan mulai berjalan di sekitar area tersebut. Ia  memanggil nomor Hea lagi. Meski awalnya masih belum mendapatkan jawaban, Jimin akhirnya bisa mendengar samar-samar suara ponsel. Ia mengikuti arah sumber suara dan akhirnya menemukan benda tersebut berada di dekat pembatas jalan, hampir jatuh ke jurang menuju laut.

Jimin buru-buru mengambilnya dan memastikan kalau ponsel itu benar milik Hea. Menyadari hal tersebut benar, Jimin langsung panik.

Mustahil ...

Jimin menggelengkan kepalanya sambil meremas ponselnya erat-erat. Tak peduli ponselnya ada di area membahayakan atau dimanapun, ia tak mau berprasangka buruk.

Tidak. Mereka tidak mungkin melakukan itu. Jimin merasakan dadanya naik turun. Aku akan menemukannya, katanya pada dirinya sendiri, mencoba untuk tenang. Hea masih hidup. Dia pasti sedang menungguku sekarang.

Jimin mengusap wajahnya dengan kasar dan kembali ke tempatnya, berharap ia mendapat petunjuk lagi.

Kumohon ... teriaknya dalam hati.

——

Sebuah gerakan kasar membangunkan gadis itu. Hea membuka matanya perlahan, merasakan tubuhnya sakit. Awalnya ia mengira ia masih di tempatnya, namun melihat orang asing di depannya melepaskan ikatan di sekujur tubuhnya, Hea kemudian tersentak dan segera bergerak untuk membebaskan dirinya.

All ABOUT US [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang