❣11❣

1.1K 70 1
                                    

Alisa menikmati waktunya yang tidak diganggu Mark selama beberapa hari ini dan hanya Dila yang dengan setia menemaninya. Dirinya sekarang tahu jika Dila tidak menjadi mata-mata Mark dan ia mulai nyaman bersamanya.

"Nona, jika aku boleh tahu apa Anda pernah jatuh cinta?"

Alisa menatap Dila yang bertanya padanya. Cinta? Ia bahkan tidak tahu apa itu karena yang ia tahu soal cinta hanyalah yang berasal dari keluarga Alderick saja dan jika yang berasal dari keluarganya yang ia tahu hanyalah keegoisan dan mementingkan diri sendiri.

"Tidak! Aku tidak pernah jatuh cinta. Kenapa kamu bertanya? Apa kamu mencintai kekasihmu?"

"Ya," ucap Dila dan tersipu malu.

"Dan apa dia mencintaimu?"

"Aku tidak tahu," ujar Dila.

"Apa kamu sudah tidur dengannya?"

"Ya," jawab Dila semakin tersipu malu.

"Apa menurut Nona dia hanya menginginkan tubuhku saja?"

"Entahlah aku juga tidak tahu, yang aku tahu laki-laki akan melakukan atau mengatakan apa pun hanya agar kita mau menyerahkan tubuh kita padanya tapi kamu bisa mengujinya apa dia mencintaimu atau hanya menginginkan tubuhmu."

Mata Dila berbinar-binar mendengarnya, "Bagaimana, Nona?" tanya Dila antusias.

"Sini," ucap Alisa dan berbisik di telinga Dila saat Dila mendekat padanya.

"Tapi bagaimana jika dia marah dan membuangku?"

"Artinya dia tidak mencintaimu dan lebih baik kamu pergi meninggalkannya."

"Baiklah, aku akan mencobanya."

Pintu terbuka dan mereka menatap ke arah pintu dan menemukan Mark berdiri di sana menatap pada Alisa.

Apa dia akan mulai meniduriku lagi? Alisa merasa frustrasi saat sadar jika dia akan kembali harus melayani Mark lagi meski enggan.

"Kembali bekerja, Dila!"

"Baik, Tuan," timpal Dila dan menatap cemas pada Alisa.

Saat ini Alisa sedang tidur menelungkup di atas ranjang dan saat Mark masuk kemudian menutup dan mengunci pintu, ia bangun dan duduk di atas ranjang serta menutup tubuhnya dengan selimut. Meski dia masih memakai pakaian tapi dia seolah merasa jika dia telanjang saat ini.

"Apa kamu tidak merindukanku?" tanya Mark memulai.

"Sama sekali tidak!" sergah Alisa.

Mark tersenyum mendengarnya dan dirinya hanya mondar mandir di sana menatap pada Alisa, bahkan tanpa menyentuh Alisa pun dan hanya menatapnya sudah membuat dia berdenyut nyeri menginginkannya.

"Kamu mau apa?"

"Memenuhi perjanjian kita tentu saja."
Alisa terdiam di tempatnya mendengar ucapan Mark karena ternyata dugaannya benar dan ia kembali mempersiapkan diri untuk merasakan perasaan tidak nyaman dan risi karena harus kembali bercinta dengan Mark.

"Kemarilah!"

Dengan pelan Alisa turun dari sana dan menghampiri Mark. Saat ia sudah sampai di hadapannya dengan perlahan Mark meraup Alisa ke dalam pelukannya dan mulai memagut bibir Alisa dengan lembut, menciumnya dan menghisapnya secara lembut, menggodanya dan menelusuri pinggiran bibir Alisa dengan lidahnya hingga Alisa mulai merasakan perasaan mengelitik di bibirnya dan tanpa ia sadari ia membuka bibirnya.

Tidak ingin kehilangan kesempatan, lidah Mark menyusup masuk ke dalam kehangatan bibir Alisa dan bermain di sana secara perlahan dan lembut. Saat Mark merasa puas dirinya turun secara perlahan menelusuri leher jenjang Alisa. Menelusuri leher itu dengan bibirnya, menghisapnya pelan dan turun menyusurinya hingga sampai di bahu Alisa.

Mark kemudian membuka atasan Alisa dan dengan tergesa-gesa mulai membuka bra yang ia kenakan hingga tampaklah kedua milik Alisa yang tergantung di sana begitu indah. Dia mengusap puting Alisa lembut menggunakan tangannya dan ia hanya bisa terdiam pasrah karena tidak berani melawan walau pun dia merasakan perasaan gelisah karena sentuhan-sentuhan dan ciuman Mark padanya.

Dia kemudian menggendong Alisa dan membaringkannya di ranjang, kemudian Mark mendekat pada payudara Alisa dan memasukkan salah satu putingnya ke dalam mulut. Alisa mencengkram sprei berusaha mempersiapkan diri akan perasaan jijik atau apa pun yang akan di rasakannya lagi. Sampai dia memagut putingnya dan menjilatnya dengan perlahan dan lembut mempermainkan tubuhnya berlama-lama di sana.

Ia kembali merasakan rasa panas di dalam tubuhnya dan saat dia bergantian mencium dan memagut putingnya Alisa tidak bisa menahan rintihannya, secepat rintihannya terdengar, secepat itu juga ia membekap mulutnya tidak mengerti.

Dia tersenyum mendengarnya dan sekarang dia tahu penyebabnya, ternyata Alisa menyukai perlakuan lembut dan tidak suka secara kasar karena itulah dia tidak bisa membuat Alisa menikmatinya sebab selama ini dia selalu melakukannya dengan kasar.

Dia terus mencumbu payudara Alisa, menjilatinya dengan perlahan, menelusurinya dengan bibirnya dan mengigit-gigit kecil pinggiran payudara Alisa dengan bibirnya.

"Apa yang kamu lakukan?!" rintih Alisa tidak mengerti apa yang terjadi pada tubuhnya hingga dia merasa begitu kepanasan dan merasakan nyeri, bukan nyeri karena rasa sakit tapi nyeri karena nikmat.

Saat dia puas bermain di payudara Alisa, dirinya kemudian mulai turun menyusuri perut Alisa dan menjilatinya dengan lembut kemudian dia semakin turun menelusuri tubuh Alisa hingga dirinya sampai di area intim Alisa tapi dia sengaja menunda sentuhannya di sana, dia memindahkan perhatiannya pada paha Alisa mencium, menjilati dan menelusurinya dengan bibirnya, terkadang membelainya dengan jari-jarinya hingga tanpa sadar Alisa terkesiap karenanya dan dengan refleks melebarkan pahanya.

Saat itulah Mark mulai memperhatikan area intim Alisa, dirinya menjilati inti Alisa dengan pelan dan memainkan ujung lidahnya di sana. Bahkan dia menjilati kehangatan Alisa dengan kelembutan, setelah puas dia kembali memperhatikan inti Alisa dan menghisapnya serta jari-jarinya mencoba menerobos kehangatan Alisa dengan pelan. Walau pun yang dia inginkan saat ini adalah miliknya yang memasuki kehangatan Alisa tapi dia menahan diri. Saat jari Mark sudah berada di dalam diri Alisa, dia mengeluar masukkan jarinya dengan pelan sambil mulutnya bermain di inti Alisa.

"Hentikan!" rintih Alisa merasa begitu kepanasan seolah-olah dirinya akan terbakar hangus jika Mark tidak berhenti sekarang juga.

"Aku mohon! Aku ingin ke kamar mandi, aku tidak tahan lagi," pinta Alisa merasa jika dia akan meledak jika terus menahannya.

Saat Mark berhenti, Alisa merasa lega karena rasa itu juga mulai hilang hingga ia semakin bingung jadinya, ia terbelalak saat Mark membuka semua pakaiannya dan ia bersiap karena sudah tahu apa yang selanjutnya akan terjadi.

Mark membuka paha Alisa lebar dan dengan pelan mulai memasukinya. Saat sudah berada di dalam, dia menatap mata Alisa ingin tahu apakah ia merasakan sesuatu. Dia bergerak dengan perlahan dan lembut memainkan tempo dengan selembut mungkin, jarinya bermain di payudara Alisa dan mengusapnya sedangkan tangannya yang lain dia pakai untuk bermain di inti Alisa dan mengusapnya dengan lembut juga.

"Apa yang kamu lakukan padaku?!" rintih Alisa kembali dan mencoba melepaskan dirinya dari Mark, tapi dia tidak membiarkannya, dirinya menangkap pinggang Alisa dan terus bergerak dengan perlahan keluar masuk tubuh Alisa.

"Aku mohon! Aku tidak tahan lagi, biarkan aku ke kamar mandi," lirih Alisa dan mengelengkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Sedang jari-jarinya mencengkeram sprei dengan erat.

"Lepaskan saja di sini!" ucap Mark pada Alisa sambil terus bergerak.

"Tapi__ahhh!" Alisa menjerit saat mendapatkan kenikmatannya untuk pertama kali dan dia merasa jika dirinya memang akan meledak. Saat Alisa sudah berteriak nikmat, dia mulai bergerak lebih cepat untuk mengejar kenikmatannya hingga dirinya juga mendapatkannya dan dia menggeram merasa begitu nikmat kali ini dan merasa begitu puas karena akhirnya berhasil membuat Alisa menikmatinya.

Mark kemudian menindih Alisa di atas ranjang dan berdiam diri di sana.

Alisa hanya bisa terdiam tak bisa bicara karena tidak tahu apa yang sudah terjadi padanya dan ia merasa jijik pada diri sendiri karena kali ini begitu menyukai perbuatan Mark padanya.

Sold To You (Wayne Family, #2) by Yessy Lie (TERSEDIA VERSI CETAK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang