❣5❣

1.1K 77 1
                                    

Alisa membuka matanya dengan berat saat seorang pelayan masuk ke kamar mengantarkan sarapan untuknya. Dirinya tidak ingin pagi begitu cepat datang karena dia ingat dengan apa yang Mark katakan semalam jika laki-laki itu akan datang kembali saat pagi dan ia tahu apa yang akan terjadi saat dia datang.

Semalam setelah ditinggalkan Mark sendirian, ia bisa tidur dengan nyenyak dan yakin jika laki-laki itu tidak akan kembali menganggunya lagi. Ia merasa sedikit bingung apa Mark memang kejam seperti yang di katakan Thomas jika bahkan mendengar wanita kesakitan dia tidak bisa dan bahkan Mark yang mencegah Thomas meninjunya jika tidak dicegah mungkin hidungnya sudah patah.

"Ini sarapan untuk Anda, Nona."

"Terima kasih," timpal Alisa tidak bersemangat.

Tapi dia memang sudah merasa lapar dan saat melihat jam ternyata sudah menunjukkan pukul 09:00.

"Di mana bajingan itu?" tanya Alisa pada pelayan itu dan ia bisa melihat jika pelayan itu terbelalak mendengar Alisa yang menyebut tuannya bajingan.

"Tuan sedang mengurusi tamu yang berkelahi hingga saling memukul dengan botol minuman keras semalam."

"Oh, pantas saja wajah berengseknya belum muncul untuk merusak hariku," ucap Alisa sinis karena tadi sedikit heran dia dibiarkan tidur begitu lama dan ternyata itu alasannya.

Pelayan itu menahan tawa mendengarnya karena baru kali ini ada yang membenci tuannya seperti itu dan dirinya tahu jika wanita ini sudah di jual keluarganya kemarin pada tuannya. Dirinya sedikit iba semalam saat mendengar tangisan wanita ini setelah tuannya keluar dari kamarnya tapi tidak ada yang bisa dilakukannya.

Alisa menatap tajam pelayan itu saat mendengar suara tawa pelan yang lolos dari mulutnya.

"Maaf, Nona, aku tidak bermaksud menertawakan Anda."
"Siapa namamu?"
"Dila," jawab pelayan itu dengan wajah pucat.
"Santai saja aku saat ini ingin menghemat tenagaku untuk membunuh laki-laki berengsek itu daripada untuk hal lainnya," ucap Alisa.

"Dila, bisakah kamu tolong mengambil handuk untuk menutupi tubuhku, aku ingin mandi dulu dan aku tidak mungkin berjalan telanjang di hadapanmu," pinta Alisa. Dia tidak peduli jika gadis itu tahu apa yang sudah terjadi di kamar ini karena semua orang pasti sudah mengetahuinya juga tanpa perlu dia katakan.

"Tentu, Nona," jawab Dila sambil bergegas pergi mengambil handuk di kamar mandi dan memberikannya pada Alisa.

"Terima kasih," ucap Alisa saat sudah menerima handuk dari Dila dan melilitkannya ditubuh dan ia turun menuju kamar mandi.

"Kenapa kamu masih di sini?" tanya Alisa pada Dila saat keluar dari kamar mandi.

"Eh...saya sedang menunggu Nona. Mungkin ada yang masih Nona butuhkan untuk saya ambilkan."

Alisa menatap gadis itu yang sikapnya tampak aneh.

"Tidak ada! Kamu boleh pergi."

"Apa Nona yakin?"

"Ya, pergilah."

"Tapi saya diminta menemani Nona di sini jika saya pergi nanti Tuan akan memecat saya."

Alisa menatap curiga pada gadis itu. Apa memang seperti itu? Atau dia diminta mengawasi aku?

"Baiklah, jangan bersuara karena aku sedang tidak ingin bicara," ucap Alisa ketus karena menganggap Dila merupakan mata-mata Mark.

Alisa kemudian duduk dan mulai makan dalam diam tidak memedulikan pelayan itu yang terus berdiri melihat padanya. Ia hanya bisa memakai handuk saja karena Mark tidak menyediakan pakaian untuknya, ia mengerti jika Mark sengaja agar mudah memerkosanya kapan pun dia menginginkannya.

Sold To You (Wayne Family, #2) by Yessy Lie (TERSEDIA VERSI CETAK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang