11. Drama Hari Ini

787 165 18
                                    

Kamu berubah Seungwan.

Itu kalimat yang disampaikan oleh Chanyeol pagi ini. Sudah dua minggu. Dan pada akhirnya dia menyadari ketakutanku. Aku takut segalanya berubah. Aku yang terbiasa tidak bersamanya. Justru kini menjadi orang paling depan yang menyambut paginya.

Tapi aku suka.

Aku juga. Aku juga suka melihat kamu menyukainya. Sesederhana itu. Tapi, tidak ada kata yang tepat untuk menjelaskan bahwa cintaku padanya sederhana. Selalu lebih daripada itu. Dan kata saja tidak sanggup menjelaskan.

Aku berusaha. Untuk ada di setiap sudut rumah. Agar aku bukan lagi semu dalam bayang. Agar Chanyeol sadar, bahwa aku masih ada. Untuknya. Bahkan di waktu tersulit yang tidak pernah dia sadari.

Kesulitannya adalah kesulitanku. Deritanya adalah deritaku. Aku berusaha agar dia tetap merasa bahagia. Menjaganya. Dari dekat atau jauh. Dan begitulah aku melakukannya.

Kamu pasti punya alasan. Tapi aku nggak maksa kok minta kamu cerita. Asal kamu nggak pergi.

Aku ingin cerita. Jika aku kesulitan mencari jurnal penyembuhan penyakitnya. Tapi itu terlalu panjang. Aku harus menyalahinya dulu karena tidak mengikuti metode medical checkup dengan baik. Kemudian aku akan menjelaskan jika ada sedikit gangguan yang berubah menjadi besar karena kelalaian itu. Kisah ini akan berakhir menyedihkan. Dan aku tidak mau menceritakannya.

Seungwan tapi kita sepakat untuk saling terbuka.

Bisakah kamu diam? Chanyeol. Jiwaku sudah terlalu berisik. Aku sibuk menyalahkan diri sendiri karena tidak memerhatikan kamu sebanyak kamu memerhatikan aku. Aku frustasi. Semakin besar rasa frustasiku. Semakin berisik jiwaku. Semakin dalam rasa bersalahku. Dan semakin jelas ketakutanku. Diam. Aku mohon. Karena dengan begitu aku bisa meluruskan pikiranku. Berpikir sejernih mungkin. Dan memutuskan segala sesuatunya.

"Kemungkinannya 40 persen," kata Jungsoo di hadapanku. Dia melihat satu-satunya jurnal yang berhasil aku temukan. Jurnal yang hasilnya paling memuaskan. Pengobatan tumor jantung yang diduga diderita oleh Chanyeol.

Cuma itu.

Selama dua minggu belakangan, aku menolak tambahan pasien dengan dalih fokus pada jurnal baru. Sementara aku mencari tahu apa saja yang sudah dilakukan oleh dokter ahli jantung yang paling berpengalaman dalam menangani tumor ini. Hasilnya. Hampir 80 persen tidak berhasil. Mereka, memutuskan untuk memperpanjang masa hidup. Bukan mengobati.

Jungsoo tahu, aku hampir putus asa. Dia juga tahu kalau aku kesulitan dalam mengatur emosi. Karena itu, terkadang jika ada luang dia akan mengajakku berbicara. Atau mengambil alih pasien yang seharusnya aku tangani. Jungsoo sepenuhnya membantu. Tepat ketika dia tahu, bahwa hasil rognten yang aku perlihatkan adalah milik Chanyeol.

"God is good Seungwan. Dont give up," kata Jungsoo.

Dia seorang yang relijius. Mengingatkanku bahwa usaha harus disamai dengan doa. Jadi tiap kali luang, aku akan datang ke gereja kecil. Untuk berdoa pelan-pelan. Khusuk. Jika apapun yang terjadi, kebahagiaan Chanyeol adalah yang paling utama.

Sesaat Jungsoo keluar, Seulgi datang dengan selembar kertas dan wajah sumringah. "Seungwaaaaan," katanya gemas memperlihatkan sebuah tanda tangan yang ada dalam kertas tersebut. Membuatku mendelik. Tidak tahu tanda tangan siapa.

"Jangan bilang kamu lupa tanda tangan bias sendiri!"

Bias?

Akhir-akhir ini memang fokusku sulit terkumpul. Bahkan saat ini. Ketika Seulgi mengatakan beberapa istilah fangirling. Aku harus berpikir dulu untuk memastikan artinya dan pendengaranku. "Oh. Bias. Iya, kenapa?"

Atrium ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang