Jeno's Guitar Part 9

360 64 0
                                    

Aku memutuskan untuk mendengar lebih lanjut daripada pulang kerumah.

Aku bahkan mengirimi pesan ke jisung kalau aku akan telat pulang. Ibu pasti akan menginterogasi aku saat pulang nanti.

"Maksudmu, bukan hanya itu saja ceritamu?"

dia mengangguk. aku mulai duduk lesehan menyender pada tembok.
begitu pun dia.

"Saat kejadian itu, Jeno kembali ke kelas. membawa cola di tanganya."

"Awalnya dia pikir Jessie belum pulang. karena melihat tas jessie berserakan di lantai. dan jendela terbuka lebar, tanpa rasa curiga jeno ingin menutup kembali kaca jendela."

"Namun, saat itu dia terkejut melihat apa yang dia lihat. dia langsung berlarian kebawah."

"Aku mengintip dari atas jendela. Jeno memanggil ambulan."

"Aku melihat Jeno mengambil sesuatu seperti benda kecil. aku tidak tahu itu apa, menurutku seperti gantungan yang kusebutkan sebelumnya."

Aku mencoba berpikir keras saat dia menjelaskan semuanya padaku.

saat dia mengatakan gantungan kunci, aku harus tau secara detail seperti apa yang dia maksud.

Aku putuskan mengeluarkan koleksi gantungan kunci yang aku punya.

"Seperti ini?" tanyaku. aku suka sekali mengoleksi berbagai jenis beruang lucu dan tidak menyangka akan berguna di saat seperti ini.

"Hmm.. kurasa ini." dia menunjuk karakter beruang coklat grizzly
diantara semua koleksiku.

Dia terlihat ragu tapi memantapkan pilihanya kalau itu gantungan beruang grizzly.

"Kurasa kau pelakunya kau punya koleksi beruang yang aku maksud."

"HAH JANGAN BERCANDA AKU ANAK PINDAHAN DAN UNTUK APA AKU SUSAH PAYAH MENCARI PELAKU--"

Seketika aku sadar apa yang baru kukatakan tadi.

Karena tidak hanya pelaku yang punya gantungan kunci grizzly
Bahkan aku pun membelinya.

Jadi berapa banyak yang akan jadi daftar tersangka diantara ratusan siswa di sekolah ini.

"Baru sadar ya?" Ejeknya.

hantu ini kenapa sih tidak membantu sama sekali.
Dia seperti mengacaukan semua pemikiran yang tadinya ada harapan jadi nihil.

"Kalo dipikir kenapa Jeno mengambil benda itu?"
Tanyaku lagi. kali ini aku ingin tahu kenapa Jeno mengambil benda itu yang seharusnya bisa jadi bukti.

"Aku tidak tahu. gadis itu sempat menarik gantungan kunci itu sebelum terjatuh dari jendela."

"Dan kurasa Jeno masih menyimpan benda itu. dia membawanya tiap hari."

"Bagaimana kau tahu?" tanyaku penasaran.

"Aku tau karena benda yang berharga akan menjadi rumah bagi hantu." Jelasnya. dia mulai terbangun dari duduknya seperti mengajaku pergi.

Dan kini kami di ruang kelas.

Dia menunjuk loker kelas yang digembok. dan juga terdapat kertas kuning bertuliskan warna merah seperti jimat.

"Itu rumahku. jadi aku tidak bisa jauh dari ruangan ini." dia mulai duduk di bangku kosong yang tak ada satupun yang berani menempati bangku itu.

"Sejauh ini aku tidak tau siapa pelakunya. aku hanya bisa menjelaskan apa yang aku tahu." dia menatapku serius. dia seperti berharap sesuatu dariku.

"Aku harap kau bisa menangkap pelaku sebenarnya."

saat itu juga dia menghilang.

.

.

.

Hari sudah larut malam, saat aku pulang ibu mengomeliku habis-habisan.

kepalaku rasanya mau meledak, mendengar ocehan ibu ditambah kasus hantu berwajah rata yang belum aku temui titik terangnya.

Aku melihat Jisung ke arah dapur, mata kami sempat bertemu. Ibu masih mengomeliku, mengulangi kalimatnya terus menerus hingga aku hapal dengan sendirinya isi ceramah yang dia lontarkan tiap hari.

Jisung melihat nenek keluar kamar, mungkin mendengar aku diomeli oleh ibu.

"Noona, Kak Jeno bilang minta maaf belajar kelompok sampai larut malam. kau tidak membuka ponselmu?" Jisung berusaha mengedipkan sebelah mata kearahku. namun gagal, dia mengedipkan kedua matanya.
hingga nenek menatap jisung keheranan. aku hampir tertawa melihat keluguan yang dibuat Jisung.

Nenek yang mendengar perkataan Jisung langsung menghampiri ibu.

"Biarkan dia belajar bersama Jeno, bagaimana kakaknya jisung mau pintar, ibunya melarang anaknya belajar kelompok sama teman-temanya."

Ibu kalah telak. jika nenek sudah berbicara seperti itu dia tidak bisa membantah lagi.

Akhirnya aku bisa bernapas lega.

"Jisung-ah~ saranghae~" aku menghambur ke pelukan Jisung.

"noona, jika kau mencintaiku ice cream di kulkas boleh kumakan?"

Aku melepas pelukan dan beralih menatap tajam jisung.
dia tersenyum manis seolah tidak berdosa dan membuka isi kulkas perlahan.

"andwae"

aku menutup kembali isi kulkas tersebut.

Jisung masih tersenyum mengarahku seperti mempunyai rencana lain agar aku memberikanya ice cream

"Eomma, kau tau noona-" teriakan jisung yang akan meledak jika aku tidak menutup rapat mulutnya.

dengan berat hati aku membuka isi kulkas dan memberikanya sekotak ice cream.

"Wow, thank you noona"
Jisung membawa sekotak ice cream itu pergi.

"T-tunggu aku mau mencicipi satu sendok--" Aku memohon pada Jisung. membuang harga diriku sebagai seorang kakak hanya karena sekotak ice cream.

"No, no, ini punyaku." Jisung langsung pergi menuju kamarnya.

"Jisung-ah~" aku membututinya sampai ke kamarnya.

"aaa, kubilang tidak" Jisung membelakangiku menjauhi ice cream dariku.

Aku menatap sebal mengarah ke jisung sambil rebahan di ranjangnya.

"Noona, jangan tertidur di kamarku" belum sempat aku memejamkan mata dia membuatku terbangun.

Aku akui aku tidak bisa tidur berkat hantu yang muncul sepanjang jalan pulang.

sangat menyeramkan. mereka muncul berbagai jenis dan lebih banyak dari siang hari.

"Iya iya" aku menatap jisung kesal. kenapa dia tertutup sekali padaku. dulu saja kalau takut selalu menempel padaku.

Dia tidak peka sekali aku takut tidur sendirian di kamar malam ini.

Aku harap tidak ada satupun yang mengikutiku sampai rumah.

"Noona, tutup pintunya jangan masuk kamarku aku sibuk." dia menyalakan komputernya saat aku membiarkan pintunya terbuka.

"Ne, ne, Tuan Jisung." dengan menirukan suara ahjumma di drama aku menutup pintunya.

saat itu juga aku melihat sesuatu yang janggal dekat jendela. bayangan hitam muncul lagi di dekatku.

sama persis seperti yang aku lihat sebelumnya disekolah.

Aku tidak tahu dia siapa

apakah dia itu hantu

atau stalker?

He is The Student Handsome(Ghost) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang