- twenty three -

2.6K 364 20
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Renjun memejamkan matanya sebentar kemudian tangannya terulur pada bingkai foto yang ada di nakas samping ranjangnya. Senyumnya terukir saat melihat fotonya dengan Neta yang sedang tertawa, diusapnya pelan foto itu.

"Aku kangen," ucapnya kemudian memeluk bingkai foto itu.

"Aku mau kita kayak dulu, apa bisa?" ucapnya lagi.

Kemudian terisak pelan saat memori kenangan mereka berdua tiba-tiba terputar. Mengeratkan bingkai foto yang sedang ia peluk saat tatapan kecewa Neta teringat jelas dipikirannya.

Yiyang yang melihat adik laki-lakinya dari ambang pintu kamar Renjun langsung memejamkan matanya, menahan isak tangis saat melihat sang adik yang sangat tersiksa kemudian menutup kembali pintu kamar Renjun dan melangkah mencari sang Mami.

Diruang tamu terlihat Mami dan Shuhua yang sedang mengobrol ringan dan juga Ningning yang sedang memaikan ponselnya, sepertinya gadis itu sangat acuh dengan keberadaan sang Mami dan Shuhua disana.

Kaki jenjangnya kemudian melangkah menghampiri mereka bertiga.

"Mami,"

Mami maupun Shuhua dan juga Ningning menoleh padanya.

"Mau sampe kapan?"

"Maksud kamu?" tanya Mami bingung.

"Mau sampe kapan Mami biarin Renjun kayak gini? Ini udah lebih dari duabulan, tapi apa? Renjun masih belum bisa ngelupain Neta dan keadaannya tambah parah." Yiyang kemudian duduk disamping sang Mami.

"Bujuk nenek Mi, aku gak mau ngeliat Renjun terus-terusan begini. Apa Mami tega ngeliat Renjun yang bahkan lebih hancur dari aku dulu?"

Sang Mami terdiam lalu setelah itu menghela napas pelan.

"Gak bisa Yiyang, kamu tau kan gimana kerasnya nenek? Kita gak bisa berbuat apa-apa."

Yiyang menggeram kesal, "terserah Mami, tapi kalo terjadi apa-apa sama Renjun jangan pernah nangis-nangis ke aku ataupun ke Ningning karena ini yang emang Mami mau."

Yiyang langsung melangkah ke kamarnya, begitupun dengan Ningning yang juga sudah beranjak dan menatap Shuhua tajam kemudian pergi ke kamar.

Tak lama Yiyang dan Ningning kembali ke kamar, Renjun keluar dengan pakaian rapi dan juga kunci motor yang ada ditangan laki-laki itu.

"Mau kemana?" tanya sang Mami.

"Kerumah Neta,"

Dahi Mami berkerut bingung, "kok?"

"Setidaknya dengan ngeliat bangunan rumahnya pun rindu aku terobati, walau cuma sebentar." kemudian Renjun melangkah.

"Apa cinta kamu sebesar itu sama Neta?" tanya Mami Renjun yang membuat laki-laki itu menghentikan langkahnya.

"Lebih besar dari cinta ke diriku sendiri,"

Mami Renjun menghela napas pelan kemudian mengangguk, "yaudah hati-hati."

Renjun berdeham kemudian beralih menatap Shuhua yang sejak tadi diam.

"Nitip gak lo?"

Shuhua mengangguk, "nitip salam kalo ketemu Sanha." jawabnya polos.

Renjun hanya mengangguk kemudian kembali melangkah ke pintu utama. Mami Renjun tertawa pelan mendengar jawaban polos Shuhua.

Sepertinya dia benar-benar harus membicarakan ini, karena tidak mungkin melanjutkan pernikahan Renjun dan Shuhua yang akan menyakiti banyak orang.

Dan semoga saja nenek Renjun mau membatalkannya.

Semoga.


====


"Bisa keluar sebentar?"

"Hah? Apaan sih?! Gila lo ya?!"

"Aku didepan rumah kamu Neta, keluar sebentar please."

"Mending lo pulang, gue ngantuk, mau tidur."

"Please, sebentar aja."

"Ck, nyusahin lo!"

tut

Neta memutuskan sambungan sepihak, meraih cardigan hitam miliknya yang tergantung dibelakang pintu kamar lalu keluar menemukan Renjun yang katanya sudah menunggu diluar.

"Teteh mau kemana malem-malem?" tanya Jisung yang sepertinya baru saja dari dapur.

"Depan. Tidur lagi sana, udah malem." jawabnya kemudian melangkah menuju pintu utama.

Menghela napas kasar saat melihat Renjun yang sedang duduk manis diatas motor, berjalan menghampiri laki-laki itu tanpa membukakan pagar untuknya.

"Mau ngapain lagi?" tanya Neta dingin.

Renjun menghela napas, berdiri tegak lalu melangkah mendekat pada Neta.

"Aku kangen kamu,"

"Gue ngga, jadi sekarang lu bisa pergi."

"Aku tau kamu bohong, Neta."

Neta menghela napas pelan, menundukan kepalanya sebentar kemudian mendongak menatap manik mata Renjun lamat.

"Iya, gue bohong. Gue pengecut yang sampe sekarang masih berusaha menepis perasaan sialan ini."

"Perasaan kamu gak salah Neta, tapi keadaan yang salah dan bikin kita kayak gini."

"Udah Njun, mulai sekarang anggap kita gak pernah ada hubungan apa-apa, anggap kita cuma saling kenal biasa aja."

"Gak bisa! Kenapa sih kamu selalu maksa gitu?!!" tanya Renjun dengan nada sedikit meninggi

"Karna aku dan kamu bukan kita lagi. Inget lu udah punya Shuhua." ujar Neta kemudian kembali masuk kedalam rumah.

Renjun menatap sendu punggung Neta yang kini hilang dibalik pintu, menyandarkan tubuhnya ke pagar rumah Neta lalu memejamkan matanya sebentar.

Menatap jendela kamar Neta cukup lama, Renjun tau Neta sempat mengintip, Renjun tau perasaan Neta masih sama dengannya, namun gadis itu selalu menepisnya dan berusaha membencinya.

Menghela napas pasrah, berjalan gontai menuju motornya kemudian pergi meninggalkan pekarang rumah Neta dengan perasaan yang tidak baik.


-[Distance]-








Apaa siihhh kok makin gaje yaaaaa:(((((

[2] Distance✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang