Jeno's Guitar Part 8

364 66 0
                                    

Akhirnya aku menemukan dia. di perpustakaan sedang berkeliling.

Aku baru tahu selain di kelas dia juga di perpustakaan pada hari jumat.

Ternyata dia tidak ada di kelas dia ada di ruangan lain. pada hari tertentu.

"Sunbaenim" bisiku pelan. dia terkejut hingga melayang menjauh dariku.

"Kau mengagetkanku." Hantu itu menghampiriku lagi.

dia berusaha bersikap cool di depanku. dia hantu tapi kenapa dia lebih takut dariku.

"Sunbaenim, bisa kita bicara diluar?" Tawarku. tidak mungkin aku bicara sendirian di perpustakaan, selain mengganggu orang yang sedang belajar, mereka akan menganggap aku gila.

Dia mengikutiku dari belakang, sampai di tempat yang aku maksud belakang sekolah.

"Ada apa?" tanyanya.

"Sunbaenim, A-aku.." gerogi. baru kali ini aku bicara serius dengan hantu yang biasanya aku abaikan tiap kali mengganggu.

"Kau suka padaku?" ekspresinya datar supaya terlihat cool dan aku tahu dia hantu yang tidak pernah bisa diajak serius ngobrolnya.

"Hah? Nggak, bukan gitu." sanggahku.

"Kau mengajaku di belakang sekolah bukanya menyatakan cinta? Kau bosan hidup atau gimana mengajaku kesini?"

Ngeri. mendengar kalimatnya barusan aku takut dia membawaku pergi ke alam lain.

"Hahahaha," tawaku garing. berusaha membuat suasana mencair tapi gagal. udara lembab dan lampu remang di malam hari membuatku merinding sedari tadi.

"A-aku cuman ingin bertanya soal kemarin." Gugup. dia menatapku seolah ingin membawaku pergi dari dunia manusia.

"Ah, soal kemarin." dia memancing penasaranku.

"--Aku memang berada di kelas sepanjang waktu kejadian."
Dia menambahkan kalimatnya lagi. membuatku penasaran setengah mati siapa pelaku sebenarnya.

"Bisa kau ceritakan padaku kejadianya?"
Tanyaku. dia tersenyum lebar mendengar kalimatku.

apa informasi ini tidak geratis? apa aku mesti membayar sesuatu seperti..

nyawaku?

Ah tidak, jangan berpikiran buruk seperti itu. memikirkanya sudah membuatku ketakutan.


"Baiklah. Aku senang akhirnya kau bertanya padaku. Ini kesempatanku merayu hantu cantik jika tahu siapa pembunuhnya."




HAH? BARUSAN APA YANG KUDENGAR TADI.



HANTU KERDUS!



"Hahahaha," Aku tertawa canggung mendengar kalimatnya barusan. aku tidak mau mengejeknya terlebih dia hantu. aku tidak tahu apa yang terjadi padaku jika aku membuatnya kesal.

Aku mesti sabar hingga kasus ini selesai.

Dan berteman lagi dengan Lee Jeno. Teman pertama yang kupunya saat aku sendirian di kelas.



"Deal?" tanyanya lagi. dia menyodorkan tanganya kearahku.

Aku bahkan tidak bisa menyentuhnya sama sekali. tapi kubuat seolah aku menjabat tanganya.

Dia tersenyum saat aku melakukanya.



"Jadi ceritakan padaku dari awal kejadian."



"Awalnya aku melihat gadis itu ke ruang kelas bersama Jeno. gadis itu sangat cantik jelita, jika aku bukan hantu aku akan merayu dan menjadikan kekasih-"

"Oke stop, jangan curhat." aku menghentikan kalimatnya. Jika diteruskan pembicaraan ini tak ada ujungnya.

"Baiklah, Jadi gadis itu mengungkapkan perasaanya pada Jeno. Di gitar jeno, terdapat gantungan bertulis nama JJ. Jeno dan Jessie."

"Jeno menghargai perasaan gadis itu. bodoh sekali dia menolak gadis cantik--" dia berapi-api saat mengatakan hal itu. dan berhenti saat mendapat tatapan dariku.

"Maksudku, Jeno menolak gadis itu dan meninggalkan gadis itu di ruang kelas sendirian."

"Sampai akhirnya, pelakunya datang, menyiram air keras ke wajah gadis itu dan mendorongnya hingga keluar jendela."

"Kau hanya menonton? Kau sudah gila--"

"Aku tak ada pilihan karena aku hantu. aku tidak bisa merasuki pelaku yang sedang kesetanan seperti itu!" sanggahnya cepat.

"Tapi setidaknya kau bisa melihat wajah pelaku? Iyakan?" Tanyaku penuh harapan.

dia hanya menunduk saat aku tatap kedua bola matanya.

"Tidak." Jawabnya singkat.

Kesal. rasanya usahaku sia-sia, bahkan hantu pun tidak tahu pelakunya siapa.

"Kenapa tidak? setidaknya kau mengingat ciri-ciri pelaku. Coba ingat lagi." Aku masih tidak putus harapan. walaupun sedikit petunjuk pasti akan membantuku kedepanya.

"Dia mengenakan Hoodie hitam, masker hitam, dan juga sarung tangan karet. aku hanya mengingat ada gantungan kunci karakter berwarna cokelat seperti beruang."

"Brown? karakter line?" tanyaku.

"Mana aku tahu, di jamanku tidak ada karakter seperti itu."
Bahkan dia juga terliat tua dari usianya.

Kepalaku pusing. rasa frustasi mendera diriku. tak ada petunjuk yang kuanggap berguna darinya. aku tidak tahu bagaimana cara menangkap pelakunya.

"Baiklah. terimakasih sudah menjelaskan semuanya padaku. Aku pergi." Aku menyudahi topik pembicaraan ini. terlebih hari sudah gelap, aku tidak bisa berlama-lama disini.










"Kau tidak mau mendengar lagi kelanjutan ceritanya?"





Langkahku terhenti begitu saja. gelapnya malam ingin kuterjang mendengar ucapanya barusan.




To be continue...















He is The Student Handsome(Ghost) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang