Jeno's Guitar Part 3

493 72 0
                                    

Sedikit lagi festival sekolah dimulai. Tinggal di pedesaan tidak seburuk yang kupikirkan.

walaupun berjalan kaki ke sekolah, terkadang aku bertemu Jeno yang memberiku tumpangan saat berpapasan di jalan.

semua orang hampir bertanya tiap kali aku lewat. dari hoobae sampai seangkatan denganku menyapaku terus.

mereka memanggilku dengan sebutan anak kota, anak seoul dibanding memanggil nama asliku.

"Hei kau anak seoul kau ada hubungan apa sama Jeno?" Baru saja aku turun dari sepeda. dan masih ada Jeno.

Jeno tidak mendengar teman sekelas kami bertanya begitu. dia sibuk mengunci sepedanya.

"Hah? ngomong apasih? Sering ketemu di jalan jadi diboncengin."
penjelasanku.

tapi tidak digubris. malah pergi begitu saja saat mendengar penjelasanku tadi.

Aku sedang mengganti sepatu loker pun ada yang bertanya lagi.

"Tadi pagi aku melihatmu boncengan sama Jeno. kalian dating??"

Penanya kedua dari teman yang tidak kukenal. sepertinya kelasan lain.

"Aku dan jeno hanya teman sekelas. kebetulan ketemu dijalan dan juga-"

"Ah, kirain pacaran. aku duluan ya." tanpa mendengarku lagi mereka seenaknya pergi begitu saja.

apa salah dan dosaku?

"Kita punya couple akhirnya di kelas kita. Jeno dating sama anak seoul."
saat aku memasuki ruang kelas, cowok-cowok lebih heboh dari yang kupikirkan.

"Eh, nak seoul dateng nih."
mereka menatapku yang baru saja masuk kelas.

tanpa sepatah kata pun. kalau diladeni semakin menjadi panas.

"Oi, Jeno! akhirnya kawan kita punya pacar." Jeno mengernyitkan dahi. dia bahkan menunjuk dirinya sendiri.

"Aku? tidak punya. siapa yang bilang?" Jeno melihat sekelilingnya bergerumul.

jelas saja mereka ingin dengar dari mulut Jeno sendiri.

terutama kaum hawa. Yang tadinya cemberut, judes dan jutek menatapku terlihat jelas dari wajahnya berbinar-binar penuh harapan.

"Ei, jangan bohong. banyak saksi mata melihat kau boncengan sama si anak seoul. masih ngelak juga nih?"

Jeno mengalihkan tatapanya kearahku. saat ditatap begitu dengan bodohnya aku bergumam membaca kamus korea-inggris yang sering kubawa kemana-mana.

"Kau menghafal isi kamus." celetuk seseorang tepat di sampingku.

"Aniya! aku hanya-"

satu kelas menatapku saat ku bersuara.

sial! karena ulah hantu kelas aku jadi sasaranya.

"Wah jeno ditolak, anak seoul seleranya tinggi."
cowok-cowok mulai berisik kembali.

Aku?

merutuki kebodohanku.

"Kami hanya berteman. seperti bersama kalian. Ya kan?" Jeno melemparkan senyumanya kearahku.

dengan canggung aku mengangguk setuju.

satu kelas mendengar pernyataan dari jeno mendapat reaksi yang berbeda-beda.

Kaum adam menganggap ini tidak seseru yang mereka bayangkan. lebih tepatnya kecewa mendengar pernyataan Jeno.

sungguh, aku tidak tahu mengapa begitu. jika aku tau alasanya mungkin bisa kujelaskan sekarang juga.

Kaum hawa terlihat cerah kembali. Jeno seperti idol dikelas kami. ah, tidak maksudku di sekolah kami.

Jeno tidak hanya tampan, dia berbakat. dia mengisi acara Festival sekolah dengan nyanyian hanya menggunakan alat musik gitar klasik yang cukup tua usianya.

Jeno selalu membawa gitar itu. Aku tahu sedikit tentang Jeno karena mendengar ocehan fangirling saat cewek-cewek berkumpul.

tanpa sadar informasi itu terserap di otakku lebih cepat daripada guru menerangkan pelajaran.

dan sedikit kepo aku juga mengakses situs web sekolah untuk mendengar nyanyian Jeno yang terkenal saat festival sekolah.

"Kupikir mereka dating sungguhan."

"uri Jeno nggak mungkin ninggalin kita."

"Siapa yang nyebar gosip buruk gini sih? Jeno kan emang baik sama siapa aja."

"Cewek itu kepedean baru diboncengin udah koar-koar Jeno suka sama dia."

"Haha, lucu banget, aku ngakak dengernya. Desperate in love banget sih."

Aku hanya pura-pura tidak mendengar. meladeni orang-orang seperti itu nggak ada habisnya. mereka akan berkata sesuai keinginan bukan fakta yang ada.

"Hei, kau benar-benar lucu. memangnya apa hebatnya anak seoul? cowok di kelas kita aja berlebihan."

tepat saat aku melintas mereka bicara seperti itu padaku.

"Apa maksudmu? aku tidak merasa hebat seperti yang kalian katakan."
kataku dengan jelas.

"Ei, Jangan kesal dulu." salah satu dari mereka merangkul pundaku.

"Aku hanya ingin tau apa kehebatan anak seoul." mereka menatapku. anak cowok mulai keluar ruangan, seolah tidak mau ikut campur.

Jeno? dia sibuk. karena tergabung panitia festival. dia selalu terpilih menjadi ketua ini dan itu berkat kaum hawa di sekolah ini.

tidak ada yang akan membantuku.

Aku?





Jago berkelahi?


Tidak.


"Hei, anak seoul kenapa tidak bilang kalau fans sama Jeno juga."

mereka semua tersenyum. justru itu yang membuatku tidak mengerti kondisi ini.

"maksudmu?"

"Kau bergabung di fancafe Jeno's guitar sebagai member baru. dan IP address kulacak menemukan bukti bahwa kau tergabung di fansclub kami."

"Ah! tentu saja gabung Jeno kan berbakat mewakili sekolah kita, hahahaha."
Aku menatap mereka. tak ada satupun yang tersenyum mendengar apa yang kukatakan barusan.

"Ya tentu saja kita mesti dukung Jeno." jawabanya datar.


"Kau lulus! hahahaha tepuk tangan"
semua bertepuk tangan bahkan menggandeng tanganku.

Aku merasa mual dan pusing menjadi satu. kegugupan dan kecemasan akan dikeroyok para kaum hawa ternyata tidak seperti yang aku pikirkan.

"Kami mengerti, Jeno itu tampan. sebagai teman sekelas kami hanya ingin kau mengerti kalau perasaan Jeno padamu sebatas teman."

"Kurangin baper sama Jeno ya, cuman diboncengin." salah satu dari mereka puk puk pundaku.



Kenapa rumor ini berakhir seperti aku dicampakkan oleh Jeno?


NGGAK SEPERTI INI. KENAPA JADI BEGINI.

APA SALAH DAN DOSAKU YA TUHAN.

"Semangat! tetep dukung uri Jeno ya!" teman sekelasku menatapku dengan tatapan kasihan. seolah aku makhluk paling menderita akibat patah hati karena cinta bertepuk sebelah tangan.

KESAL.

INI TIDAK SEPERTI YANG KALIAN PIKIRKAN.

He is The Student Handsome(Ghost) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang