5. °ALAN: JANJI°

112 7 2
                                    

Happy readings and don't forget to give votes and comments for my story. Jangan lupa votes! Awas kalau gak votes. Gue lagi sakit, jadi gak mau nyumpahin orang. Awokawok:v

Ps: sambil dengerin mulmed di atas ya:v

°°°°°

Aku tak tahu rasa apa yang aku miliki ini. Yang aku tahu, kita hanya sebatas sahabat. Tak lebih.

°YOHANA°

°°°°°

Ana tersenyum pada Arga setelah masuk ke dalam mobil milik kakak tingkatannya itu. Arga membalasnya sembari tersenyum dan memanuver mobilnya meninggalkan kediaman Athala.

Ana menyenderkan punggungnya pada sandaran kursi sembari menatap ke arah depan. Sedangkan Arga fokus menyetir. Ana menghembuskan nafas pelan karena merasa gusar dengan keadaan yang bisa terbilang cukup awkward.

Arga menoleh ke arah Ana yang memang hembusan nafasnya terdengar sampai telinga Arga. "Lo kenapa, Na? Jok mobilnya gak nyaman ya?" Ana dengan cepat menggeleng takut membuat Arga merasa tak enakan.

"Nggak kok, Kak. Joknya nyaman. Cuma suasananya aja yang nggak nyaman." ucap Ana sembari menyengir 5 jari di hadapan Arga. Sedangkan Arga yang melihat itu terkekeh pelan. Tingkah Ana sungguh menggemaskan.

"Ya maaf.. Gue gak tahu harus apa soalnya. Apalagi di samping gue ada cewek cantik." Ana mengernyitkan dahinya sembari memutar badannya menyamping menghadap Arga agar bisa leluasa berbicara dengannya.

"Lo kalau ada cewek cantik cuma diem aja. Kalau gak ada cewek cantik di samping lo, lo biasanya ngapain?" Arga menaikkan satu alisnya, ia kira Ana akan malu-malu kambing seperti kebanyakan wanita. Tapi nyatanya, gadis itu malah menanyakan sesuatu yang tak pernah Arga pikirkan.

"Salto, nari zumba, nari sufi, goyang dumai-"

"Dumang, Kak! Bukan dumai. Lo kira dunia mainan." Arga terkekeh mendengar ucapan Ana yang tiba-tiba menyelanya. "Iya dah iya."

"Eh tapi Kak, lo kalau lagi gerak begituan, nyetir pake apaan?" Arga melongo mendengar pertanyaan Ana. Jadi, gadis di sampingnya percaya dengan ucapannya yang bahkan bagi dirinya tak masuk akal? Jangankan zumba, goyang pinggul saja dia sudah seperti lelaki yang menjadi wanita di persimpangan jalan.

"Lo... percaya?" Ana menatap lama ke arah Arga, sedangkan Arga menunggu jawaban dari Ana. "Nggak sih." ucap Ana enteng sembari mengembalikan posisi tubuhnya seperti semula. Arga lagi-lagi melongo. Ingin sekali ia lempar gadis ini melalui kaca mobilnya dan tak sengaja nyungsep di pick up dengan posisi terlentang. Oke. Jangan di bayangkan.

"Kita mau ke mana sih sebenarnya?" Arga tersenyum lebar dan sesekali menatap ke arah Ana. "Lo pasti suka. Ini tuh restoran yang baru di buka minggu lalu. Katanya makanannya enak-enak. Gue pengen coba. Makanya gue ajak lo." mendengar kata restoran, Ana mengangguk cepat sembari membayangkan makanan yang entah itu benar ada atau tidak di restoran yang akan di kunjungi oleh Arga.

ALANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang