4. °ALAN: TIADA.°

134 8 3
                                        

Happy readings and don't forget to give Votes and comments for story. Awas kalau gak votes. Gue sumpahin lo keren. Awokwokwok:v

°°°°°

Gue emang gak berarti buat lo, tapi setidaknya lo inget gimana perjuangan gue.

°ANASTASYA°

°°°°°

Alex keluar dari kamarnya dan turun menuju lantai bawah dengan tas yang tergantung di bahu kanannya. Rambutnya acak-acakkan, baju keluar semua. Benar-benar sama seperti Fakih. Ia melangkah menuju meja makan yang sudah di tempati semua keluarganya.

Ia duduk di kursi tanpa mengucapkan salam atau apa. Semua yang melihat itu menggelengkan kepalanya sudah biasa melihat tingkah laku Alex yang tak acuh.

"Muka makin lecek aja, Bang. Kaya baju di pasar loak."

"Andra, jangan ganggu Abang kamu." Andra mendengus kasar lalu mengambil selembar roti tawar dan mengolesnya dengan selai anggur kesukaannya. "Tapi, Ma... Ucapin selamat pagi, kek. Salam, kek. Apa kek-"

"Don't answer again, Boy. Eat first." Andra menghembuskan nafas pelan saat Fakih menyela ucapannya. Sedangkan Alex masih lempeng dengan wajah datar sembari memakan rotinya. Semua tenang dengan makanannya masing-masing.

Setelah selesai dengan sarapannya, Alex dan Andra pamit untuk pergi ke sekolah. Tinggal Fakih dan Lintang yang ada di ruang makan. Saat Lintang akan membawa gelas kotor ke pencucian, pergelangan tangannya di cekal oleh Fakih yang kini sudah berdiri mensejajarkan posisinya dengan Lintang.

Lintang masih menampilkan raut wajah bingungnya tak mengerti dengan apa yang di lakukan Fakih. "Kenapa, Pa?" Fakih menggeleng lalu menyelipkan rambut Lintang ke belakang telinganya. Wanita yang sudah bertahun-tahun mendampinginya kini semakin cantik saja.

"Morning kiss?" Lintang mengerjapkan kelopak matanya beberapa kali mencerna ucapan Fakih. Setelah mengerti, Lintang mengetuk dahi Fakih sekali. "Morning kiss apaan? Bangun tidur tadi udah kok." Fakih menggeleng bersi kukuh dengan pendiriannya.

"Lagi, Ma." suara serak Fakih yang terdengar seperti menggodanya membuat Lintang hanya terdiam membiarkan apa yang akan di lakukan Fakih selanjutnya. Melihat istrinya yang sudah terlihat pasrah itu, Fakih mendekatkan wajahnya pada Lintang. Lintang memejamkan matanya.

Saat wajah Fakih semakin dekat, suara deheman seseorang membuat mereka gelagapan sendiri.
"Ekhem." Alex berdiri dengan wajah datarnya seperti orang yang tak memiliki dosa sekalipun. Lintang menunduk malu karena sudah tertangkap basah oleh putranya sendiri. Sedangkan Fakih berdehem sekali dan memasukkan tangannya ke dalam saku celananya.

"Ada apa?" Alex berjalan ke arah meja makan mengambil kunci motornya dan memperlihatkan pada kedua orang tuanya tanpa berbicara sepatah katapun. Ia berbalik dan kembali melangkahkan kakinya, namun baru beberapa langkah Alex berhenti lalu berbalik lagi menghadap Lintang dan Fakih yang kini juga menatapnya.

ALANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang