- fifteen -

2.6K 369 11
                                    

Saat ini Neta sedang menikmati angin yang berhembusan di roftoop gedung kosong yang sering ia datangi akhir-akhir ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Saat ini Neta sedang menikmati angin yang berhembusan di roftoop gedung kosong yang sering ia datangi akhir-akhir ini. Tiga hari setelah bundanya pergi dan Renjun yang membohonginya, Neta lebih sering menghabiskan waktunya sendiri dan terlebih lagi dia semakin dingin dengan semua orang.

Duduk disofa usang, memejamkan matanya dan tersenyum tipis saat angin menerpa wajah hingga rambutnya, lalu kembali membuka matanya dan menatap ke atas langit.

"Bunda kangen," ucapnya pelan.

Drrtt

Neta mengalihkan pandangannya, menatap layar ponsel yang sekarang tertera nama Renjun disana. Dengan ragu dia menekan tombol hijau untuk menerima panggilan.

"Maaf, maaf aku udah bohong sama kamu. Maaf, aku belum bisa kemana-mana sebelum wisuda." dan menuruti permintaan gila nenek. lanjutnya dalam hati.

Neta diam, matanya terpejam saat angin kembali menerpa wajahnya.

"Gapapa, aku ngerti." ucapnya kemudian.

"Aku tau kamu pasti kecewa. Maaf, aku bakal secepatnya pulang."

"Iya aku kecewa, tapi aku gak bisa egois."

Renjun disebrang sana tersenyum, "aku sayang kamu, tunggu aku beberapa hari lagi ya."

Neta mengangguk walaupun Renjun tidak bisa melihatnya.

"Aku tutup ya,"

tut

Setelah memutuskan panggilan tanpa mendengar jawaban dari Renjun, Neta kembali memejamkan matanya.

Selang beberapa menit kemudian, Neta merasakan ada yang duduk disebelahnya. Namun ia tetap memejamkan matanya tanpa perduli siapa yang duduk disampingnya.

"Tidur beneran ya?"

Neta membuka mata lalu menggeleng.

"Nih, kamu daritadi belum makan." ucapnya seraya memberi sekotak nasi.

Neta tersenyum tipis, "Makasih, Hee."

Yonghee mengangguk lalu ikut menatap lurus kedepan.

"Kamu mau tau gak alasan aku ngedeketin kamu sampe aku bisa suka kamu?" tanya Yonghee.

Neta yang sedang membuka kotak nasi yang diberikan laki-laki itu langsung mendongak menatap Yonghee yang masih menatap lurus lalu mengangguk.

Yonghee tersenyum sebentar saat melihat jawaban Neta dari ekor mata.

"Karena Jinyoung,"

Dahi Neta berkerut bingung.

"Jinyoung sahabat kecilku, dia selalu ceritain kamu, selalu cerita apa keinginannya sama kamu, pokoknya apapun dia ceritain. Sampai akhirnya aku denger berita kalau dia pergi dan itu bener-bener buat aku hancur,"

"Jinyoung itu segalanya buat aku, bukan cuma sahabat, dia juga adik, kakak, saudara buat aku. Maka dari itu aku langsung cari tau perempuan yang sering dia ceritain ke aku, dan ternyata Tuhan mempertemukan aku sama kamu dengan mudahnya,"

"Aku cari kamu buat wujudin mimpi Jinyoung yang belum tercapai, misalnya makan malam ditempat romantis sama kamu, piknik di taman bermain, dan ngasih kamu bunga edelweis yang dia ambil sendiri dari pegunungan." 

"Waktu itu keinginan pertama Jinyoung udah aku wujudin saat kita makan ditempat romantis. Dan sekarang aku mau wujudin keinginan terakhir dia."

Yonghee mengambil sesuatu dari balik jaketnya kemudian memberikannya pada Neta yang diam menatapnya.

"Bunga edelweis dari Jinyoung." ucapnya tersenyum.

"Dia itu cinta banget sama kamu Neta, bahkan saat kalian putus dia masih kepikiran kamu. Dia sempat nangis nelepon aku dan bilang kalau hubungan kalian berakhir."

Neta diam memandang Yonghee dengan mata berkaca-kaca. Dia tidak menyangka kalau Jinyoung akan seperti itu padanya, bahkan saat Jinyoung masih berada disampingnya pun dia merasa acuh karena mengingat kesalahannya.

Meletakkan kotak makanan yang ada dipangkuannya kemudian memeluk Yonghee erat bersamaan dengan tangisannya.

"Aku mau ketemu Jinyoung," lirihnya.

Yonghee mengusap lembut surai Neta, "kita ke makamnya ya."

Neta mengangguk kemudian beranjak.

Disebrang sana seseorang yang memperhatikan mereka berdua tersenyum sinis.

"Pada akhirnya Yonghee yang bisa menghapus air mata Neta. Bukan lo, Renjun Adelio."



-[Distance]-

[2] Distance✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang