Jeno's Guitar part 19

363 49 0
                                    

Saat ini aku duduk berhadapan dengan Mr.Taeil, Ayahnya Yoora. Karena dimintai jadi saksi aku datang ke kantor polisi ditemani Jeno dan Yoora.

"Kamu anaknya Mr.Park ya?" tanyanya lagi.
"Iya benar." jawabku.
"Anak pertama?" tanyanya lagi. sejujurnya agak aneh bertanya begini, maksudku, apa pentingnya sih?
"Tidak.aku anak kedua."
"Ah, iya ya anak pertamanya cowok yang lagi kuliah di Cina," ucapnya.
"Ng, maaf apa benar aku jadi saksi disini?" aku menyela duluan agar dia tidak bertanya tentang keluargaku lagi.
"Hmm, sebenarnya tidak." Jawabnya santai.
"Dia sudah mengakui perbuatanya, tapi ada persyaratanya." ucapnya lagi membuatku penasaran.

"Apa itu?" tanyaku simpel. sejujurnya aku sangat amat penasaran tapi kutahan sebisa mungkin.

"Dia memintamu kesini, mengunjunginya. Jadi, temui dulu dan bicara padanya." Ucapnya. kini dia berdiri mengambil kumpulan kunci diatas meja.

"Ayo," ajaknya. aku mengikutinya dari belakang.

"Sunbae," kami duduk berhadapan yang dibatasi kaca.

***

"Sunbae" dia termenung sebelum menyadari kehadiranku.

"Kamu siapa? Apa ada hubunganya aku berada disini." Dia menatapku seolah tidak mengenalku sama sekali. 

"Sunbae, jika kamu tidak mengenaliku mengapa kau mengakui semuanya?"

Bimbang. Sunbae yang ada dihadapanku tidak seperti orang yang sebelumnya chatting denganku apalagi mengurungku di gudang sekolah.

"Jadi itu kamu," desisnya. 

"Sunbae, alasan kamu menyuruhku datang untuk apa? Semua sudah kelar dan kau sudah menebus perbuatanmu disini."

Perasaan itu timbul lagi. Rasa takut yang menjalar tubuhku. Aku tidak merasa lebih baik bertemu denganya, kalau bukan karena menjadi seorang saksi. 

Bicara seolah-olah tidak ada yang terjadi membuatku semakin kesal dan ingin menyudahi percakapanku barusan.

"Sunbae, cukup sampai disini. Aku tidak mengerti alasanmu sama sekali. Kita tidak mengenal satu sama lain. Kau mencelakaiku, tanpa aku tau sebabnya. Bahkan kau mencelakai seseorang sebelumnya. Tau gak aku kesini bukan ingin mendengar ucapanmu, aku hanya ingin jadi saksi agar kau menebus semua perbuatanmu."

"Maaf!" Ucapnya lantang sebelum aku benar-benar pergi. Aku berusaha mengabaikanya dan terus berjalan. 

"Aku tau kamu nggak akan paham. Aku minta maaf karena tidak ingat apa yang sudah kulakukan." Suaranya begitu lantang hingga terdengar di penjuru ruangan. Sebelum aku benar-benar keluar dari pintu.

Aku berhenti di depan pintu. Perasaanku semakin tidak karuan. Antara ingin marah dan menangis. Dia bilang dia tidak ingat apapun itu lebih menyakitkan dari apapun.

"Sunbae, jangan bicara hal yang konyol. Kalau kamu ingin bertemu denganku hanya karena bicara yang tidak masuk akal lebih baik aku pergi."

"Kamu sulit percaya dia kan?" Tatapanya tajam tidak seperti sebelumnya. "Kamu tau kenapa dia seperti ini?" Dia menunjuk dirinya sendiri. Meyakinkan aku kalau dia dan dirinya adalah dua sisi yang berbeda.

"Aku yang menyuruhmu kesini bukan dia." 

Dia masih menunjuk dirinya sendiri seolah orang lain.

"Jauhi Na Jaemin." Tanganya menempel erat di kaca. Perlahan aku mundur hingga menabrak pintu. Walaupun aku tau terhalang oleh kaca, aku tetap saja ketakutan jika kaca itu tiba-tiba pecah jika dia memukulnya sekencang itu.

"Kalau tidak aku buat dia bukan berada disini lagi." Masih menunjuk dirinya sendiri. 

"Jauhi Na Jaemin. Tidak seharusnya kalian bertemu lagi." Matanya melotot kearahku, tanganya tidak berhenti menggedor-gedor kaca. 

He is The Student Handsome(Ghost) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang