28 | execution begins

395 57 9
                                    

28 | execution begins

--

Jimin mengepalkan tangannya erat-erat. Sekali lagi memikirkan kata-kata yang didengarnya tadi. Ia dan dua pemuda yang tidak sengaja bertemu dengannya baru saja mendapat petunjuk besar. Seorang pria paruh baya yang juga merupakan seorang pelaut adalah satu-satunya saksi yang akhirnya menjadi harapannya.

"Aku teringat melihat gadis yang kau gambarkan melalui jendela transparan mobil yang aku lewati. Mobil itu berhenti karena salah satu orang di sana ingin buang air kecil. Ini salahku yang tidak curiga, karena sebelumnya aku mengira mereka hanya sekelompok orang yang ingin pergi berlibur ke Daerah Tongyeong."

Jimin menatap pria itu dengan harapan besar di matanya. Memohon agar ia menjelaskan sedetail mungkin tentang daerah yang dimaksud.

"Aku melihat mobil itu menuju ke daerah Tongyeong. Disana ada desa dan pelabuhan di tepi pantai bernama Desa Mural Dongpingrang. Aku tidak bisa memastikan, tapi aku sedikit yakin mereka menuju ke sana mengingat hanya itu desa yang tersisa setelah desa kami."

Setelah mendapat semua informasi dan petunjuk, Jimin dengan penuh tekad ingin langsung berangkat kesana tanpa memikirkan hal lain. Beruntung kedua pemuda yang membantunya tadi masih berniat menemaninya mencari Hea. Mereka dengan penuh kebaikan segera meminjam mobil pick-up bekas yang masih bisa berkendara jauh. Jimin sangat bersyukur dan berjanji akan memberikan apapun yang mereka inginkan sebagai ucapan terima kasih.

Di perjalanan, Jimin banyak berdoa untuk keselamatan Hea. Sementara itu dua pemuda di sampingnya berusaha menghiburnya.

"Hei. Jangan khawatir. Aku yakin istrimu akan baik-baik saja." pemuda itu, Hoseok, berkata sambil tersenyum secerah matahari. Meski fokus mengemudi, ia tetap meluangkan waktu untuk menenangkan Jimin.

Sementara itu, pemuda yang satunya, Namjoon, juga mengangguk setuju. "Hoseok benar. Sebelum kau benar-benar memastikannya secara langsung, kau harus tetap berpikir positif. Jangan biarkan pikiran buruk mengganggumu. Itu hanya akan memperburuk keadaan."

Jimin mengatur napas sejenak, lalu mulai menenangkan diri. "Ya. Aku masih berusaha."

Namjoon menoleh ke arahnya dan menepuk pundaknya memberi semangat.

Mobil melaju dengan mulus, melewati laut yang terbentang lebar di tepi jalan. Meski begitu, Jimin tak berniat untuk mengagumi kecantikan yang ada di hadapannya meski hal itu tak bisa dipungkiri. Tidak sebelum ia mencapai tujuannya.

Hea ...

Ia bergumam pada dirinya sendiri. Masih terus menerus menyebut nama gadis itu di dalam hatinya.

Hea ...

Apapun yang terjadi, ia akan baik-baik saja. Tidak ada hal buruk. Tidak ada yang menyakitinya. Gadis itu baik-baik saja. Jimin yakin ia baik-baik saja. Hea dan anak mereka. Mereka baik-baik saja.

Jimin menghela napas lagi, merasakan semilir angin segar dari laut menerpa wajahnya. Tangannya perlahan bergerak menyentuh perutnya. Meski rasa sakitnya masih ada, ia tetap tidak peduli. Keinginannya untuk bertemu Hea mengalihkan segalanya, seolah ia tidak lebih penting dari gadis itu sendiri.

Aku sedang berjuang untuk menemukanmu. Dimanapun kau, aku pasti akan menemukanmu. Jadi Hea... sebagai imbalan atas perjuanganku, aku harap kau mau bertahan. Setidaknya untukku.

Aku mohon ...

Aku mohon ...

--

Di dalam ruangan yang dingin itu, Hea dalam keadaan tidak sadarkan diri. Kulitnya yang pucat dengan kondisi yang berantakan tak luput dari penglihatan Yeseul. Gadis itu memandang Hea dengan miris. Kasihan? Tentu saja ia kasihan. Bagaimana pun juga, ia masih punya hati untuk merasa kasihan. Namun, salahkan gadis itu yang membuatnya jadi seperti ini. Kesehatan hatinya lebih berharga dari apapun. Ia sakit hati dan Hea adalah penyebab utama itu terjadi.

All ABOUT US [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang