7. Belajar Soal Masa Depan

858 186 19
                                    

Seungwan melihat kalender yang ada di sudut meja kerjanya. Sebuah lingkaran merah menyalak di sana. Tanggal Chanyeol menerima pemeriksaan rutin enam bulan sekali. Bukan, lelaki itu tidak sakit apapun. Hanya saja, untuk menjecegah keterlambatan untuk menerima penanganan penyakit yang mungkin parah, mereka sepakat untuk membuat Chanyeol masuk ruang pemeriksaan selama enam bulan sekali.

Chanyeol rajin olahraga. Makanannya pun sehat. Seungwan selelau memasakkannya makanan sehat setiap pagi. Karena Seungwan cuma punya kesempatan untuk membuatkan makan pagi untuk Chanyeol. Siangnya, lelaki itu juga makan siang di restoran tempatnya berkerja. Dia tahu seperti apa ruang kerja Chanyeol yang asapnya selalu mengepul itu. Hanya ada bahan masakkan berkualitas dan segar. Jadi dia tidak terlalu khawatir dengan kesehatan Chanyeol sebenarnya.

Namun, namanya penyakit, bisa datang dari mana saja. Misalnya, kebiasaan Chanyeol minum soju tengah malam. Atau, kebiasaannya menghirup asap dari masakkannya. Selalu ada kesempatan. Sedetail apapun dia menjaga kesehatannya.

Karena tanggal tersebut hampir tiba, Seungwan mencoba menghubungi ponsel Chanyeol. Mengingatkan jika akhir pekan ini, dia perlu mengambil cuti memberikan kesempata kepada sous-chefnya mengembangkan bakat. Atau paling tidak merasa tenang karena penguasa dapur tidak masuk sehari.

Chanyeol sama gila kerja sepertinya. Kecintaannya terhadap dapur tidak bisa dikalahkan oleh apapun. Termasuk Seungwan sendiri. Mungkin Chanyeol bisa hidup tanpa Seungwan. Tapi tidak bisa tanpa dapur. Sejujurnya, Seungwan suka ambisius yang dimiliki Chanyeol. Apartemennya yang tak berdapur itu tiba-tiba sesak dengan berbagai alat masak yang dia bawa dari restoran. Memberikan bercak berminyak di dindingnya. Rumahnya menjadi lebih hangat ketika dia memutuskan hidup bersama.

"Dear, minggu ini ambil cuti ya. Jadwal kamu periksa nih," ujar Seungwan saat sambungan teleponnya diterima Chanyeol. Suara dentingan alat masak terdengar dari sana. Seungwan melihat jam yang tergantung di dinding. Ah benar, jadwal makan siang. Dia salah waktu.

Chanyeol setengah berteriak kepada timnya. Lalu bertanya kepada Seungwan lagi, apa yang barusan dia katakan. Jadi Seungwan mengulanginya. Membuat Chanyeol mengangguk. Meskipun tidak terlihat oleh Seungwan. "Eum, nanti aku lihat jadwal lagi ya, sayang. Aku lagi sibuk, tumben banget kamu telepon jam segini. Aku kira penting," kata Chanyeol.

Seungwan tersenyum. Kemudian kembali terdengar jika Chanyeol meminta sous-chef untuk mengurus dapur beberapa saat. Bersamaan dengan itu, suara dentingan dan ribut di dapur hilang begitu saja. Situasinya jauh lebih tenang sekarang.

"Kamu udah makan?" Chanyeol mulai percakapan itu.

Seungwan menggeleng, membuat ada jeda di antara mereka. Kemudian, "Nanti, satu pasien lagi. Aku cuma lagi take break aja sepuluh menit. Kebetulan aku lihat kalender, kalau jadwal medical checkup kamu sebentar lagi. Ya sekalian aja aku telepon. Eh lupa, kalau lagi jam makan siang."

Bertepatan dengan kalimat itu selesai, Yeri masuk setelah sebelumnya mengetuk daun pintu. Melihat jika atasannya sedang menelepon seseorang, membuat Yeri memberikan gesture jika masih ada satu pasien yang menunggu Seungwan di luar.

Seungwan mengangguk. Dan meminta Yeri menunggunya dua menit lagi. Kemudian, dia bilang kepada Chanyeol jika percakapan itu harus segera diakhiri. "Maaf ya, satu pasien lagi, nanggung. Kamu juga kayaknya lagi hectic banget di dapur. Aku tutup ya," setelah itu sambungan telepon itu terputus begitu saja. Diganti dengan salah satu pasien langganannya masuk ke dalam ruang periksa.

xxx

Restoran yang dimiliki Junmyeon dibuat berhenti beropersai sejak pukul delapan malam. Tidak ada yang berubah meskipun kini konsumennya sudah datang dari penjuru Korea Selatan. Junmyeon ingin restorannya hidup dengan gaya yang berbeda dengan restoran lainnya. Karena itu, jam operasionalnya terlalu lebih sedikit dibandingkan dengan restoran lainnya.

Atrium ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang