- nineteen -

2.6K 359 5
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Jihoon cepetan kek!"

"Sabar! Lagi pake pomade nih."

Neta memutar bola matanya malas, yang cewe padahal udah rapih dari beberapa menit yang lalu sedangkan anak cowo masih sibuk didalam kamar. Jadi yang cewe yang mana, yang cowo yang mana?:(

"Tunggu diluar aja yuk kak, lama banget kayak perawan."

Mina terkekeh dan melangkah mengikuti Neta yang sudah melangkah lebih dulu keluar rumah.

Diluar terlihat tante Lucas yang sedang menyiram tanaman sambil bersenandung kecil. Neta tersenyum tipis melihatnya, dia jadi teringat sang bunda yang juga memiliki kebiasaan sama dengan tante Lucas ini.

"Eh udah pada cantik-cantik banget, mau kenapa nih?" tanya tante Lucas seraya mematikan keran yang tadi ia pakai untuk menyiram tanaman.

"Mau ke tempat wisuda temen tante," ucap Neta.

Tante Lucas menganguk.

Beberapa detik kemudian pintu rumah terbuka dengan kasarnya, terlihat lima laki-laki tampan yang sedang beradu mulut entah karena apa. Padahal udah pada cakep pake jas hitam-hitam, tapi bobroknya gak ilang:(

"Kuy kita capcus," ucap Lucas dengan semangat kemudian berjalan kearah mobilnya.

"Ayo princess-princess cantik," ajak Jihoon lalu merangkul kedua gadis itu.

Woojin yang melihat Mina dirangkul oleh Jihoon langsung menghempaskan tangan laki-laki itu dan menatapnya tajam lalu menarik Mina untuk masuk lebih dulu kedalam mobil.

Neta, Jihoon dan Sanha hanya tertawa melihat Woojin yang sepertinya sedang cemburu. Masalahnya Woojin kalo masang muka marah bukannya serem tapi lucu:(.






Sesampainya mereka dikampus Renjun mereka langsung menuju ke acara wisuda. Tadi sempat nyasar karena Lucas yang gak mau nanya mahasiswa sini dan untung aja Mina ketemu temennya jadi dia nganterin Neta dkk buat ketempat acara wisuda.

Dengan senyuman yang merekah Neta melangkah masuk kedalam aula, dimana tempat yang menjadi acara wisuda Renjun hari ini. Tak lupa juga tangannya memegang kue kecil dan juga bunga untuk Renjun.

Kakinya memasuki aula, masih dengan senyuman lebar yang tidak pudar ia mengedarkan pandangannya mencari sosok Renjun. Matanya kemudian menyipit saat melihat sosok Ningning yang sedang berjalan tak jauh darinya.

Menarik napasnya panjang kemudian menghembuskan pelan lalu kakinya kembali melangkah mengikuti Ningning yang sepertinya belum menyadari kehadirannya.

"Ning--"

bruk

Tubuhnya membeku seketika saat melihat pemandangan didepannya, dimana Renjun yang sedang berpelukan dengan seorang gadis dengan eratnya. Ningning yang merasa namanya terpanggil langsung menoleh dan membulatkan matanya saat melihat Neta yang berdiri tak jauh dari dirinya dan juga keluarganya.

"Kak Neta?!" pekik Ningning terkejut.

Renjun yang mendengar nama Neta langsung melepas pelukannya dengan Shuhua. Tubuhnya seketika lemas saat melihat Neta benar-benar berdiri didepannya dengan tatapan kecewa.

Bukan hanya Renjun dan Ningning, Mami dan juga Yiyang pun terkejut saat mengetahui kalau gadis didepannya benar-benar Neta.

Dengan senyum yang dipaksakan Neta melangkah mendekat ke Renjun yang masih diam menatapnya. Memberikan bunga yang masih ia genggam erat pada laki-laki itu.

"Happy graduation, maaf ya kuenya aku jatuhin. Semoga sukses dan bahagia selalu," Neta meraih tangan Renjun dan meletakan bunga yang ia pegang pada telapak tangan laki-laki itu.

"Makasih juga selama tiga tahun ini, aku harap kamu bahagia sama pilihan kamu," memejamkan matanya kemudian menarik napas panjang sebelum melanjutkan perkataannya.

"Kita sekarang selesai Renjun. Tapi maaf, hati aku gak bakal bisa berhenti untuk sayang sama kamu."

Chu~

"Aku pergi, bahagia selalu Adelio." ucapnya setelah mengecup singkat pipi Renjun.

"Neta..." panggil Renjun lirih.

Neta membalikkan badan dan tersenyum semanis mungkin pada Renjun kemudian melangkah pergi dengan air matanya yang sudah turun ke pipi.

"BAHKAN AKU GAK BAHAGIA SAMA SEKALI LUNETA!" teriaknya namun sia-sia, Neta sudah berlari keluar dengan teman-temannya.

Kecuali Sanha, laki-laki itu masih berdiri mematung dihadapan keluarga Renjun dan juga keluarga Shuhua. Pun dengan Shuhua yang sudah menangis.

"Sanha..."

"Shuhua?"

Shuhua berlari kecil menghampiri Sanha lalu memeluknya dengan erat.

"Aku kangen kamu,"

Sanha melepas pelukannya dan menatap gadis itu tajam.

"Tapi gue nggak. Bahkan gue benci sama lo yang berani-beraninya hancurin kebahagiaan Neta." ucapnya kemudian berjalan menghampiri Renjun yang sudah terduduk lemas sambil menangis.

"Gak ada gunanya lo nangis, bro. Semuanya udah selesai, gue harap lo jangan muncul lagi dikehidupan Neta." tangannya terulur membantu Renjun berdiri.

"Bahkan Neta rela dispen beberapa hari cuma karena dia mau ngasih kejutan sama lu, tapi malah dia yang dapet kejutan kayak gini."

"Kecewa gue sama lo." ucapnya kemudian melangkah pergi.

Namun dengan cepat Mami Renjun menahan laki-laki itu yang membuatnya berhenti dan kembali menoleh.

"Maafin Renjun ya? Ini semua paksaan, Sanha. Renjun itu cuma cinta sama Neta, kamu harus percaya itu."

Sanha tersenyum tipis, melepas pelan genggaman Mami Renjun, "maaf tante, tapi Sanha gak bisa percaya sama Renjun ataupun kalian lagi. Permisi."






-[Distance]-

[2] Distance✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang